Kisah Mudik Nababan ke Medan dengan Modal Celana Sobek
Minggu, 02 Mei 2021 - 04:34 WIB
TANGERANG - Mudik Lebaran tidak selamanya mendatangkan bahagia. Seperti yang dialami Nababan (25) misalnya. Pria asal Medan ini mengaku terpaksa mudik di masa pandemi Covid-19 hari ini.
Saat ditemui SINDOnews, Nababan tampak duduk seorang diri. Bawaannya hanya tas gendong. Celana panjangnya robek-robek gaya anak muda. Sorot matanya lesu. Sesekali, seseorang di kampung menelponnya, mengirimkan fotokopi KTP miliknya.
"Saya mudik juga terpaksa, karena ibu saya hari ini meninggal. Saya mudik ke Medan. Kalau ibu saya tidak meninggal, saya tidak akan mudik," katanya di Terminal 2 di Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang, Sabtu 1Mei 2021.
Nababan berprinsip, tidak akan pulang kampung jika tidak ada cukup uang. Apalagi, dirinya baru saja merantau. Dia saat ini bekerja di pasar induk, bidang penjualan. Sebelumnya ke Jakarta, dia tinggal di Bandung, menumpang bersama dengan kakaknya.
"Namanya anak rantau kalau gak ada pegangan ngapaian pulang. Kalau kayak gini, gak punya pegangan apa-apa, pulang kampung gak bisa ngasih apa-apa juga, ya mau gimana lagi," sambungnya.
Nababan mengaku, dirinya pulang kampung karena dibiayai oleh bosnya di pasar induk. Tiket pesawat juga dibelikan olehnya. Termasuk biaya Swab senilai Rp195 ribu, sebagai syarat naik pesawat di bandara.
Pengalaman mudik tahun ini sangat berkesan. Tidak hanya karena terpaksa ibunya meninggal, tetapi menjadi pengalaman pertama Nababan naik pesawat sendiri ke kampung halaman di Medan dari Jakarta. Semoga selamat sampai tujuan kawan.
Saat ditemui SINDOnews, Nababan tampak duduk seorang diri. Bawaannya hanya tas gendong. Celana panjangnya robek-robek gaya anak muda. Sorot matanya lesu. Sesekali, seseorang di kampung menelponnya, mengirimkan fotokopi KTP miliknya.
"Saya mudik juga terpaksa, karena ibu saya hari ini meninggal. Saya mudik ke Medan. Kalau ibu saya tidak meninggal, saya tidak akan mudik," katanya di Terminal 2 di Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang, Sabtu 1Mei 2021.
Nababan berprinsip, tidak akan pulang kampung jika tidak ada cukup uang. Apalagi, dirinya baru saja merantau. Dia saat ini bekerja di pasar induk, bidang penjualan. Sebelumnya ke Jakarta, dia tinggal di Bandung, menumpang bersama dengan kakaknya.
"Namanya anak rantau kalau gak ada pegangan ngapaian pulang. Kalau kayak gini, gak punya pegangan apa-apa, pulang kampung gak bisa ngasih apa-apa juga, ya mau gimana lagi," sambungnya.
Nababan mengaku, dirinya pulang kampung karena dibiayai oleh bosnya di pasar induk. Tiket pesawat juga dibelikan olehnya. Termasuk biaya Swab senilai Rp195 ribu, sebagai syarat naik pesawat di bandara.
Pengalaman mudik tahun ini sangat berkesan. Tidak hanya karena terpaksa ibunya meninggal, tetapi menjadi pengalaman pertama Nababan naik pesawat sendiri ke kampung halaman di Medan dari Jakarta. Semoga selamat sampai tujuan kawan.
(mhd)
tulis komentar anda