Apa Itu La Nina? Begini Penjelasan BMKG
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 09:49 WIB
JAKARTA - Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ), Hary Tirto Djatmiko menjelaskan, La Nina biasa dikenal kejadian La Nina atau La Nina event adalah anomali suhu permukaan Samudra Pasifik yang lebih ringan dari kondisi normal.
Biasanya akan diikuti perubahan sirkulasi atmosfer di atasnya, berupa peningkatan angin pasat Timuran lebih kuat dari kondisi normalnya dan telah berlangsung beberapa bulan. "Kondisi La Nina dapat berlangsung dengan durasi selama beberapa bulan hingga 2 tahun," kata Hary saat dihubungi SINDOnews, Jumat (23/10/2020).
Dia menambahkan, perubahan di Samudra Pasifik berupa interaksi laut dan atmosfer La Nina terjadi dalam siklus antar tahunan dikenal sebagai El Nino dengan perulangan kejadian 2 sampai 8 tahun. (Baca juga; Waspada La Nina, Bekasi Siaga Hadapi Banjir dan Longsor )
"La Nina berdampak pada peningkatan curah hujan di Pasifik barat Indonesia sebagian Asia Tenggara lainnya dan bagian utara Australia Brazil bagian utara dan sebagian pantai barat Amerika Serikat," tambahnya. (Baca juga; Pemprov DKI Diminta Segera Siapkah Langkah untuk Antisipasi Dampak La Nina )
Sebaliknya menyebabkan curah hujan yang lebih rendah di sebagian pantai Timur Asia bagian tengah Afrika dan sebagian Amerika bagian tengah serta dapat menyebabkan juga iklim lebih dingin di sebagian wilayah barat dan timur Afrika Jepang sebagian besar pantai barat Amerika Serikat dan Brasil bagian Selatan.
BMKG memantau perkembangan La Nina dengan menganalisa indeks Nino 3.4 yang menggambarkan anomali suhu muka laut di wilayah Samudra Pasifik Tengah. "Indeks Nino 3.4 selama 7 dasarian terakhir (70 hari) berada pada kisaran -0,5 sg -1.0 telah memenuhi kriteria kejadian La Nina,” katanya.
Potensi dampak La Nina pada curah hujan bulanan yang meningkat seiring masuknya awal musim hujan. Akumulasi curah hujan> 300 mm per bulan umumnya terjadi di pesisir Barat Sumatera Wilayah sekitar Pegunungan Bukit Barisan Kalimantan bagian barat dan Utara sebagian Papua. (Baca juga; Fenomena La-Nina Sedang Berkembang, Dampaknya Apa di Indonesia? )
La Nina menambah curah hujan secara signifikan pada Oktober sampai November pada awal musim hujan Selain faktor (monsun). La Nina menguatkan curah hujan bulanan seperti pada bulan Oktober sebagian besar wilayah Indonesia kecuali sebagian Sumatera dan Kalimantan. Pada November sebagian wilayah terutama Indonesia bagian tengah timur dan selatan. Pada bulan Desember sebagian wilayah terutama wilayah Indonesia timur dan selatan.
Untuk peningkatan curah hujan di bulan Januari sebagian besar wilayah Indonesia tidak mengalami peningkatan curah hujan signifikan bulan Februari peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia di bagian utara pengurangan curah hujan di bagian Barat pada bulan Maret sebagian wilayah terutama wilayah Indonesia timur dan selatan
"Meskipun La Nina kurang berpengaruh signifikan pada Hujan bulan Januari sampai Februari akumulasi curah hujan tetap tinggi berkaitan dengan puncak penguatan monsun Asia," tutup Hary.
Biasanya akan diikuti perubahan sirkulasi atmosfer di atasnya, berupa peningkatan angin pasat Timuran lebih kuat dari kondisi normalnya dan telah berlangsung beberapa bulan. "Kondisi La Nina dapat berlangsung dengan durasi selama beberapa bulan hingga 2 tahun," kata Hary saat dihubungi SINDOnews, Jumat (23/10/2020).
Dia menambahkan, perubahan di Samudra Pasifik berupa interaksi laut dan atmosfer La Nina terjadi dalam siklus antar tahunan dikenal sebagai El Nino dengan perulangan kejadian 2 sampai 8 tahun. (Baca juga; Waspada La Nina, Bekasi Siaga Hadapi Banjir dan Longsor )
"La Nina berdampak pada peningkatan curah hujan di Pasifik barat Indonesia sebagian Asia Tenggara lainnya dan bagian utara Australia Brazil bagian utara dan sebagian pantai barat Amerika Serikat," tambahnya. (Baca juga; Pemprov DKI Diminta Segera Siapkah Langkah untuk Antisipasi Dampak La Nina )
Sebaliknya menyebabkan curah hujan yang lebih rendah di sebagian pantai Timur Asia bagian tengah Afrika dan sebagian Amerika bagian tengah serta dapat menyebabkan juga iklim lebih dingin di sebagian wilayah barat dan timur Afrika Jepang sebagian besar pantai barat Amerika Serikat dan Brasil bagian Selatan.
BMKG memantau perkembangan La Nina dengan menganalisa indeks Nino 3.4 yang menggambarkan anomali suhu muka laut di wilayah Samudra Pasifik Tengah. "Indeks Nino 3.4 selama 7 dasarian terakhir (70 hari) berada pada kisaran -0,5 sg -1.0 telah memenuhi kriteria kejadian La Nina,” katanya.
Potensi dampak La Nina pada curah hujan bulanan yang meningkat seiring masuknya awal musim hujan. Akumulasi curah hujan> 300 mm per bulan umumnya terjadi di pesisir Barat Sumatera Wilayah sekitar Pegunungan Bukit Barisan Kalimantan bagian barat dan Utara sebagian Papua. (Baca juga; Fenomena La-Nina Sedang Berkembang, Dampaknya Apa di Indonesia? )
La Nina menambah curah hujan secara signifikan pada Oktober sampai November pada awal musim hujan Selain faktor (monsun). La Nina menguatkan curah hujan bulanan seperti pada bulan Oktober sebagian besar wilayah Indonesia kecuali sebagian Sumatera dan Kalimantan. Pada November sebagian wilayah terutama Indonesia bagian tengah timur dan selatan. Pada bulan Desember sebagian wilayah terutama wilayah Indonesia timur dan selatan.
Untuk peningkatan curah hujan di bulan Januari sebagian besar wilayah Indonesia tidak mengalami peningkatan curah hujan signifikan bulan Februari peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia di bagian utara pengurangan curah hujan di bagian Barat pada bulan Maret sebagian wilayah terutama wilayah Indonesia timur dan selatan
"Meskipun La Nina kurang berpengaruh signifikan pada Hujan bulan Januari sampai Februari akumulasi curah hujan tetap tinggi berkaitan dengan puncak penguatan monsun Asia," tutup Hary.
(wib)
tulis komentar anda