Psikolog Reza: Pemikiran Tentang Bunuh Diri Tak Boleh Dianggap Sepele
Sabtu, 25 Juli 2020 - 15:37 WIB
JAKARTA - Polisi menyatakan editor Metro TV Yodi Prabowo tewas lantaran bunuh diri. Sebelum mengakhiri hidupnya dengan sebuah pisau, Yogi Prabowo sempat menyatakan ‘kalau nanti aku enggak ada, kamu sedih enggak?' kepada sang kekasih, Suci (26).
Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri mengatakan, perkataan Yodi itu seyogyanya tidak dianggap sepele. Pasalnya, kata dia, hal demikian bisa dilakukan oleh siapa saja. ( )
"Tapi dari perspektif psikologi, kalimat tersebut merupakan pertanda suicidal ideation (pemikiran tentang bunuh diri). Pemikiran semacam ini sama sekali tidak boleh dianggap enteng," kata Reza saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (25/7/2020). ( )
Reza menerangkan, WHO, misalnya, menyimpulkan bahwa sekitar 60 persen transisi dari pemikiran tentang bunuh diri ke rencana bunuh diri lalu berlanjut ke langkah bunuh diri berlangsung dalam kurun 12 bulan sejak pemikiran itu muncul untuk pertama kalinya. Cepatnya proses transisi itu mengirim pesan bahwa masyarakat harus lebih serius menyikapi perkataan tentang bunuh diri yang dikemukakan siapa pun.
"Seperti otoritas penerbangan yang tidak menoleransi ucapan 'bom' siapa pun juga perlu menyemangati orang-orang dengan suicidal ideation untuk selekasnya mencari bantuan medis dan psikis," kata Reza. ( )
Masyarakat yang lebih paham pentingnya keseriusan menyikapi suicidal ideation akan menjadi protective factor bagi tercegahnya aksi bunuh diri. "Dikaitkan ke kasus editor media, kita tentu berduka atas kejadian dimaksud. Tinggal lagi investigasi polisi: seberapa jauh suicidal ideation akan dicermati sebagai salah satu arah penyelidikan guna mengungkap kasus meninggalnya sang editor," tuturnya.
Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri mengatakan, perkataan Yodi itu seyogyanya tidak dianggap sepele. Pasalnya, kata dia, hal demikian bisa dilakukan oleh siapa saja. ( )
"Tapi dari perspektif psikologi, kalimat tersebut merupakan pertanda suicidal ideation (pemikiran tentang bunuh diri). Pemikiran semacam ini sama sekali tidak boleh dianggap enteng," kata Reza saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (25/7/2020). ( )
Reza menerangkan, WHO, misalnya, menyimpulkan bahwa sekitar 60 persen transisi dari pemikiran tentang bunuh diri ke rencana bunuh diri lalu berlanjut ke langkah bunuh diri berlangsung dalam kurun 12 bulan sejak pemikiran itu muncul untuk pertama kalinya. Cepatnya proses transisi itu mengirim pesan bahwa masyarakat harus lebih serius menyikapi perkataan tentang bunuh diri yang dikemukakan siapa pun.
"Seperti otoritas penerbangan yang tidak menoleransi ucapan 'bom' siapa pun juga perlu menyemangati orang-orang dengan suicidal ideation untuk selekasnya mencari bantuan medis dan psikis," kata Reza. ( )
Masyarakat yang lebih paham pentingnya keseriusan menyikapi suicidal ideation akan menjadi protective factor bagi tercegahnya aksi bunuh diri. "Dikaitkan ke kasus editor media, kita tentu berduka atas kejadian dimaksud. Tinggal lagi investigasi polisi: seberapa jauh suicidal ideation akan dicermati sebagai salah satu arah penyelidikan guna mengungkap kasus meninggalnya sang editor," tuturnya.
(mhd)
tulis komentar anda