Tanah Abang, Warisan Pusat Kulakan Termegah
Sabtu, 12 September 2020 - 07:09 WIB
Menurut Buku Batavia 1970 karya Windoro Adi pada 2010, akhirnya pasar kembali dibuka setelah sejumlah orang Arab berdatangan ke Tanah Abang, Mereka kemudian hidup berdampingan dengan pedagang China. Pasar Tanah Abang pun kembali ramai. Sejak 1766 pasar dibuka penuh. (Baca juga: Inilah Negara-negara di Dunia yang Memiliki Hulu Ledak Nuklir)
Sejarawan dan budayawan Chandirian Attahiriyat mengatakan, saat pertama dibuka kembali, bangunan pasar sangat sederhana. Hanya dinding bambu dan atap dari rumbia. Namun peradaban yang kian maju membuat perusahaan kereta api Hindia Belanda, Staatsspoorwegwn Westerlijnen (SS-WL), membangun dan meresmikan Stasiun Tanah Abang pada 1 Oktober 1899. Jalur pada operasi perdana adalah Jakarta–Angke–Rangkasbitung.
Adanya stasiun membuat aktivitas perdagangan di Tanah Abang meningkat. Kelenteng Hok Tek Tjen kembali dipugar dan Masjid Al-Makmur dibangun.
Sempat mengalami perbaikan saat dibuka kembali, Tanah Abang kembali direvitalisasi oleh Hindia Belanda pada 1913. Hindia Belanda kemudian membongkar Pasar Tanah Abang dan menggantinya menjadi bangunan permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan papan serta beratap genteng. Kantor pasarnya di atas bangunan pasar mirip kandang burung.
Untuk membantu jasa pengangkutan parkir di depan pasar dibuat sedikit luas dengan tempat singgah sejumlah kuda penarik delman dan gerobak. Chandrian menyebut, di kawasan itu terdapat kobakan air besar untuk minum kuda dan toko penjual dedak kuda. (Baca juga:Virus Corona Intai Pembalap Tour de Franxce 2020)
Beberapa puluh meter dari toko dedak ada sebuah gang yang dikenal sebagai Gang Madat, tempat lokalisasi para pemadat. “Tapi di zaman Jepang, pasar tidak berfungsi dan menjadi tempat gelandangan,” tuturnya.
Kepala Humas PD Pasar Jaya Amanda mengatakan, sejak didirikan pada 24 Desember 1966, PD Pasar Jaya telah mengambil pengelolaan pasar. Barulah pada 1973, saat Jakarta dipimpin Gubernur Ali Sadikin, Pasar Tanah Abang diremajakan dan selesai tahun 1975 dengan wajah baru, empat bangunan berlantai tiga. “Bangunan awal yang didirikan tahun 1975 adalah Blok A, B, C, D dan E, yang hanya terdiri atas 3 lantai,” kata Amanda.
Pasar ini sempat dua kali mengalami kebakaran, yakni pada 30 Desember 1978 dan 13 Agustus 1979. Pada tahun ini kiosnya mencapai 4.351 unit dengan 3.016 pedagang.
Sejak 1975 PD Pasar Jaya kemudian meremajakan beberapa blok secara bertahap, yakni Blok A tahun 2004, Blok B, C, D dan sebagian Blok E yang kemudian bergabung menjadi Blok B di tahun 2012. Lalu Blok F yang rampung revitalisasi tahun 2014 lalu. Yang terakhir Blok G yang dibangun bertahap sejak 1986. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Nekat Kabur)
Pembangunan tahap ketiga yang kini telah dilakukan terpaksa tertunda karena Covid-19 pada awal tahun 2020. “Totalnya ada sekitar 19.143 tempat usaha. Terbagi atas kios, counter, dan los,” terang Amanda.
Sejarawan dan budayawan Chandirian Attahiriyat mengatakan, saat pertama dibuka kembali, bangunan pasar sangat sederhana. Hanya dinding bambu dan atap dari rumbia. Namun peradaban yang kian maju membuat perusahaan kereta api Hindia Belanda, Staatsspoorwegwn Westerlijnen (SS-WL), membangun dan meresmikan Stasiun Tanah Abang pada 1 Oktober 1899. Jalur pada operasi perdana adalah Jakarta–Angke–Rangkasbitung.
Adanya stasiun membuat aktivitas perdagangan di Tanah Abang meningkat. Kelenteng Hok Tek Tjen kembali dipugar dan Masjid Al-Makmur dibangun.
Sempat mengalami perbaikan saat dibuka kembali, Tanah Abang kembali direvitalisasi oleh Hindia Belanda pada 1913. Hindia Belanda kemudian membongkar Pasar Tanah Abang dan menggantinya menjadi bangunan permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan papan serta beratap genteng. Kantor pasarnya di atas bangunan pasar mirip kandang burung.
Untuk membantu jasa pengangkutan parkir di depan pasar dibuat sedikit luas dengan tempat singgah sejumlah kuda penarik delman dan gerobak. Chandrian menyebut, di kawasan itu terdapat kobakan air besar untuk minum kuda dan toko penjual dedak kuda. (Baca juga:Virus Corona Intai Pembalap Tour de Franxce 2020)
Beberapa puluh meter dari toko dedak ada sebuah gang yang dikenal sebagai Gang Madat, tempat lokalisasi para pemadat. “Tapi di zaman Jepang, pasar tidak berfungsi dan menjadi tempat gelandangan,” tuturnya.
Kepala Humas PD Pasar Jaya Amanda mengatakan, sejak didirikan pada 24 Desember 1966, PD Pasar Jaya telah mengambil pengelolaan pasar. Barulah pada 1973, saat Jakarta dipimpin Gubernur Ali Sadikin, Pasar Tanah Abang diremajakan dan selesai tahun 1975 dengan wajah baru, empat bangunan berlantai tiga. “Bangunan awal yang didirikan tahun 1975 adalah Blok A, B, C, D dan E, yang hanya terdiri atas 3 lantai,” kata Amanda.
Pasar ini sempat dua kali mengalami kebakaran, yakni pada 30 Desember 1978 dan 13 Agustus 1979. Pada tahun ini kiosnya mencapai 4.351 unit dengan 3.016 pedagang.
Sejak 1975 PD Pasar Jaya kemudian meremajakan beberapa blok secara bertahap, yakni Blok A tahun 2004, Blok B, C, D dan sebagian Blok E yang kemudian bergabung menjadi Blok B di tahun 2012. Lalu Blok F yang rampung revitalisasi tahun 2014 lalu. Yang terakhir Blok G yang dibangun bertahap sejak 1986. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Nekat Kabur)
Pembangunan tahap ketiga yang kini telah dilakukan terpaksa tertunda karena Covid-19 pada awal tahun 2020. “Totalnya ada sekitar 19.143 tempat usaha. Terbagi atas kios, counter, dan los,” terang Amanda.
tulis komentar anda