Kualitas Udara DKI Jakarta Buruk, 40% dari Polusi Kendaraan
Sabtu, 12 Agustus 2023 - 22:24 WIB
JAKARTA - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengungkapkan banyak faktor yang menyebabkan kualitas udara di DKI Jakarta buruk. Dari sejumlah faktor itu, 40 persennya berasal dari polusi kendaraan.
“Ya berbagai faktor, berbagai faktor. Antara lain kalau dihitung itu sekitar 40 persen dari kendaraan,” kata Heru Budi Hartono di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (12/8/2023).
Dia menuturkan, kendaraan itu bukan hanya dihitung dari banyaknya kendaraan milik warga Jakarta. Hal ini termasuk kendaraan dari daerah lain yang bermobilitas ke daerah Jakarta.
Belum lagi, Jakarta juga menjadi kota yang dilintasi kendaraan dari arah Jawa menuju Sumatera. Hal itu pun menjadi salah satu faktor.
“Kendaraan itu yang masuk ke Jakarta dan yang ada di Jakarta. Pulang pergi itu. Terus kendaraan yang melintas dari Jawa masuk ke Jakarta ke Sumatera, kira-kira itu,” ungkapnya.
Mantan Wali Kota Jakarta Utara juga memastikan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah berupaya maksimal untuk menjaga kualitas udara. Kendati demikian, perlu kerja sama antara kota penyangga lainnya untuk memperbaiki kualitas udara.
“Kalau di DKI, Pemda DKI kan pasti maksimum, tapi kan ini enggak bisa, harus semua Jabodetabek semua sama-sama. Kalau DKI kan sudah maksimal,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, DKI Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota dengan udara terburuk di dunia menurut Air Quality Index (AQI) per Sabtu, 12 Agustus 2023. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengungkapkan ada tiga faktor penyebab udara buruk di Jakarta.
Selain Jakarta, Johannesburg Afrika Selatan menduduki nomor dua dan Dubai Uni Emirat Arab ketiga udara paling buruk. Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, ada tiga faktor penyebab udara buruk di Jakarta.
Pertama yakni musim kemarau yang menyebabkan kualitas udara cenderung naik saat ini. “Kecenderungannya pada musim kemarau kualitas udara cenderung naik dan seperti yang kita alami sekarang. Jadi faktor yang juga mempengaruhi kondisi sekarang dan juga sebenarnya sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya,” kata Ardhasena dalam keterangannya, dikutip Sabtu (12/8/2023).
“Ya berbagai faktor, berbagai faktor. Antara lain kalau dihitung itu sekitar 40 persen dari kendaraan,” kata Heru Budi Hartono di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (12/8/2023).
Dia menuturkan, kendaraan itu bukan hanya dihitung dari banyaknya kendaraan milik warga Jakarta. Hal ini termasuk kendaraan dari daerah lain yang bermobilitas ke daerah Jakarta.
Belum lagi, Jakarta juga menjadi kota yang dilintasi kendaraan dari arah Jawa menuju Sumatera. Hal itu pun menjadi salah satu faktor.
“Kendaraan itu yang masuk ke Jakarta dan yang ada di Jakarta. Pulang pergi itu. Terus kendaraan yang melintas dari Jawa masuk ke Jakarta ke Sumatera, kira-kira itu,” ungkapnya.
Mantan Wali Kota Jakarta Utara juga memastikan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah berupaya maksimal untuk menjaga kualitas udara. Kendati demikian, perlu kerja sama antara kota penyangga lainnya untuk memperbaiki kualitas udara.
“Kalau di DKI, Pemda DKI kan pasti maksimum, tapi kan ini enggak bisa, harus semua Jabodetabek semua sama-sama. Kalau DKI kan sudah maksimal,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, DKI Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota dengan udara terburuk di dunia menurut Air Quality Index (AQI) per Sabtu, 12 Agustus 2023. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengungkapkan ada tiga faktor penyebab udara buruk di Jakarta.
Selain Jakarta, Johannesburg Afrika Selatan menduduki nomor dua dan Dubai Uni Emirat Arab ketiga udara paling buruk. Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, ada tiga faktor penyebab udara buruk di Jakarta.
Pertama yakni musim kemarau yang menyebabkan kualitas udara cenderung naik saat ini. “Kecenderungannya pada musim kemarau kualitas udara cenderung naik dan seperti yang kita alami sekarang. Jadi faktor yang juga mempengaruhi kondisi sekarang dan juga sebenarnya sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya,” kata Ardhasena dalam keterangannya, dikutip Sabtu (12/8/2023).
(rca)
tulis komentar anda