3 Penumpang Positif Corona, DPR Tak Setuju Operasional KRL Disetop
Senin, 04 Mei 2020 - 17:36 WIB
JAKARTA - Adanya tiga orang penumpang kereta rel listrik (KRL) Bogor-Jakarta positif virus corona (Covid-19) ditanggapi oleh Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Nurhayati Monoarfa. Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini tidak sepakat jika operasional KRL dihentikan.
Nurhayati mengatakan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak menghentikan operasional transportasi umum, yang ada hanyalah pembatasan. Dia berpendapat, jika protokol kesehatan Covid-19 dijalankan, maka penularan virus Corona itu bakal melambat.
"Seperti kalau di KRL harusnya physical distancing itu tetap dilakukan. Lalu setiap orang harus memakai masker, kemudian setiap orang dalam stasiun seharusnya sudah diberikan hand sanitizer di luar atau diberikan di pintu-pintu masuk," ujar Nurhayati dihubungi SINDOnews, Senin (4/5/2020).
Dia menuturkan, protokol kesehatan itu biasanya ada di mal atau gedung lain. "Itu memang harus dijalankan, jadi tidak perlu dihentikan (operasional KRL-nya), karena memang banyak orang membutuhkan, tetapi protokol kesehatan Covid-19 nya dijalankan betul-betul, baik oleh penyelenggara transportasi maupun bagi para penggunanya," katanya.
Sehingga, lanjut dia, tidak boleh lagi berdesak-desakan atau penuh sesak di dalam KRL. Karena, dia mengingatkan PSBB mengatur bahwa penumpang kendaraan umum dibatasi 50%. "Nah seharusnya itu diterapkan juga di KRL. Makanya saya selalu mengimbau atau meminta pemerintah apabila memang jadwalnya dibatasi, ditambah gerbongnya, sehingga dia bisa menerapkan physical distancing. Apabila itu tidak bisa, ya frekuensinya ditambah. Sehingga orang tidak berjubel-jubel dalam satu gerbong," tuturnya.
Dia mengakui, dimanapun orang bisa terkena Covid-19 jika tidak melakukan protokol kesehatan Covid-19, atau tidak berhati-hati. Dia melanjutkan, jika protokol kesehatan dijalankan dengan benar, maka prosentase penyebaran virus itu semakin kecil.
"Kalau kita memakai masker yang sesuai kan, kita physical distancing, selalu menjaga tangan kita bersih. Ya kalau dia tidak bisa memakai hand sanitizer, ya tidak bisa cuci tangan, tidak boleh meraba muka kan. Jadi memang arwah PSBB itu tidak bisa menghentikan KRL transportasi umum," ujarnya.
Kendati demikian, dia menilai tren penyebaran virus Corona di Indonesia tidak begitu tinggi seperti negara lain. "Jadi ya memang aturan ini kita juga ketahui Indonesia kan aturannya tidak terlalu tegas, dan masyarakatnya juga tidak disiplin. Sehingga makin hari makin banyak orang terpapar Covid-19," ucapnya.Adanya tiga orang penumpang kereta rel listrik (KRL) Bogor-Jakarta positif virus corona (Covid-19) ditanggapi oleh Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Nurhayati Monoarfa. Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini tidak sepakat jika operasional KRL dihentikan.
Nurhayati mengatakan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak menghentikan operasional transportasi umum, yang ada hanyalah pembatasan. Dia berpendapat, jika protokol kesehatan Covid-19 dijalankan, maka penularan virus Corona itu bakal melambat.
Nurhayati mengatakan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak menghentikan operasional transportasi umum, yang ada hanyalah pembatasan. Dia berpendapat, jika protokol kesehatan Covid-19 dijalankan, maka penularan virus Corona itu bakal melambat.
"Seperti kalau di KRL harusnya physical distancing itu tetap dilakukan. Lalu setiap orang harus memakai masker, kemudian setiap orang dalam stasiun seharusnya sudah diberikan hand sanitizer di luar atau diberikan di pintu-pintu masuk," ujar Nurhayati dihubungi SINDOnews, Senin (4/5/2020).
Dia menuturkan, protokol kesehatan itu biasanya ada di mal atau gedung lain. "Itu memang harus dijalankan, jadi tidak perlu dihentikan (operasional KRL-nya), karena memang banyak orang membutuhkan, tetapi protokol kesehatan Covid-19 nya dijalankan betul-betul, baik oleh penyelenggara transportasi maupun bagi para penggunanya," katanya.
Sehingga, lanjut dia, tidak boleh lagi berdesak-desakan atau penuh sesak di dalam KRL. Karena, dia mengingatkan PSBB mengatur bahwa penumpang kendaraan umum dibatasi 50%. "Nah seharusnya itu diterapkan juga di KRL. Makanya saya selalu mengimbau atau meminta pemerintah apabila memang jadwalnya dibatasi, ditambah gerbongnya, sehingga dia bisa menerapkan physical distancing. Apabila itu tidak bisa, ya frekuensinya ditambah. Sehingga orang tidak berjubel-jubel dalam satu gerbong," tuturnya.
Dia mengakui, dimanapun orang bisa terkena Covid-19 jika tidak melakukan protokol kesehatan Covid-19, atau tidak berhati-hati. Dia melanjutkan, jika protokol kesehatan dijalankan dengan benar, maka prosentase penyebaran virus itu semakin kecil.
"Kalau kita memakai masker yang sesuai kan, kita physical distancing, selalu menjaga tangan kita bersih. Ya kalau dia tidak bisa memakai hand sanitizer, ya tidak bisa cuci tangan, tidak boleh meraba muka kan. Jadi memang arwah PSBB itu tidak bisa menghentikan KRL transportasi umum," ujarnya.
Kendati demikian, dia menilai tren penyebaran virus Corona di Indonesia tidak begitu tinggi seperti negara lain. "Jadi ya memang aturan ini kita juga ketahui Indonesia kan aturannya tidak terlalu tegas, dan masyarakatnya juga tidak disiplin. Sehingga makin hari makin banyak orang terpapar Covid-19," ucapnya.Adanya tiga orang penumpang kereta rel listrik (KRL) Bogor-Jakarta positif virus corona (Covid-19) ditanggapi oleh Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Nurhayati Monoarfa. Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini tidak sepakat jika operasional KRL dihentikan.
Nurhayati mengatakan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak menghentikan operasional transportasi umum, yang ada hanyalah pembatasan. Dia berpendapat, jika protokol kesehatan Covid-19 dijalankan, maka penularan virus Corona itu bakal melambat.
tulis komentar anda