Riwayat Hotel des Indes di Jalan Gajah Mada, Saksi Bisu Perundingan Roem Royen
Minggu, 05 September 2021 - 05:05 WIB
JAKARTA - Di Jalan Gajah Mada , Jakarta Barat yang dulunya dikenal kawasan Molenvliet West (Batavia) terdapat sebuah hotel termasyhur. Hotel des Indes yang beroperasi pada 1856-1960 dan menjadi saksi bisu Perundingan Roem Royen pada 7 Mei 1949.
Perundingan Roem Royen di Hotel des Indes dipimpin oleh Merle Cochran, delegasi RI diwakili Mr Muhammad Roem dan Belanda diketuai Dr JH Van Royen. Perundingan berakhir pada 7 Mei 1949 dengan hasil Pemerintah Indonesia termasuk para pemimpin yang ditawan akan dikembalikan ke Yogyakarta dan kedua pihak sepakat untuk melaksanakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
Baca juga: Kisah Cinta Patih Gajah Mada dengan 3 Wanita
Dikutip dari berbagai sumber, Minggu (5/9/2021), Reinier de Klerk merupakan pemilik tanah untuk lokasi Hotel des Indes sejak tahun 1760. Tanah dan rumah di atasnya dijual de Klerk kepada C Postmans pada 1774. Pada tahun 1824 tanah dan bangunan dibeli pemerintah untuk sekolah asrama putri.
Pada tahun 1829, tanah dan bangunan di atas lokasi dibeli orang Prancis bernama Antoine Surleon Chaulan yang mendirikan sebuah hotel bernama Hotel de Provence. Pada tahun 1845, putra Etienne Chaulan mengambil alih hotel dari tangan ayahnya.
Pada tahun 1851, di bawah manajemen Cornelis Denning Hoff, hotel ini berganti nama menjadi Rotterdamsch Hotel. Satu tahun berselang hotel ini dibeli orang Swiss bernama Francois Auguste Emile Wijss yang menikah dengan keponakan perempuan dari Etienne Chaulan. Pada 1 Mei 1856, Wijjs menamakan hotel ini sebagai Hotel des Indes atas usulan Douwes Dekker.
Pada tahun 1860, Hotel des Indes dijual Wijjs kepada orang Prancis bernama Louis George Cressonnier.
Hotel des Indes tahun 1902-1905. Foto: National Museum of World Cultures
Perundingan Roem Royen di Hotel des Indes dipimpin oleh Merle Cochran, delegasi RI diwakili Mr Muhammad Roem dan Belanda diketuai Dr JH Van Royen. Perundingan berakhir pada 7 Mei 1949 dengan hasil Pemerintah Indonesia termasuk para pemimpin yang ditawan akan dikembalikan ke Yogyakarta dan kedua pihak sepakat untuk melaksanakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
Baca juga: Kisah Cinta Patih Gajah Mada dengan 3 Wanita
Dikutip dari berbagai sumber, Minggu (5/9/2021), Reinier de Klerk merupakan pemilik tanah untuk lokasi Hotel des Indes sejak tahun 1760. Tanah dan rumah di atasnya dijual de Klerk kepada C Postmans pada 1774. Pada tahun 1824 tanah dan bangunan dibeli pemerintah untuk sekolah asrama putri.
Pada tahun 1829, tanah dan bangunan di atas lokasi dibeli orang Prancis bernama Antoine Surleon Chaulan yang mendirikan sebuah hotel bernama Hotel de Provence. Pada tahun 1845, putra Etienne Chaulan mengambil alih hotel dari tangan ayahnya.
Pada tahun 1851, di bawah manajemen Cornelis Denning Hoff, hotel ini berganti nama menjadi Rotterdamsch Hotel. Satu tahun berselang hotel ini dibeli orang Swiss bernama Francois Auguste Emile Wijss yang menikah dengan keponakan perempuan dari Etienne Chaulan. Pada 1 Mei 1856, Wijjs menamakan hotel ini sebagai Hotel des Indes atas usulan Douwes Dekker.
Pada tahun 1860, Hotel des Indes dijual Wijjs kepada orang Prancis bernama Louis George Cressonnier.
Hotel des Indes tahun 1902-1905. Foto: National Museum of World Cultures
Lihat Juga :
tulis komentar anda