Bongkar Sindikat Kejahatan Siber
Sabtu, 15 Agustus 2020 - 07:28 WIB
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengakui aksi kejahatan siber dengan model ini memang kian banyak terjadi. Para pelaku yang memang memiliki jaringan atau sindikat sudah mengetahui bagaimana caranya beraksi. (Baca juga: Turki-Yunani Memnas, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya)
Bahkan, komplotan ini biasanya sudah mengetahui peran masing-masing saat beraksi. Ada yang bertindak membuat KTP palsu, menghubungi korban, hingga menyiapkan nomor rekening penampung.
“Hebatnya, mereka itu tidak dalam satu wilayah, otaknya ada di kawasan Sulawesi, sedangkan yang lainnya ada di Bogor dan Jakarta,” katanya kemarin.
Untuk itu, Yusri mengingatkan agar masyarakat tidak menyimpan nomor atau password penting di ponsel. Dia juga meminta kepada masyarakat untuk segera melaporkan ke pihak kepolisian apabila menjadi korban.
Rahasiakan Kode OTP
Untuk menghindari penipuan dengan modus membajak WhatsApp pengguna aplikasi ini diminta tidak memberikan kode one time password (OTP) kepada siapa pun. (Baca juga: Jelang Deklarasi, Dukungan Kepada Koalisi Din Syamsuddin dkk Muncul)
Pengamat teknologi informasi (TI), Marsudi Wahyu Kisworo, mengatakan, sebetulnya WhatsApp itu sulit untuk dibajak. Kebanyakan pengambilalihan WhatsApp terjadi memanfaatkan kondisi pengguna yang kurang waspada.
Wahyu menerangkan, salah satu modus pembajak, yakni mengirim link untuk masuk ke sebuah WhatApp Group. Dia menyebut pola itu sebagai social engineering.
“Dia klik link-nya, nanti ada notifikasi atau SMS dari operator. Kemudian pembajak itu mengatakan ada kode untuk gabung dengan grup. Kadang-kadang kita polos dan menyebutkan kodenya,” ujarnya saat dihubungi kemarin.
Pembajakan akun WhatsApp tidak memerlukan skill dan teknik tinggi. Marsudi meyakinkan tidak mudah membajak WhatsApp langsung dari pusatnya karena memerlukan teknik dan kemampuan yang mumpuni.
Bahkan, komplotan ini biasanya sudah mengetahui peran masing-masing saat beraksi. Ada yang bertindak membuat KTP palsu, menghubungi korban, hingga menyiapkan nomor rekening penampung.
“Hebatnya, mereka itu tidak dalam satu wilayah, otaknya ada di kawasan Sulawesi, sedangkan yang lainnya ada di Bogor dan Jakarta,” katanya kemarin.
Untuk itu, Yusri mengingatkan agar masyarakat tidak menyimpan nomor atau password penting di ponsel. Dia juga meminta kepada masyarakat untuk segera melaporkan ke pihak kepolisian apabila menjadi korban.
Rahasiakan Kode OTP
Untuk menghindari penipuan dengan modus membajak WhatsApp pengguna aplikasi ini diminta tidak memberikan kode one time password (OTP) kepada siapa pun. (Baca juga: Jelang Deklarasi, Dukungan Kepada Koalisi Din Syamsuddin dkk Muncul)
Pengamat teknologi informasi (TI), Marsudi Wahyu Kisworo, mengatakan, sebetulnya WhatsApp itu sulit untuk dibajak. Kebanyakan pengambilalihan WhatsApp terjadi memanfaatkan kondisi pengguna yang kurang waspada.
Wahyu menerangkan, salah satu modus pembajak, yakni mengirim link untuk masuk ke sebuah WhatApp Group. Dia menyebut pola itu sebagai social engineering.
“Dia klik link-nya, nanti ada notifikasi atau SMS dari operator. Kemudian pembajak itu mengatakan ada kode untuk gabung dengan grup. Kadang-kadang kita polos dan menyebutkan kodenya,” ujarnya saat dihubungi kemarin.
Pembajakan akun WhatsApp tidak memerlukan skill dan teknik tinggi. Marsudi meyakinkan tidak mudah membajak WhatsApp langsung dari pusatnya karena memerlukan teknik dan kemampuan yang mumpuni.
Lihat Juga :
tulis komentar anda