Sejarah Pendidikan Jakarta dan Sekolah Guru Pertama di Batavia
Minggu, 29 Agustus 2021 - 06:00 WIB
Saat penilaian sekolah guru Normaalschool Batavia tahun 1890, van Ophuijsen masih menjabat sebagai direktur di Padang Sidempoean. Dua murid terbaik guru Charles Adrian van Ophuijsen, yakni Saleh Harahap dengan gelar Dja Endar Moeda (lulus tahun 1884), dan Radjioen Harahap, dengan gelar Soetan Casajangan (lulus tahun 1887) .
Sekolah guru Normaalschool Batavia sejak pendiriannya tahun 1871, dari 10 orang kandidat hanya lulus 6 orang. Pada tahun 1873 dari 13 kandidat yang mengikuti ujian hanya satu orang yang lulus. Pada tahun 1874 jumlah lulusan meningkat menjadi 7 orang, tetapi tahun berikutnya berkurang lagi. Pada tahun terakhir (1898) hanya satu yang lulus. Total selama 18 tahun, hanya meluluskan 48 laki-laki dan 11 perempuan. Itu berarti selama 18 tahun Normaalschool Batavia hanya meluluskan siswa 2 atau 3 orang per tahun. Suatu angka yang sangat rendah
Singkat kata, sekolah guru Normaalschoo Batavia yang beralamat di Salembaweg, kinerjanya baru meningkat tajam setelah direkturnya dijabat oleh Soetan Casajangan pada tahun 1919. Soetan Casajangan adalah kepala sekolah guru Normaalschool pertama yang diangkat dari kalangan pribumi di seluruh Hindia. Pasca reorganisasi pendidikan, syarat untuk menjabat kepala sekolah normaalschool (dan juga kweekschool) harus sarjana.
Soetan Casajangan adalah alumni sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1887. Setelah menjadi guru sekolah dasar di Padang Sidempoean selama 15 tahun, pada tahun 1905 Soetan Casajangan melanjutkan studi ke Belanda (mahasiswa kelima pribumi di Belanda). Pada tahun 1908 jumlah mahasiswa pribumi di Belanda sebanyak 20 orang.
Soetan Casajangan lalu mendirikan perhimpunan mahasiswa sekaligus menjadi presidennya. Perhimpunan ini disebut Indische Vereeniging. Selama kuliah juga merangkap sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Bahasa Melayu di Universiteit Leden untuk membantu Prof Charles Adrian van Ophuijsen (mantan gurunya dulu di Kweekschool Padang Sidempoean).
Pada tahun 1911 Soetan Casajangan lulus dan mendapat sarjana pendidikan. Pada tahun 1913 Soetan Casajangan pulang ke Tanah Air dan diangkat sebagai direktur sekolah guru Kweekschool Fort de Kock. Setelah sempat menjadi kepala sekolah guru di Dolok Sanggoel dan Ambon, pada tahun 1919 Soetan Casajangan dipindahkan ke Batavia dan diangkat menjadi direktur Normaalschool Batavia. Pada tahun 1924 Mohamad Hatta dan kawan-kawan di Belanda mengubah Indische Vereeniging menjadi Perhimpoenan Indonesia.
Pada tahun 1827 Soetan Casajangan mengalami sakit. Pada bulan April, Soetan Casajangan diberitakan meninggal dunia. Soetan Casajangan dimakamkan di pekuburan Meester Cornelis (belakang rumah sakit RS Mitra sekarang). Soetan Casajangan adalah sarjanan pendidikan Indonesia pertama atau pada masa ini lulusan IKIP/UNJ.
Sekolah guru Normaalschool Batavia sejak pendiriannya tahun 1871, dari 10 orang kandidat hanya lulus 6 orang. Pada tahun 1873 dari 13 kandidat yang mengikuti ujian hanya satu orang yang lulus. Pada tahun 1874 jumlah lulusan meningkat menjadi 7 orang, tetapi tahun berikutnya berkurang lagi. Pada tahun terakhir (1898) hanya satu yang lulus. Total selama 18 tahun, hanya meluluskan 48 laki-laki dan 11 perempuan. Itu berarti selama 18 tahun Normaalschool Batavia hanya meluluskan siswa 2 atau 3 orang per tahun. Suatu angka yang sangat rendah
Singkat kata, sekolah guru Normaalschoo Batavia yang beralamat di Salembaweg, kinerjanya baru meningkat tajam setelah direkturnya dijabat oleh Soetan Casajangan pada tahun 1919. Soetan Casajangan adalah kepala sekolah guru Normaalschool pertama yang diangkat dari kalangan pribumi di seluruh Hindia. Pasca reorganisasi pendidikan, syarat untuk menjabat kepala sekolah normaalschool (dan juga kweekschool) harus sarjana.
Soetan Casajangan adalah alumni sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1887. Setelah menjadi guru sekolah dasar di Padang Sidempoean selama 15 tahun, pada tahun 1905 Soetan Casajangan melanjutkan studi ke Belanda (mahasiswa kelima pribumi di Belanda). Pada tahun 1908 jumlah mahasiswa pribumi di Belanda sebanyak 20 orang.
Soetan Casajangan lalu mendirikan perhimpunan mahasiswa sekaligus menjadi presidennya. Perhimpunan ini disebut Indische Vereeniging. Selama kuliah juga merangkap sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Bahasa Melayu di Universiteit Leden untuk membantu Prof Charles Adrian van Ophuijsen (mantan gurunya dulu di Kweekschool Padang Sidempoean).
Pada tahun 1911 Soetan Casajangan lulus dan mendapat sarjana pendidikan. Pada tahun 1913 Soetan Casajangan pulang ke Tanah Air dan diangkat sebagai direktur sekolah guru Kweekschool Fort de Kock. Setelah sempat menjadi kepala sekolah guru di Dolok Sanggoel dan Ambon, pada tahun 1919 Soetan Casajangan dipindahkan ke Batavia dan diangkat menjadi direktur Normaalschool Batavia. Pada tahun 1924 Mohamad Hatta dan kawan-kawan di Belanda mengubah Indische Vereeniging menjadi Perhimpoenan Indonesia.
Pada tahun 1827 Soetan Casajangan mengalami sakit. Pada bulan April, Soetan Casajangan diberitakan meninggal dunia. Soetan Casajangan dimakamkan di pekuburan Meester Cornelis (belakang rumah sakit RS Mitra sekarang). Soetan Casajangan adalah sarjanan pendidikan Indonesia pertama atau pada masa ini lulusan IKIP/UNJ.
(thm)
tulis komentar anda