Diperbolehkan Beroperasi pada PSBB Transisi, Pengelola Bioskop Kok Malah Sedih
Minggu, 11 Oktober 2020 - 17:50 WIB
JAKARTA - Pengelola bioskop di Jakarta tidak gembira meski diperbolehkan beroperasi pada PSBB transisi yang berlaku mulai besok Senin 12 Oktober 2020. Pasalnya, batasan maksimal pengunjung 25 persen dinilai tidak mampu menutupi biaya produksi film.
Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengatakan, informasi dibukanya kembali bioskop pada masa PSBB transisi tidak memberi kabar baik. Sebab, batas maksimal yang diperbolehkan hanya 25 persen.
Menurutnya, batasan itu tidak menutup biaya produksi apalagi memberi keuntungan. Kendati demikian, pihaknya akan mengumpulkan seluruh pengelola dan pembuat film terkait aturan yang diberikan Pemprov DKI pada Rabu 14 Oktober 2020. (Baca juga: Tempat Ibadah di Jalan Raya Akan Mendata Pengunjung saat PSBB Transisi)
"Jangan cuma memikirkan bioskop. Bagaimana pembuat film. Berat ya kalau 25 persen. Apakah mau pembuat film kalau cuma 25 persen. Nanti kita hitung secara detail," ujarnya, Minggu (11/10/2020).
Menurut Djonny, pengelola bioskop saat ini sudah babak belur. Setiap bulan harus mengeluarkan biaya perawatan, listrik dan tenaga kerja hingga mencapai Rp80 juta tanpa adanya pemasukan. Peristiwa itu sudah dialami sejak tujuh bulan.
Dia berharap Pemprov DKI kembali menghitung batasan maksimal jumlah pengunjung dengan biaya produksi dan peradaban pengelola bioskop. "Kalau 50 persen ya okelah," ucapnya.
Saat ini pengelola bioskop sudah menyiapkan berbagai macam penerapan protokol kesehatan di bioskop. Bahkan, semua mengajukan proposal protokol kesehatan sebagai syarat dibukanya kembali operasional bioskop di Jakarta. Bila telah diizinkan oleh Pemprov DKI, bioskop di Jakarta akan dibuka dan menjadi barometer protokol bioskop di daerah lainnya. (Baca juga: PSBB Transisi, Boleh Makan di Tempat Restoran, Bioskop dan Olahraga Air Kapasitas 25%)
Djonny berharap dengan dibukanya kembali bioskop seluruh film impor dan film nasional yang berjumlah 1.000 judul bisa ditayangkan kembali. Dia akan mencoba membujuk agar pembuat film mengirimkan filmnya.
"Mau tidak pembuat film kalau cuma 25 persen penontonnya. Kalau enggak ada film apa yang mau dibuka bioskopnya. Semoga batasan 25 persen itu bisa direvisi," katanya.
Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengatakan, informasi dibukanya kembali bioskop pada masa PSBB transisi tidak memberi kabar baik. Sebab, batas maksimal yang diperbolehkan hanya 25 persen.
Menurutnya, batasan itu tidak menutup biaya produksi apalagi memberi keuntungan. Kendati demikian, pihaknya akan mengumpulkan seluruh pengelola dan pembuat film terkait aturan yang diberikan Pemprov DKI pada Rabu 14 Oktober 2020. (Baca juga: Tempat Ibadah di Jalan Raya Akan Mendata Pengunjung saat PSBB Transisi)
"Jangan cuma memikirkan bioskop. Bagaimana pembuat film. Berat ya kalau 25 persen. Apakah mau pembuat film kalau cuma 25 persen. Nanti kita hitung secara detail," ujarnya, Minggu (11/10/2020).
Menurut Djonny, pengelola bioskop saat ini sudah babak belur. Setiap bulan harus mengeluarkan biaya perawatan, listrik dan tenaga kerja hingga mencapai Rp80 juta tanpa adanya pemasukan. Peristiwa itu sudah dialami sejak tujuh bulan.
Dia berharap Pemprov DKI kembali menghitung batasan maksimal jumlah pengunjung dengan biaya produksi dan peradaban pengelola bioskop. "Kalau 50 persen ya okelah," ucapnya.
Saat ini pengelola bioskop sudah menyiapkan berbagai macam penerapan protokol kesehatan di bioskop. Bahkan, semua mengajukan proposal protokol kesehatan sebagai syarat dibukanya kembali operasional bioskop di Jakarta. Bila telah diizinkan oleh Pemprov DKI, bioskop di Jakarta akan dibuka dan menjadi barometer protokol bioskop di daerah lainnya. (Baca juga: PSBB Transisi, Boleh Makan di Tempat Restoran, Bioskop dan Olahraga Air Kapasitas 25%)
Djonny berharap dengan dibukanya kembali bioskop seluruh film impor dan film nasional yang berjumlah 1.000 judul bisa ditayangkan kembali. Dia akan mencoba membujuk agar pembuat film mengirimkan filmnya.
"Mau tidak pembuat film kalau cuma 25 persen penontonnya. Kalau enggak ada film apa yang mau dibuka bioskopnya. Semoga batasan 25 persen itu bisa direvisi," katanya.
(jon)
tulis komentar anda