Hiburan Malam Ditutup, Pemandu Lagu Ini Terpaksa Jual Harta Benda untuk Makan
Selasa, 21 Juli 2020 - 15:19 WIB
JAKARTA - Pemandu lagu atau yang kerap disapa LC (Ladies Companion) menjadi salah satu pekerjaan yang terdampak pandemi COVID-19. Bule (28) seorang LC yang bekerja di tempat karaoke di kawasan Jakarta Pusat sudah 5 bulan tidak mendapatkan penghasilan.
Berbagai cara dilakukan Bule untuk dapat menyambung hidup. Sewa tempat tinggal atau kosan pun belum terbayar. Harta benda mulai dari perhiasan hingga barang elektronik dan tabungan pun sudah ludes. (Baca juga; Didemo Pekerja Tempat Hiburan Hiburan Malam, Ini Respons Pemprov DKI )
"Sudah enggak ada penahasilan lagi, selama 5 bulan ini enggak kerja. Buat bayar kosan ya jual emas, jual TV sama pakai tabungan. Sekarang semuanya sudah habis," ungkap Bule yang ikut dalam demonstrasi menuntut tempat hiburan malam dibuka kembali, Selasa (21/7/2020).
Demo di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat. Saat ini, Bule hanya bisa pasrah menerima keadaan dan tak bisa berbuat banyak hal untuk menyambung kehidupannya.
Apalagi kehidupan para pemandu lagu di tempat karaoke memang terbilang glamor. Bagaimana tidak, dalam setiap malam para pemandu lagu itu selalu disuguhkan kenikmatan gemerlapnya dunia malam.
Pekerjaan sebagai LC, menurut Bule adalah hal yang paling mudah karena tidak banyak membutuhkan keterampilan. Bermodal paras halus dan bodi aduhai adalah nilai lebih seorang pemandu lagu di tempat karaoke di ibu kota dan kota-kota lain pada umumnya.
"Saya sudah kerja di tempat hiburan malam itu sejak 2011, sekarang enggak punya pekerjaan alias ngangur enggak ada pemasukan," katanya.
Apalagi Bule seorang janda dan terpaksa mencari nafkah di dunia hiburan malam untuk membiayai kebutuhan hidup anak dan keluarganya di kampung. Bule yang berasal dari Padang, Sumatera Barat merantau ke Jakarta hanya berbekal rasa percaya diri karena diberkahi penampilan fisik menawan.
Harapan Bule ikut dalam demonstrasi, tempat hiburan malam diizinkan buka kembali. Apalagi dia sudah bekerja selama sembilan tahun di tempat hiburan malam, dirinya masih memiliki harga diri dan enggan untuk menjual dirinya kepada laki-laki hidung belang yang hanya menginginkan kenikmatan sesaat.
"Tolong dibuka Pak Gubernur tempat hiburannya biar kita bisa bekerja lagi. Kita butuh makan pak," ucapnya. (Baca juga; Demo di Balai Kota, Pengusaha Hiburan: Pelanggaran Bukan Semata Salah Kami )
Lihat Juga: Ikuti Kebijakan Pusat, Pemprov DKI Jakarta Pastikan Program Bansos Tidak Berkaitan dengan Masa Pilkada
Berbagai cara dilakukan Bule untuk dapat menyambung hidup. Sewa tempat tinggal atau kosan pun belum terbayar. Harta benda mulai dari perhiasan hingga barang elektronik dan tabungan pun sudah ludes. (Baca juga; Didemo Pekerja Tempat Hiburan Hiburan Malam, Ini Respons Pemprov DKI )
"Sudah enggak ada penahasilan lagi, selama 5 bulan ini enggak kerja. Buat bayar kosan ya jual emas, jual TV sama pakai tabungan. Sekarang semuanya sudah habis," ungkap Bule yang ikut dalam demonstrasi menuntut tempat hiburan malam dibuka kembali, Selasa (21/7/2020).
Demo di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat. Saat ini, Bule hanya bisa pasrah menerima keadaan dan tak bisa berbuat banyak hal untuk menyambung kehidupannya.
Apalagi kehidupan para pemandu lagu di tempat karaoke memang terbilang glamor. Bagaimana tidak, dalam setiap malam para pemandu lagu itu selalu disuguhkan kenikmatan gemerlapnya dunia malam.
Pekerjaan sebagai LC, menurut Bule adalah hal yang paling mudah karena tidak banyak membutuhkan keterampilan. Bermodal paras halus dan bodi aduhai adalah nilai lebih seorang pemandu lagu di tempat karaoke di ibu kota dan kota-kota lain pada umumnya.
"Saya sudah kerja di tempat hiburan malam itu sejak 2011, sekarang enggak punya pekerjaan alias ngangur enggak ada pemasukan," katanya.
Apalagi Bule seorang janda dan terpaksa mencari nafkah di dunia hiburan malam untuk membiayai kebutuhan hidup anak dan keluarganya di kampung. Bule yang berasal dari Padang, Sumatera Barat merantau ke Jakarta hanya berbekal rasa percaya diri karena diberkahi penampilan fisik menawan.
Harapan Bule ikut dalam demonstrasi, tempat hiburan malam diizinkan buka kembali. Apalagi dia sudah bekerja selama sembilan tahun di tempat hiburan malam, dirinya masih memiliki harga diri dan enggan untuk menjual dirinya kepada laki-laki hidung belang yang hanya menginginkan kenikmatan sesaat.
"Tolong dibuka Pak Gubernur tempat hiburannya biar kita bisa bekerja lagi. Kita butuh makan pak," ucapnya. (Baca juga; Demo di Balai Kota, Pengusaha Hiburan: Pelanggaran Bukan Semata Salah Kami )
Lihat Juga: Ikuti Kebijakan Pusat, Pemprov DKI Jakarta Pastikan Program Bansos Tidak Berkaitan dengan Masa Pilkada
(wib)
tulis komentar anda