Ridwan Kamil Sebut 70% Gagasan Memajukan Jakarta Datang dari Aspirasi Warga

Minggu, 22 September 2024 - 21:13 WIB
Cagub Jakarta, Ridwan Kamil saat silaturahmi di kediaman Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR) KH Lutfi Hakim, di daerah Cakung, Jakarta Timur, Minggu (22/9/2024). Foto/Dok
JAKARTA - Calon Gubernur (Cagub) Jakarta, Ridwan Kamil menyebut, kepemimpinan yang baik tentunya harus terbuka terhadap masukan, terutama dari para tokoh masyarakat. Maka kata dia, penting untuk terus menjaga silaturahmi dengan semua lapisan.

"Tugas pertama seorang calon gubernur adalah lebih banyak mendengarkan ketimbang bicara, menyerap aspirasi serta menyerap ilmu dari para tokoh," kata Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, selepas silaturahmi dengan tokoh masyarakat di kediaman Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR) KH Lutfi Hakim, di daerah Cakung, Jakarta Timur, Minggu (22/9/2024).

"Beliau, Pak Lutfi, adalah ulama dan tokoh masyarakat Betawi. Tadi saya diceritakan sejarah Cakung, budayanya, serta aspirasi tentang pemulihan kebudayaan Betawi melalui lembaga adat," tambahnya.





Berdasarkan Undang-Undang (UU) Daerah Khusus Jakarta (DKJ) yang disahkan Maret silam, lembaga adat dan kebudayaan Betawi menjadi salah satu unsur yang dilibatkan dalam memajukan kebudayaan Betawi. Ketum FBR Lutfi menyampaikan harapannya, agar hal tersebut bisa menjadi perhatian Ridwan Kamil.

"Beliau mohon untuk diperjuangkan, karena instrumennya ada tapi aksinya belum ada. Saya melakukan kunjungan-kunjungan seperti ini agar semakin banyak menjaring aspirasi dan harapan. Mungkin gagasan untuk memajukan Jakarta itu 30 persen dari saya, tapi 70 persen datang dari aspirasi-aspirasi warga," jelas Kang Emil.



Kang Emil menegaskan, silaturahmi tersebut bukan sebagai permintaan dukungan politis dalam kontestasi Pilkada Jakarta 2024, namun sebagai kesempatan melakukan dialog untuk mendapatkan masukan dan tambahan pengetahuan tentang Jakarta.

Salah satu oleh-oleh yang ia dapatkan yakni tentang budaya Betawi yang selalu jujur dan toleran dengan siapapun. Jakarta yang menjadi tempat berkumpul orang dari beragam suku juga tak mensyaratkan pendatang untuk menanggalkan budaya asli mereka, namun perlu hidup berdampingan dengan rukun dan bersama-sama memajukan Jakarta.

"Saya tidak menghalangi kalau orang lain panggil Abang. Saya enggak bisa maksa orang. Tapi saya sendiri, dari kecil ya dipanggilnya Akang. Pak Jokowi dulu dari Solo ke Jakarta kan juga dipangginya Mas Jokowi, Mas Pramono panggilannya Mas Pram. Begitu pula dengan Pak Ahok," ujar Ridwan Kamil.

Kata dia, posisi Jakarta yang multietnis justru menjadi salah satu kekuatan Jakarta untuk terus maju dan berkembang. "Ditambah dengan pendekatan kolaboratif dengan seluruh lapisan masyarakat, Jakarta bisa menjadi kota global tanpa meninggalkan akar budaya setempat," tutup Ridwan Kamil.
(maf)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More