Asal Usul Nama Pejompongan, Kawasan Elite Permukiman Keluarga Militer dan PNS
Senin, 31 Januari 2022 - 07:27 WIB
JAKARTA - Pejompongan, kawasan yang lokasinya sangat strategis dan memiliki berbagai kuliner terkenal ini mempunyai sejarah yang cukup menarik. Pejompongan berasal dari kata dusun atau kampung yang menjadi salah satu kawasan di Jakarta Pusat.
Pejompongan terletak di sebelah Utara kompleks Gelola Bung Karno Senayan dan Timur kawasan Slipi. Secara administratif, Pajempongan berada dalam wilayah Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Pejompongan terdiri dari 7 blok, yang dimulai dari Blok A hingga G. Dan uniknya, semua jalan di kawasan itu memakai nama-nama danau yang ada seluruh Indonesia.
Dirangkum dari berbagai sumber, Senin (31/1/2022), asal-usul nama Pejompongan (Pedjompongan) berasal dari Kampong Djati dan Kampong Pedjompongan. Nama Pedjompongan sudah terkenal sejak era VOC/Belanda. Hal ini bermula dari kawasan Tanah Abang awalnya ditempati oleh pasukan pribumi pendukung militer VOC/Belanda yang berasal dari Jawa. Hal inilah yang menyebabkan kawasan tempat tinggal mereka disebut Tanah Abang.
Mereka menanam jati ke arah hulu. Di area hutan jati kemudian terbentuk perkampungan yang disebut Kampong Djati. Mereka juga menanam jati ke arah hulu. Di area hutan jati yang baru ini kemudian terbentuk perkampungan yang disebut Pedjompongan. Nama Kampong Pedjompongan semakin terkenal karena di area perkampungan ini Sungai Kroekoet (Krukut) disodet dan mengalirkannya melalui kanal hingga Angke.
Lebih ke hulu dari Kampung Pedjompongan dibangun bendungan untuk mengairi persawahan di Pedjompongan. Area sekitar bendungan di Sungai Krukut ini kemudian terbentuk Kampong Bendoengan (hoeloe dan hilir). Setelah adanya bendungan ini, pemerintah mengkapitalisasi lahan di perkampongan Pedjompongan yang disebut Land Laanhof (land pertama kali yang dimiliki oleh keluarga Laanhof).
Sejarah panjang Pajempongan tidak hanya soal area penempatan pasukan pendukung militer VOC/Belanda, tetapi juga soal pembangunan kanal. Pembangunan bendungan juga terkait dengan perkampongan Pedjompongan. Tidak hanya sampai di situ, di Kampong Pedjompongan juga dibangun instalasi air bersih yang kelak memunculkan nama area Perdjernihan (Penjernihan).
Memasuki era kemerdekaan, sejarah Pajempongan dimulai sekitar tahun 1950-an saat pemerintah Indonesia mengubah rawa dan kebun menjadi daerah yang dimanfaatkan untuk permukiman, pabrik, dan sekolah, salah satunya Pejompongan.
Pejompongan semula merupakan daerah permukiman kelas menengah ke atas, karena diperuntukkan bagi keluarga militer/tentara, pegawai negeri sipil (PNS), dan institusi lainnya agar lebih mudah berkerja di Ibu Kota. Di kawasan ini juga terdapat sebuah rumah sakit besar yaitu Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjo.
Cikal bakal RSAL berawal pada tahun 1960-an dari sebuah kegiatan pelayanan kesehatan berupa perawatan pasien di Jalan Cut Meutia dan klinik bersalin di Jalan Citandui serta Jalan Cidurian, Menteng. Kedua klinik bersalin tersebut dikelola Dinas Kesehatan Komando Daerah Maritim Djakarta yang berkedudukan di Jalan Prapatan Nomor 48.
Pejompongan dikenal memiliki kuliner populer sejak tahun 1980-an, antara lain Sate Kambing Jono, Nasi Goreng Bumen, Bakso Saroja, Warung Tegal Warsap, dan Nasi Uduk Bang Boim.
Pejompongan terletak di sebelah Utara kompleks Gelola Bung Karno Senayan dan Timur kawasan Slipi. Secara administratif, Pajempongan berada dalam wilayah Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Pejompongan terdiri dari 7 blok, yang dimulai dari Blok A hingga G. Dan uniknya, semua jalan di kawasan itu memakai nama-nama danau yang ada seluruh Indonesia.
Dirangkum dari berbagai sumber, Senin (31/1/2022), asal-usul nama Pejompongan (Pedjompongan) berasal dari Kampong Djati dan Kampong Pedjompongan. Nama Pedjompongan sudah terkenal sejak era VOC/Belanda. Hal ini bermula dari kawasan Tanah Abang awalnya ditempati oleh pasukan pribumi pendukung militer VOC/Belanda yang berasal dari Jawa. Hal inilah yang menyebabkan kawasan tempat tinggal mereka disebut Tanah Abang.
Mereka menanam jati ke arah hulu. Di area hutan jati kemudian terbentuk perkampungan yang disebut Kampong Djati. Mereka juga menanam jati ke arah hulu. Di area hutan jati yang baru ini kemudian terbentuk perkampungan yang disebut Pedjompongan. Nama Kampong Pedjompongan semakin terkenal karena di area perkampungan ini Sungai Kroekoet (Krukut) disodet dan mengalirkannya melalui kanal hingga Angke.
Lebih ke hulu dari Kampung Pedjompongan dibangun bendungan untuk mengairi persawahan di Pedjompongan. Area sekitar bendungan di Sungai Krukut ini kemudian terbentuk Kampong Bendoengan (hoeloe dan hilir). Setelah adanya bendungan ini, pemerintah mengkapitalisasi lahan di perkampongan Pedjompongan yang disebut Land Laanhof (land pertama kali yang dimiliki oleh keluarga Laanhof).
Sejarah panjang Pajempongan tidak hanya soal area penempatan pasukan pendukung militer VOC/Belanda, tetapi juga soal pembangunan kanal. Pembangunan bendungan juga terkait dengan perkampongan Pedjompongan. Tidak hanya sampai di situ, di Kampong Pedjompongan juga dibangun instalasi air bersih yang kelak memunculkan nama area Perdjernihan (Penjernihan).
Memasuki era kemerdekaan, sejarah Pajempongan dimulai sekitar tahun 1950-an saat pemerintah Indonesia mengubah rawa dan kebun menjadi daerah yang dimanfaatkan untuk permukiman, pabrik, dan sekolah, salah satunya Pejompongan.
Baca Juga
Pejompongan semula merupakan daerah permukiman kelas menengah ke atas, karena diperuntukkan bagi keluarga militer/tentara, pegawai negeri sipil (PNS), dan institusi lainnya agar lebih mudah berkerja di Ibu Kota. Di kawasan ini juga terdapat sebuah rumah sakit besar yaitu Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjo.
Cikal bakal RSAL berawal pada tahun 1960-an dari sebuah kegiatan pelayanan kesehatan berupa perawatan pasien di Jalan Cut Meutia dan klinik bersalin di Jalan Citandui serta Jalan Cidurian, Menteng. Kedua klinik bersalin tersebut dikelola Dinas Kesehatan Komando Daerah Maritim Djakarta yang berkedudukan di Jalan Prapatan Nomor 48.
Pejompongan dikenal memiliki kuliner populer sejak tahun 1980-an, antara lain Sate Kambing Jono, Nasi Goreng Bumen, Bakso Saroja, Warung Tegal Warsap, dan Nasi Uduk Bang Boim.
(thm)
tulis komentar anda