Demi Anak, Perempuan Cantik Pemandu Lagu Ini Rela Panas-panasan Ikut Demo
Selasa, 21 Juli 2020 - 17:07 WIB
JAKARTA - Ratusan pengelola dan pekerja tempat hiburan malam menggelar aksi unjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (21/7/2020). Mereka menyampaikan protes kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI karena belum diperbolehkan buka.
Demo di Balai Kota kali ini tentu terlihat beda, karena massa yang turun relatif banyak memiliki paras wajah relatif cantik. Salah satunya Mayang (25), yang berprofesi sebagai pemandu lagu atau ledies companion (LD) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Hari ini Mayang rela keluar siang-siang di tengah panasnya terik matahari demi bisa kembali bekerja. Sebab sudah lima bulan ini ia tidak memiliki penghasilan tetap. Tempat Mayang mencari nafkah terkena imbas karena adanya pandemi Covid-19.
Mayang yang memiliki paras cantik dan menawan akhirnya memutuskan beralih profesi dengan cara menjajakan peralatan kosmetik. "Ikut sama teman jualin kosmetik di online shop," kata Mayang saat ditemui SINDOnews di depan Gedung Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (21/7/2020). (Baca juga: Gagal Bertemu Anies, Pekerja Hiburan Malam Sempat Bersitegang)
Tiga bulan berjalan, pemasukan dari berjualan kosmetik di online shop ternyata tak sebanding bila dibandingkan dengan pekerjaanya sebagai terapis pijat. Perempuan asal Jawa Barat itu mengaku dalam sehari bekerja sebagai LC sedikitnya dapat mengantongi uang Rp500 ribu. Namun saat ini penghasilan yang didapat dari berjualan online hanya habis untuk mencukupi keperluan mendasar.
"Selama (tempat kerja) ditutup ya cuma bisa cari ceperan aja. Pendapatan sebulan juga enggak tentu, sedangkan saya juga harus nafkahin keperluan anak dan keluarga di kampung," tukasnya. (Baca: Pekerja Tempat Hiburan Malam ke Anies: Buka Usaha Kami)
Tak ayal, perempuan berkulit halus ini rela ikut demonstrasi menuntut segera dibukanya tempat hiburan malam di Jakarta. Berbekal sweater berwana merah jambu dan kaca mata, Mayang tampak antusias mengikuti demonstrasi itu. Panas teriknya paparan sinar matahari pun tak digubrisnya, Mayang tetap hanyut menyeruakan aspirasi bersama teman-temannya.
"Tolong perhatikan kami juga, kami bekerja, bukan minta-minta di jalanan. Kasian kami, masa di wilayah lain sudah dibuka di Jakarta belum dibuka. Minta tolonglah segera dibuka," ucapnya. (Baca juga: Pesan DPRD ke Pekerja Hiburan Malam: Demi Keselamatan Bersama, Bersabarlah)
Mayang menilai belum dibukanya tempat hiburan malam sebagai bentuk ketidakadilan dari Pemrpov DKI Jakarta. Sebab, kata Mayang, tempat wisata lain telah dibuka kembali namun kenapa hanya tempat hiburan malam saja yang masih ditutup.
"Yang lain, seperti kafe dan hotel-hotel sudah dibuka, kenapa tempat karaoke belum dibuka? Kita di sini cuma mau keadilannya saja," tukasnya.
Demo di Balai Kota kali ini tentu terlihat beda, karena massa yang turun relatif banyak memiliki paras wajah relatif cantik. Salah satunya Mayang (25), yang berprofesi sebagai pemandu lagu atau ledies companion (LD) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Hari ini Mayang rela keluar siang-siang di tengah panasnya terik matahari demi bisa kembali bekerja. Sebab sudah lima bulan ini ia tidak memiliki penghasilan tetap. Tempat Mayang mencari nafkah terkena imbas karena adanya pandemi Covid-19.
Mayang yang memiliki paras cantik dan menawan akhirnya memutuskan beralih profesi dengan cara menjajakan peralatan kosmetik. "Ikut sama teman jualin kosmetik di online shop," kata Mayang saat ditemui SINDOnews di depan Gedung Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (21/7/2020). (Baca juga: Gagal Bertemu Anies, Pekerja Hiburan Malam Sempat Bersitegang)
Tiga bulan berjalan, pemasukan dari berjualan kosmetik di online shop ternyata tak sebanding bila dibandingkan dengan pekerjaanya sebagai terapis pijat. Perempuan asal Jawa Barat itu mengaku dalam sehari bekerja sebagai LC sedikitnya dapat mengantongi uang Rp500 ribu. Namun saat ini penghasilan yang didapat dari berjualan online hanya habis untuk mencukupi keperluan mendasar.
"Selama (tempat kerja) ditutup ya cuma bisa cari ceperan aja. Pendapatan sebulan juga enggak tentu, sedangkan saya juga harus nafkahin keperluan anak dan keluarga di kampung," tukasnya. (Baca: Pekerja Tempat Hiburan Malam ke Anies: Buka Usaha Kami)
Tak ayal, perempuan berkulit halus ini rela ikut demonstrasi menuntut segera dibukanya tempat hiburan malam di Jakarta. Berbekal sweater berwana merah jambu dan kaca mata, Mayang tampak antusias mengikuti demonstrasi itu. Panas teriknya paparan sinar matahari pun tak digubrisnya, Mayang tetap hanyut menyeruakan aspirasi bersama teman-temannya.
"Tolong perhatikan kami juga, kami bekerja, bukan minta-minta di jalanan. Kasian kami, masa di wilayah lain sudah dibuka di Jakarta belum dibuka. Minta tolonglah segera dibuka," ucapnya. (Baca juga: Pesan DPRD ke Pekerja Hiburan Malam: Demi Keselamatan Bersama, Bersabarlah)
Mayang menilai belum dibukanya tempat hiburan malam sebagai bentuk ketidakadilan dari Pemrpov DKI Jakarta. Sebab, kata Mayang, tempat wisata lain telah dibuka kembali namun kenapa hanya tempat hiburan malam saja yang masih ditutup.
"Yang lain, seperti kafe dan hotel-hotel sudah dibuka, kenapa tempat karaoke belum dibuka? Kita di sini cuma mau keadilannya saja," tukasnya.
(thm)
tulis komentar anda