Lonjakan Kasus Covid-19 di Bogor, Bima Arya: Lemahnya Sistem yang Kita Miliki
Kamis, 04 Februari 2021 - 19:31 WIB
BOGOR - Lonjakan kasus positif Covid-19 di Kota Bogor hingga masuk ke zona merah dikarenakan lemahnya sistem 3T (Tracing, Testing dan Treatment) yang digencarkan pemerintah. Hal demikian diakui oleh Wali Kota Bogor Bima Arya Suiarto .
"Covid-19 di Kota Bogor, hari ini menunjukan bahwa kita tidak bisa lagi melakukan langkah-langkah yang biasa. Harus ada langkah-langkah yang lebih terukur, fokus, untuk menekan angka lonjakan Covid-19," kata Bima Arya dalam keterangan persnya, Kamis (4/2/2021).
Lebih lanjut, Bima Arya membeberkan dua faktor penyebab melonjaknya jumlah positif baru dengan rata-rata di atas 100 per hari dikarenakan dua faktor. "Penyebab lonjakan pertama adalah harus kita akui, kelemahan dalam sistem yang kita miliki. Kita evaluasi secara mendasar. Kelemahan sistem 3T (Tracing, Testing dan Treatment), karena jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) kita, tidak mampu untuk mengimbangi lonjakan kasus," kata Bima Arya.
Terkait dengan itu, menurut Bima Arya, jika satu kasus harus dimonitor 100, kemudian per hari yang harus diisolasi dan dimonitor maka dibutuhkan ribuan SDM."Belum lagi kebutuhan PCR dan lain sebagainya," ungkapnya.
Kemudian penyebab lonjakan yang kedua adalah mobilitas warga. Menurutnya, mobilitas warga Kota Bogor yang saat ini menganggap Covid-19 sebagai flu biasa.
"Ini ancaman terbesar adalah ketika warga menganggap bahwa Covid-19 ini adalah flu biasa. Ini bukan flu biasa," jelasnya. Sekadar diketahui berdasarkan data Juru Bicara Pemkot Bogor untuk Siaga Corona yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno menyebutkan, penambahan kasus positif pada Rabu 3 Februari 2021 sebanyak 168 orang.
Dengan demikian total kasus positif Covid-19 di Kota Bogor menembus angka 8.933 kasus. Sebelumnya dalam laporan kasus positif harian tertinggi pada 29 Januari 2021 sebanyak 145 kasus.
"Dari 8.933 kasus positif itu, rinciannya masih sakit atau positif aktif 1.497 orang, sembuh 7.272 orang dan meninggal dunia sebanyak 163 orang," kata Retno begitu biasa disapa Sri Nowo Retno.
"Covid-19 di Kota Bogor, hari ini menunjukan bahwa kita tidak bisa lagi melakukan langkah-langkah yang biasa. Harus ada langkah-langkah yang lebih terukur, fokus, untuk menekan angka lonjakan Covid-19," kata Bima Arya dalam keterangan persnya, Kamis (4/2/2021).
Lebih lanjut, Bima Arya membeberkan dua faktor penyebab melonjaknya jumlah positif baru dengan rata-rata di atas 100 per hari dikarenakan dua faktor. "Penyebab lonjakan pertama adalah harus kita akui, kelemahan dalam sistem yang kita miliki. Kita evaluasi secara mendasar. Kelemahan sistem 3T (Tracing, Testing dan Treatment), karena jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) kita, tidak mampu untuk mengimbangi lonjakan kasus," kata Bima Arya.
Terkait dengan itu, menurut Bima Arya, jika satu kasus harus dimonitor 100, kemudian per hari yang harus diisolasi dan dimonitor maka dibutuhkan ribuan SDM."Belum lagi kebutuhan PCR dan lain sebagainya," ungkapnya.
Kemudian penyebab lonjakan yang kedua adalah mobilitas warga. Menurutnya, mobilitas warga Kota Bogor yang saat ini menganggap Covid-19 sebagai flu biasa.
"Ini ancaman terbesar adalah ketika warga menganggap bahwa Covid-19 ini adalah flu biasa. Ini bukan flu biasa," jelasnya. Sekadar diketahui berdasarkan data Juru Bicara Pemkot Bogor untuk Siaga Corona yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno menyebutkan, penambahan kasus positif pada Rabu 3 Februari 2021 sebanyak 168 orang.
Dengan demikian total kasus positif Covid-19 di Kota Bogor menembus angka 8.933 kasus. Sebelumnya dalam laporan kasus positif harian tertinggi pada 29 Januari 2021 sebanyak 145 kasus.
"Dari 8.933 kasus positif itu, rinciannya masih sakit atau positif aktif 1.497 orang, sembuh 7.272 orang dan meninggal dunia sebanyak 163 orang," kata Retno begitu biasa disapa Sri Nowo Retno.
(mhd)
tulis komentar anda