Riwayat Macao Po, Kawasan Prostitusi Tentara Belanda dan Orang China Tajir di Depan Stasiun Beos

Rabu, 10 November 2021 - 05:00 WIB
Pelacur atau PSK di Jakarta tahun 1948. Foto: GaHetNa (Nationaal Archief NL)
JAKARTA - Macao Po, kawasan prostitusi tertua dan pertama di Batavia. Kawasan Macao

Po berupa rumah-rumah tingkat yang berada di depan Stasiun Beos

(saat ini Stasiun Jakarta Kota ).

Menurut Budayawan Betawi Ridwan Saidi, disebut Macao Po lantaran para PSK-nya berasal dari Macao yang didatangkan oleh mucikari Portugis dan China untuk menghibur tentara Belanda di sekitar Binnenstadt (sekitar kota Inten di terminal angkutan umum Jakarta Kota sekarang). Macao Po juga menjadi persinggahan orang China tajir yang mencari hiburan.

Baca juga: 1.001 Alasan Pria Pakai Jasa Prostitusi Online

Tak heran, Macao Po identik dengan lokalisasi kelas atas bahkan pengunjungnya kebanyakan para pejabat VOC. Pejabat yang ke sana juga terkenal sebagai pejabat hitam yang gemar bermain wanita dan korupsi.

Dikutip dari artikel “Prostitusi di Jakarta Dalam Tiga Kekuasaan, 1930-1959. Sejarah dan Perkembangannya” karya Lamijo, Rabu (10/11/2021) bahwa perkembangan fisik kota Jakarta sangat pesat dari kota pelabuhan tradisional di masa Sunda Kelapa menjadi kota Batavia di masa kolonial Hindia Belanda. Pada awal penjajahan Belanda tahun 1621 (masa kekuasaan Gubernur JP Coen) telah berkembang sistem pergundikan di Batavia yang menjadi cikal bakal perkembangan prostitusi di Jakarta.

Seiring perkembangan ekonomi dan fisik kota Jakarta serta peran dan posisi

Jakarta sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda, maka kawasan pelacuran atau prostitusi juga berkembang tidak terkonsentrasi di satu tempat saja. Di sebelah timur Macao Po (sekitar Jalan Jayakarta sekarang) bermunculan lokalisasi prostitusi kelas rendah bernama Gang Mangga. Saking terkenalnya Gang Mangga saat itu orang menyebut sakit sipilis dengan sebutan sakit Mangga.

Dalam perkembangan selanjutnya, tempat prostitusi Gang Mangga tersaingi rumah-rumah bordil yang didirikan oleh orang China dengan sebutan Soehian. Dikutip dari “Prostitution in Indonesia”, Working Paper in Demography (Research School of Social Sciences No 52) (Canberra: The Australian National University, 1995; Gavin W Jones, Endang S, dan Terence H Hull, kompleks pelacuran sejenis Soehian cepat menyebar ke seluruh Jakarta. Karena sering ribut, maka pada awal abad XX Soehian-Soehian di sekitar Gang Mangga kemudian ditutup pemerintah Belanda.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More