Misteri Hilangnya Jejak Benteng di Tangerang, Kota Benteng Tapi Tanpa Benteng

Jum'at, 19 Maret 2021 - 06:30 WIB
Menurut tulisan F de Haan dari arsip VOC resolusi 1 Juni 1660 disebutkan, untuk mengawasi Tangerang, maka dianggap perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan perbatasan sungai Tangerang, karena pasukan Banten kerap melakukan serangan secara mendadak. Sesuai perjanjian antara kompeni VOC dan Bupati Tangerang pertama Raden Aria Soetadilaga pada 17 April 1684, wilayah Tangerang meliputi antara sungai Angke dan Cisadane.



Pemandangan Benteng (Fort) Tangerang dilukis Johannes Rach, seniman Denmark yang bertugas di VOC.

Menurut peta yang dibuat pada 1692, pos yang paling tua terletak di muara sungai Mookervaart, tepatnya di sebelah Utara Kampung Baru. Namun, ketika didirikan pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan atau tepat di muara sungai Tangerang. (Baca juga; Asal Usul Pondok Cina, Tempat Transit Pedagang Tionghoa yang Hendak Berdagang ke Depok )

Pada 1739 telah berdiri Benteng atau Fort Sampora (Serpong) dan Fort Tangerang sebagai bangunan pertahanan yang memisahkan kedua belah pihak, yaitu VOC dan Kesultanan Banten. Batas wilayah kekuasaan tersebut adalah sungai Cisadane. Fort Sampora dan Fort Tangerang merupakan sebuah bangunan yang menandakan batas terjauh teritorial dari VOC Belanda.



Peta Benteng (Fort) Tangerag dan Fort Sampora (Serpong).

Menurut arsip Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia pada 3 April 1750, Gubernur Jenderal Zwaardeczon menginstruksikan, membuat pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan dalam pos penjagaan. Tujuannya agar pasukan dari Banten tidak dalam melakukan penyerangan. Termasuk merobohkan bangunan-bangunan dalam pos penjagaan lama yang berdinding bambu dan diganti dengan tembok.

Benteng baru yang akan dibangun direncanakan punya ketebalan dinding sekitar 20 kaki. Di sana akan ditempatkan 30 orang Eropa di bawah pimpinan seorang Vandrig (Peltu) dan 28 orang Makassar yang akan tinggal di luar benteng. Bahan dasar benteng adalah batu bata yang diperoleh dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I.

Setelah benteng selesai dibangun, personel penjaga berjumlah 60 orang Eropa dan 30 orang hitam. Yang dimaksud orang hitam ini adalah orang-orang Makassar yang direkrut sebagai serdadu kompeni. Benteng ini kemudian menjadi basis pertahanan kompeni dalam menghadapi serangan pasukan Banten.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More