Baca Juga:Pandemi Membuat Siswi SMK Ini Terjun ke Dunia Prostitusi
Saat diterima pertemanan, Ratna langsung memberikan chat tarif dan syarat untuk mem-booking-nya. Untuk short time, wanita berambut panjang ini meminta tarif Rp500.000 untuk sekali kencan, sementara Rp2 juta untuk long time. No onal, wajib kondom, wajib DP. Kalau serius, langsung datang saja ke Kalibata City. Setelah terjadi kesepakatan, Ratna lalu memberikan nomor ponsel untuk bertemu.
Baca Juga:Anak di Bawah Umur Sasaran Prostitusi
Gambaran di atas menunjukkan betapa mudahnya mencari pekerja seks komersial (PSK) online melalui aplikasi online. Beberapa pelaku prostitusi mengaku melakoni bisnis tersebut bukan hanya untuk kebutuhan ekonomi, tapi juga gaya hidup. Model wanita seperti ini banyak dilakukan wanita di bawah umur. Salah satu pelaku prostitusi yang berhasil ditemui mengaku terpaksa beralih profesi dari pekerjaan terapis pijat dan spa ke prostitusi karena tempat tersebut tutup selama pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Baca Juga:Cynthiara Alona Buka Baju dan Celana Sebelum Jadi Tersangka Prostitusi
Dea—begitu dia dipanggil telah menggeluti profesi sebagai penjaja seks online sejak satu tahun belakangan. Wanita berusia 23 tahun ini menjajakan dirinya melalui aplikasi Michat. Dia memasang foto dirinya dan memberikan kode “open” di statusnya. Dengan kata-kata tersebut, maka para pria hidung belang sudah mengetahuinya. Dea membuka sebuah unit apartemen tipe studio. “Awalnya saya sewa harian, tapi sekarang bulanan. Kalau bulanan, lebih murah, Rp3,5 juta,” kata Dea belum lama ini.
Pendapatannya yang sekarang lumayan besar ketimbang di tempat lama. Dalam satu bulan dia bisa mengumpulkan sekitar Rp12 juta hingga Rp15 juta per bulan dengan tarif Rp500.000 untuk short time dan Rp1,2 juta long time sekali kencan. Sehari dia bisa melayani dua hingga tiga pria hidung belang ke apartemen tersebut.
(ymn)