DKM Masjid Al Aqsha BSD Tangsel Bangun Hutara untuk Korban Banjir Kalsel
Jum'at, 19 Februari 2021 - 12:01 WIB
JAKARTA - DKM Masjid Al Aqsha Delatinos BSD, Kota Tangerang Selatan , berkolaborasi dengan Barabaimuda (kelompok pemuda lokal) membangun hunian sementara (Huntara) di Desa Alat Sebrang, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Pola pembangunan Huntara ini terbilang unik, karena melibatkan kerja sama antara Aqsha Tanggap Bencana (ATB) Masjid Al-Aqsha Delatinos dengan Barabaimuda yang membantu melakukan eksekusi pembangunanya. Masjid bertugas mengumpulkan dana, lalu dibelanjakan logistik dan dikirimkan ke lokasi yang kemudian dibangun huntara.
“Pola kerja sama ini sangat efektif, karena melibatkan masyarakat. Jadi mereka tak hanya sebagai penerima saja. Dengan begitu masyarakat akan memelihara huntara ini, dan memudahkan operasional di lapangan,“ kata Amirudin Khaer, Ketua ATB Masjid Al Aqsha Delatinos dalam siaran tertulis yang diterima SINDOnews pada Jumat (19/2/2021).
Pernyataan itu diamini oleh Birrul Qodriyah, Pembina Baraibamuda yang selalu memberikan update pembangunan kepada para donatur di lingkungan masdjid Al Aqsha. Birrul yang dikonfirmasi menyatakan bahwa pembangunan Huntara ini akan terus jalan, sepanjang donasi masih mengalir.
“Kami prioritaskan korban banjir dengan kondisi khusus yang paling memerlukan. Beberapa prioritas utama yang diberikan bantuan huntara adalah keluarga dengan lansia, keluarga dengan balita atau ibu hamil, serta keluarga dengan anggota keluarga yang sakit berat/ menahun. Ini paling tidak akan meringankan masyarakat yang sudah kehilangan harta bendanya dan hanya hidup beratap terpal," ujarnya.
Hingga saat ini kolaborasi penanggulangan bencana ini sudah membangun sembilan hunian untuk korban banjir. Dan akan bertambah lagi seiring dengan masuknya donasi. “Kami ingin mengabarkan pola kerjasama ini, karena kami juga ingin banyak masyarakat terbantu dengan pola yang seperti ini. Pola ini cepat dan langsung menuju sasaran, tanpa meleset,” kata Birrul.
Iqbal koordinator lapangan untuk pembangunan Aqsha Huntara menambahkan, jika dilihat dari beberapa Huntara yang sudah jadi. Rumah kayu ini tidak hanya layak untuk diitempati, karena memang sudah sangat layak, meskipun dari kayu. Setiap Huntara senilai Rp 15 juta ini ditargetkan selesai dalam 10 hari, dengan ukuran 8x4 meter, 4x6 meter untuk bangunan utama, dan 2x4 meter untuk teras depan.
Kayu dipilih sebagai material utama untuk membangun huntara, baik untuk pondasi, lantai, maupun dinding sedangkan untuk atapnya menggunakan seng.“Meskipun namanya huntara, tetapi untuk pondasi dan tiang utama kami tetap menggunakan kayu ulin seperti kebiasaan masyarakat Banjar dalam membangun rumah. Tujuan penggunaaan kayu ulin ini adalah agar huntara yang dibangunkan kuat dan kokoh serta tahan lama selama bertahun-tahun setidaknya sampai masyarakat mampu membangun hunian tetap,” ucapnya.
Pola pembangunan Huntara ini terbilang unik, karena melibatkan kerja sama antara Aqsha Tanggap Bencana (ATB) Masjid Al-Aqsha Delatinos dengan Barabaimuda yang membantu melakukan eksekusi pembangunanya. Masjid bertugas mengumpulkan dana, lalu dibelanjakan logistik dan dikirimkan ke lokasi yang kemudian dibangun huntara.
“Pola kerja sama ini sangat efektif, karena melibatkan masyarakat. Jadi mereka tak hanya sebagai penerima saja. Dengan begitu masyarakat akan memelihara huntara ini, dan memudahkan operasional di lapangan,“ kata Amirudin Khaer, Ketua ATB Masjid Al Aqsha Delatinos dalam siaran tertulis yang diterima SINDOnews pada Jumat (19/2/2021).
Pernyataan itu diamini oleh Birrul Qodriyah, Pembina Baraibamuda yang selalu memberikan update pembangunan kepada para donatur di lingkungan masdjid Al Aqsha. Birrul yang dikonfirmasi menyatakan bahwa pembangunan Huntara ini akan terus jalan, sepanjang donasi masih mengalir.
“Kami prioritaskan korban banjir dengan kondisi khusus yang paling memerlukan. Beberapa prioritas utama yang diberikan bantuan huntara adalah keluarga dengan lansia, keluarga dengan balita atau ibu hamil, serta keluarga dengan anggota keluarga yang sakit berat/ menahun. Ini paling tidak akan meringankan masyarakat yang sudah kehilangan harta bendanya dan hanya hidup beratap terpal," ujarnya.
Hingga saat ini kolaborasi penanggulangan bencana ini sudah membangun sembilan hunian untuk korban banjir. Dan akan bertambah lagi seiring dengan masuknya donasi. “Kami ingin mengabarkan pola kerjasama ini, karena kami juga ingin banyak masyarakat terbantu dengan pola yang seperti ini. Pola ini cepat dan langsung menuju sasaran, tanpa meleset,” kata Birrul.
Iqbal koordinator lapangan untuk pembangunan Aqsha Huntara menambahkan, jika dilihat dari beberapa Huntara yang sudah jadi. Rumah kayu ini tidak hanya layak untuk diitempati, karena memang sudah sangat layak, meskipun dari kayu. Setiap Huntara senilai Rp 15 juta ini ditargetkan selesai dalam 10 hari, dengan ukuran 8x4 meter, 4x6 meter untuk bangunan utama, dan 2x4 meter untuk teras depan.
Kayu dipilih sebagai material utama untuk membangun huntara, baik untuk pondasi, lantai, maupun dinding sedangkan untuk atapnya menggunakan seng.“Meskipun namanya huntara, tetapi untuk pondasi dan tiang utama kami tetap menggunakan kayu ulin seperti kebiasaan masyarakat Banjar dalam membangun rumah. Tujuan penggunaaan kayu ulin ini adalah agar huntara yang dibangunkan kuat dan kokoh serta tahan lama selama bertahun-tahun setidaknya sampai masyarakat mampu membangun hunian tetap,” ucapnya.
(hab)
tulis komentar anda