Riwayat Hotel des Indes di Jalan Gajah Mada, Saksi Bisu Perundingan Roem Royen
Minggu, 05 September 2021 - 05:05 WIB
Menurut Alfred Russel Wallace yang berada di Batavia pada tahun 1861, Hotel des Indes sangat nyaman. Setiap tamu disediakan kamar duduk dan kamar tidur menghadap ke beranda. Di beranda, tamu dapat menikmati kopi pagi dan kopi sore. Pada pukul sepuluh disediakan sarapan table d'hôte dan makan malam mulai pukul enam. Semuanya dengan harga per hari yang pantas.
Setelah Cressonnier meninggal dunia pada tahun 1870, keluarganya menjual hotel ini kepada Theodoor Gallas. Pada tahun 1886, Gallas menjual hotel ini kepada Jacob Lugt yang memperluas hotel secara besar-besaran dengan cara membeli tanah di sekeliling hotel. Setelah Lugt mendapat masalah keuangan, Hotel des Indes dijadikan perseroan terbatas NV Hotel des Indes pada tahun 1897. Pada tahun 1903, hotel ini berada di bawah manajemen JM Gantvoort sebelum dikelola oleh Nieuwenhuys.
Baca juga: Sejarah Pendidikan Jakarta dan Sekolah Guru Pertama di Batavia
John T McCutcheon menulis pada tahun 1910 bahwa bila dibandingkan dengan Hotel des Indes, semua hotel di Asia berada di bawahnya. Dia juga bercerita tentang kemewahan rijsttafel di hotel tersebut.
“Anda harus makan siang lebih awal agar ada cukup waktu untuk menikmatinya sebelum makan malam. Makan siang disajikan oleh 24 pelayan yang berbaris memanjang, mulai dari dapur hingga ke meja, dan kembali ke dapur dengan berbaris. Setiap pelayan membawa sepiring makanan berisi salah satu lauk dari keseluruhan 57 lauk pauk untuk rijsttafel. Anda mengambil sendiri lauk dengan sebelah tangan hingga lelah, lalu bergantian dengan tangan yang sebelah lagi. Ketika Anda sudah siap makan, piring anda terlihat seperti bunker di padang golf yang dipenuhi nasi,” tulis John T McCutcheon seperti dimuat di Wikipedia.
Setelah Indonesia merdeka, hotel ini diambil alih Pemerintah Indonesia pada tahun 1960 dan diganti namanya menjadi Hotel Duta Indonesia. Pada tahun 1971, bangunan hotel dibongkar untuk didirikan Pertokoan Duta Merlin.
Sumber: Wikipedia, jakarta45.wordpress.com
Setelah Cressonnier meninggal dunia pada tahun 1870, keluarganya menjual hotel ini kepada Theodoor Gallas. Pada tahun 1886, Gallas menjual hotel ini kepada Jacob Lugt yang memperluas hotel secara besar-besaran dengan cara membeli tanah di sekeliling hotel. Setelah Lugt mendapat masalah keuangan, Hotel des Indes dijadikan perseroan terbatas NV Hotel des Indes pada tahun 1897. Pada tahun 1903, hotel ini berada di bawah manajemen JM Gantvoort sebelum dikelola oleh Nieuwenhuys.
Baca juga: Sejarah Pendidikan Jakarta dan Sekolah Guru Pertama di Batavia
John T McCutcheon menulis pada tahun 1910 bahwa bila dibandingkan dengan Hotel des Indes, semua hotel di Asia berada di bawahnya. Dia juga bercerita tentang kemewahan rijsttafel di hotel tersebut.
“Anda harus makan siang lebih awal agar ada cukup waktu untuk menikmatinya sebelum makan malam. Makan siang disajikan oleh 24 pelayan yang berbaris memanjang, mulai dari dapur hingga ke meja, dan kembali ke dapur dengan berbaris. Setiap pelayan membawa sepiring makanan berisi salah satu lauk dari keseluruhan 57 lauk pauk untuk rijsttafel. Anda mengambil sendiri lauk dengan sebelah tangan hingga lelah, lalu bergantian dengan tangan yang sebelah lagi. Ketika Anda sudah siap makan, piring anda terlihat seperti bunker di padang golf yang dipenuhi nasi,” tulis John T McCutcheon seperti dimuat di Wikipedia.
Setelah Indonesia merdeka, hotel ini diambil alih Pemerintah Indonesia pada tahun 1960 dan diganti namanya menjadi Hotel Duta Indonesia. Pada tahun 1971, bangunan hotel dibongkar untuk didirikan Pertokoan Duta Merlin.
Sumber: Wikipedia, jakarta45.wordpress.com
(jon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda