Napak Tilas Museum Sumpah Pemuda, dari Indekos Menjadi Tempat Pergerakan
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 16:04 WIB
JAKARTA - HINGGA saat ini ikrar Hari Sumpah Pemuda yang ditelurkan pada 28 Oktober 1928 sudah menginjak 92 tahun. Hari Sumpah Pemuda yang menjadi spirit kaum mudah untuk kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tidak boleh dilupakan.
Berikut napak tilas lokasi sejumlah pemuda yang berani mengikrarkan semangat persatuan dari berbagai daerah di Tanah Air. Kini, lokasi pembuatan ikrar tersebut telah dijadikan salah satu museum bersejarah di Jakarta. ( )
Kali ini SINDOnews mengajak pembaca Napak Tilas ke Musem Sumpah Pemuda. Museum Sumpah Pemuda terletak di Jalan Kramat Raya No 106, Senen, Jakarta Pusat. Untuk akses ke tempat ini masyarakat bisa menggunakan Mikrolet 01 jurusan Kampung Melayu-Senen atau dengan Mikrobus Jurusan Tanah Abang-Senen turun di halte baru Pal Putih.
Museum buka setiap Selasa-Jumat. Tiketnya cukup murah Rp1.000 untuk anak sekolah dan RP2.000 bagi dewasa. Dari luar bangunanyang dulunya merupakan Rumah milik seorang Tionghoa bernama Sie Kong Liong masih tegak berdiri dengan desain khas masa lalu. Keberadan pemondokan pelajar atau rumah indekos itu lantaran banyaknya sekolah-sekolah seperti sekolah kedoteran (STOVIA) dan Recht Hoogeschool (RHS) yang berada di sekitar Jakarta.
Jong Java menyewa gedung ini pada tahun 1925 yang digunakan sebagai tempat latihan kesenian ‘Langen Siswo’ dan tempat diskusi politik. Pada September 1926 Gedung Kramat 106 dijadikan kantor Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia atau PPPI dan kantor redaksi majalah PPPI, Indonesia Raja. ( )
Tahun 1928 gedung ‘Langen Siswo diubah namanya menjadi gedung Indonesische Clubgebouw (IC) atau gedung pertemuan Indonesia. Di teras terdapat maket Museum Sumpah Pemuda dan beberapa patung seperti M Rochjani Soe’oed dan M Tabrani.
Adapun beberapa tokoh yang pernah tinggal di gedung ini antara lain Muhammad Yamin, Abu Hanifah, Amir Sjarifudin, A.K Ghani, Setiawan, Soerjadi, Mangaradja, Pintor dan Assaat. Pada 1928, Gedung ini dijadikan tempat penyelenggaran Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928. Sampai Tahun 1934, gedung IC dijadikan sebagai Pusat Pergerakan Mahasiswa.
Ruang Pertama
Di ruangan ini ada tiga patung. Patung-patng itu bukan merupakan Tokoh dalam Sumpah Pemuda namun hanya sebagai penggambaran saat masih jadi tempat kos. Pada masanya, mereka sedang belajar dan berdiskusi. Selain itu, dahulu juga ada satu meja bilyar. Bangunan ini 95% masih seperti aslinya sejak awal.
Berikut napak tilas lokasi sejumlah pemuda yang berani mengikrarkan semangat persatuan dari berbagai daerah di Tanah Air. Kini, lokasi pembuatan ikrar tersebut telah dijadikan salah satu museum bersejarah di Jakarta. ( )
Kali ini SINDOnews mengajak pembaca Napak Tilas ke Musem Sumpah Pemuda. Museum Sumpah Pemuda terletak di Jalan Kramat Raya No 106, Senen, Jakarta Pusat. Untuk akses ke tempat ini masyarakat bisa menggunakan Mikrolet 01 jurusan Kampung Melayu-Senen atau dengan Mikrobus Jurusan Tanah Abang-Senen turun di halte baru Pal Putih.
Museum buka setiap Selasa-Jumat. Tiketnya cukup murah Rp1.000 untuk anak sekolah dan RP2.000 bagi dewasa. Dari luar bangunanyang dulunya merupakan Rumah milik seorang Tionghoa bernama Sie Kong Liong masih tegak berdiri dengan desain khas masa lalu. Keberadan pemondokan pelajar atau rumah indekos itu lantaran banyaknya sekolah-sekolah seperti sekolah kedoteran (STOVIA) dan Recht Hoogeschool (RHS) yang berada di sekitar Jakarta.
Jong Java menyewa gedung ini pada tahun 1925 yang digunakan sebagai tempat latihan kesenian ‘Langen Siswo’ dan tempat diskusi politik. Pada September 1926 Gedung Kramat 106 dijadikan kantor Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia atau PPPI dan kantor redaksi majalah PPPI, Indonesia Raja. ( )
Tahun 1928 gedung ‘Langen Siswo diubah namanya menjadi gedung Indonesische Clubgebouw (IC) atau gedung pertemuan Indonesia. Di teras terdapat maket Museum Sumpah Pemuda dan beberapa patung seperti M Rochjani Soe’oed dan M Tabrani.
Adapun beberapa tokoh yang pernah tinggal di gedung ini antara lain Muhammad Yamin, Abu Hanifah, Amir Sjarifudin, A.K Ghani, Setiawan, Soerjadi, Mangaradja, Pintor dan Assaat. Pada 1928, Gedung ini dijadikan tempat penyelenggaran Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928. Sampai Tahun 1934, gedung IC dijadikan sebagai Pusat Pergerakan Mahasiswa.
Ruang Pertama
Di ruangan ini ada tiga patung. Patung-patng itu bukan merupakan Tokoh dalam Sumpah Pemuda namun hanya sebagai penggambaran saat masih jadi tempat kos. Pada masanya, mereka sedang belajar dan berdiskusi. Selain itu, dahulu juga ada satu meja bilyar. Bangunan ini 95% masih seperti aslinya sejak awal.
tulis komentar anda