Terlibat Prostitusi, Artis Juga Perlu Modal
A
A
A
JAKARTA - Gaya hidup seorang artis ternyata tidak murah dan perlu biaya cukup tinggi. Sayangnya, untuk memenuhi modal besar itu ada saja artis yang rela melakukannya dengan mengabaikan norma hukum dan sosial.
Psikolog dari Universitas Pancasila, Aully Grashinta mengatakan, semakin tenar seorang artis semakin tinggi kebutuhan hidupnya. Untuk diterima di kalangan sosialnya, tentu artis harus mengikuti gaya lingkungan sosialnya.
Hal ini yang membuat gaya hidup dunia artis tidak murah. Misalnya saja, untuk melakukan perawatan tubuh seorang artis bisa menghabiskan biaya ratusan juta. (Baca: Sehari Artis Seksi AA Mampu Melayani Lebih dari Satu Pelanggan)
"Tentunya itu perlu modal. Bagaimana memenuhi hal itu (modal) yang kemudian ditempuh dengan cara singkat (prostitusi). Semakin besar modalnya maka bisa semakin tinggi nilainya," kata Aully Grashinta, Senin (11/5/2015).
Dia menilai, tiap orang memiliki tingkatan kebutuhan hidup berbeda. Penentuan tingkatan itu bergantung pada persepsi masing-masing individu. Ada yang menilai memiliki sebuah kendaraan mewah sudah dirasa cukup. Namun ada yang berpendapat kendaraan yang dimiliki haruslah merek tertentu yang dibuat secara terbatas.
"Tingkatan pemenuhan hidup itu dimulai dari sandang, pangan dan papan. Kemudian sosial dan aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan itu tergantung pada bagaimana individu mempersepsikan akan kebutuhan itu," kata Shinta, sapaan akrabnya.
Saat ini, kata dia, tidak banyak artis yang meniti karir dengan cara tertatih atau dari level bawah seperi Olga (almarhum) dan Raffi Ahmad. Kalangan entertain ini cenderung lebih memilih cara instan dengan mengabaikan norma.
"Itu disebabkan dari persepsi si artis sendiri. Misalnya, dia melihat artis lain punya mobil Alphard dan dia juga ingin punya. Sayangnya, dia tidak memahami bagaimana si artis itu bisa memiliki mobil mewah," katanya.
Shinta mengingatkan, agar tidak terjebak dalam dunia kelam prostitusi maka harus ada benteng yang kuat dari dalam diri individu. Dan yang tidak kalah penting adalah memahami bahwa hidup haruslah sesuai porsinya sehingga tidak melawan norma.
"Beda tipis antara terjebak dengan menjebakkan diri. Kuncinya adalah benteng yang kuat sehingga godaan yang datang bis ditolak," tutupnya.
Psikolog dari Universitas Pancasila, Aully Grashinta mengatakan, semakin tenar seorang artis semakin tinggi kebutuhan hidupnya. Untuk diterima di kalangan sosialnya, tentu artis harus mengikuti gaya lingkungan sosialnya.
Hal ini yang membuat gaya hidup dunia artis tidak murah. Misalnya saja, untuk melakukan perawatan tubuh seorang artis bisa menghabiskan biaya ratusan juta. (Baca: Sehari Artis Seksi AA Mampu Melayani Lebih dari Satu Pelanggan)
"Tentunya itu perlu modal. Bagaimana memenuhi hal itu (modal) yang kemudian ditempuh dengan cara singkat (prostitusi). Semakin besar modalnya maka bisa semakin tinggi nilainya," kata Aully Grashinta, Senin (11/5/2015).
Dia menilai, tiap orang memiliki tingkatan kebutuhan hidup berbeda. Penentuan tingkatan itu bergantung pada persepsi masing-masing individu. Ada yang menilai memiliki sebuah kendaraan mewah sudah dirasa cukup. Namun ada yang berpendapat kendaraan yang dimiliki haruslah merek tertentu yang dibuat secara terbatas.
"Tingkatan pemenuhan hidup itu dimulai dari sandang, pangan dan papan. Kemudian sosial dan aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan itu tergantung pada bagaimana individu mempersepsikan akan kebutuhan itu," kata Shinta, sapaan akrabnya.
Saat ini, kata dia, tidak banyak artis yang meniti karir dengan cara tertatih atau dari level bawah seperi Olga (almarhum) dan Raffi Ahmad. Kalangan entertain ini cenderung lebih memilih cara instan dengan mengabaikan norma.
"Itu disebabkan dari persepsi si artis sendiri. Misalnya, dia melihat artis lain punya mobil Alphard dan dia juga ingin punya. Sayangnya, dia tidak memahami bagaimana si artis itu bisa memiliki mobil mewah," katanya.
Shinta mengingatkan, agar tidak terjebak dalam dunia kelam prostitusi maka harus ada benteng yang kuat dari dalam diri individu. Dan yang tidak kalah penting adalah memahami bahwa hidup haruslah sesuai porsinya sehingga tidak melawan norma.
"Beda tipis antara terjebak dengan menjebakkan diri. Kuncinya adalah benteng yang kuat sehingga godaan yang datang bis ditolak," tutupnya.
(ysw)