Pernah Jadi Penyimpanan Abu Jenazah Tentara Jepang, Begini Cerita Gereja Immanuel Jakarta
Selasa, 03 Agustus 2021 - 05:25 WIB
Usaha mempersatukan dua umat Protestan ini tidak berhasil di Belanda, tetapi usaha tadi tidak sepenuhnya gagal di Hindia Belanda. Dengan pembangunan gereja ini, umat Protestan Lutheran dan Hervormd disatukan dalam sebuah gereja. Selain umat Protestan Hervormd dan Lutheran, umat Protestan Evangeli pun turut menggunakan gereja ini sebagai tempat ibadahnya.
Baca juga: AS Kembalikan 3 Artefak Cagar Budaya yang Diselundupkan dari Indonesia
Pada masa pendudukan Jepang, gereja ini sempat digunakan untuk menyimpan abu jenazah tentara Jepang yang gugur dalam peperangan. Pada masa tersebut, bangunan ini dikenal dengan nama Kuil Churei-do. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, gereja ini dikembalikan fungsinya sebagai tempat beribadat umat Kristen. Nama Willemskerk berubah menjadi Gereja Immanuel pada tahun 1948 saat didirikan Gereja Protestan Indonesia Barat.
GPIB Immanuel Jakarta yang terletak di persimpangan Jalan Merdeka Timur dan Jalan Pejambon ini memiliki halaman cukup luas, bergaya arsitektur Imperial yang merupakan bagian dari Neo Klasik dan mendapat pengaruh Barok dan Rokoko pada interiornya.
Bangunan gereja berdenah lingkaran simetris dengan 4 pintu masuk dan beratap kubah berpenutup sirap dengan cupola di puncaknya. Atap pada pedimen dan teras belakang merupakan atap perisai dengan penutup genteng. Di sekeliling dinding bagian atas bangunan gereja terdapat entablatur. Struktur bangunan merupakan dinding pemikul yang terbuat dari susunan bata yang diplester dengan campuran kapur dan pasir. Lantai bangunan gereja dibuat lebih tinggi 3,2 meter dari halaman.
Baca juga: AS Kembalikan 3 Artefak Cagar Budaya yang Diselundupkan dari Indonesia
Pada masa pendudukan Jepang, gereja ini sempat digunakan untuk menyimpan abu jenazah tentara Jepang yang gugur dalam peperangan. Pada masa tersebut, bangunan ini dikenal dengan nama Kuil Churei-do. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, gereja ini dikembalikan fungsinya sebagai tempat beribadat umat Kristen. Nama Willemskerk berubah menjadi Gereja Immanuel pada tahun 1948 saat didirikan Gereja Protestan Indonesia Barat.
GPIB Immanuel Jakarta yang terletak di persimpangan Jalan Merdeka Timur dan Jalan Pejambon ini memiliki halaman cukup luas, bergaya arsitektur Imperial yang merupakan bagian dari Neo Klasik dan mendapat pengaruh Barok dan Rokoko pada interiornya.
Bangunan gereja berdenah lingkaran simetris dengan 4 pintu masuk dan beratap kubah berpenutup sirap dengan cupola di puncaknya. Atap pada pedimen dan teras belakang merupakan atap perisai dengan penutup genteng. Di sekeliling dinding bagian atas bangunan gereja terdapat entablatur. Struktur bangunan merupakan dinding pemikul yang terbuat dari susunan bata yang diplester dengan campuran kapur dan pasir. Lantai bangunan gereja dibuat lebih tinggi 3,2 meter dari halaman.
(jon)
tulis komentar anda