PWNU DKI Minta Effendi Simbolon Tak Baca TNI dengan Kacamata Partai Politik
Minggu, 11 September 2022 - 14:13 WIB
”KSAD itu pimpinan kesatuan. Mereka itu lebih fokus pada pembinaan internal. Sehingga program-program mereka itu mengkader militer, mengkader personel yang nantinya akan dipakai oleh panglima karena panglima (adalah) pengguna pasukan,” jelasnya.
Dalam sejarah Indonesia, ketidakharmonisan antara personel TNI dengan panglima itu hanya terjadi pada masa pemberontak PKI tahun 1965. Itupun, kata Kholis, adalah desain asing untuk memecah belah Indonesia.
”Saya yakin TNI solid. Mungkin yang berbeda Andika dengan Dudung, bukan Panglima dengan KSAD. Karena itu pribadi, antara Panglima dan KSAD tidak mungkin bertabrakan. Jadi kepada DPR Komisi I, tolong jangan melihat militer dengan kacamata partai politik,” tegasnya.
Kholis menilai Effendi Simbolon merupakan politikus yang buta sejarah. Menurut dia, politikus PDIP itu tak paham dengan dinamika sejarah bangsa Indonesia, khususnya TNI. ”Effendi tidak paham sejarah, bahwa sejarah TNI penuh pengorbanan darah dan tangisan rakyat,” tegasnya.
Dalam sejarah Indonesia, ketidakharmonisan antara personel TNI dengan panglima itu hanya terjadi pada masa pemberontak PKI tahun 1965. Itupun, kata Kholis, adalah desain asing untuk memecah belah Indonesia.
”Saya yakin TNI solid. Mungkin yang berbeda Andika dengan Dudung, bukan Panglima dengan KSAD. Karena itu pribadi, antara Panglima dan KSAD tidak mungkin bertabrakan. Jadi kepada DPR Komisi I, tolong jangan melihat militer dengan kacamata partai politik,” tegasnya.
Kholis menilai Effendi Simbolon merupakan politikus yang buta sejarah. Menurut dia, politikus PDIP itu tak paham dengan dinamika sejarah bangsa Indonesia, khususnya TNI. ”Effendi tidak paham sejarah, bahwa sejarah TNI penuh pengorbanan darah dan tangisan rakyat,” tegasnya.
(ams)
Lihat Juga :
tulis komentar anda