Hanya Naik Rp1.000, Sopir Angkutan Umum Mengeluh
A
A
A
JAKARTA - Meski Organda dan Pemprov DKI Jakarta menyepakati kenaikan tarif angkutan umum sebesar Rp1.000, namun jumlah itu dirasa belum cukup oleh sopir. Pasalnya, kenaikan tarif itu hanya cukup untuk membeli solar guna keperluan menarik penumpang.
"Jelas itu tidak cukup. Sekarang saja, setoran sama untung itu lebih gedean setoran. Untung kami dikit, (hanya) habis buat beli minyaknya saja," kata Jojo, sopir Metromini S62 jurusan Pasar Minggu-Manggarai kepada Sindonews, di depan Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (22/11/2014).
Jojo menjelaskan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sangat menyekik pendapatannya. Selain setoran yang besar, pendapatan yang diterimanya juga tak cukup untuk sehari-hari.
"Coba saja hitung, kami dapat Rp450.000, setoran Rp300.000. Potong minyak yang tadinya Rp50.000, sekarang bisa sampai Rp100.000. Dapet apa kita Rp50.000. Belum lagi itu buat makan," ujarnya.
Sejalan dengan Jojo, sopir angkutan umum 61 jurusan Pasar Minggu-Pondok Labu, Dayat (36) mengatakan, pihaknya menginginkan agar kenaikan tarif angkutan umum disesuaikan dengan naiknya harga BBM.
"Sesuaikanlah harusnya, bensin naik Rp2.000, kita sih maunya naik ituh juga dua ribuan lagi. Kalau dihitungkan, itu kita maunya dapat untung sehari paling enggak jeleknya dapat Rp50.000. Itu juga sudah bersih kita maunya, enggak ada potongan lagi buat biaya makan atau apalah," tuturnya.
Dayat pun menambahkan, dirinya sudah melakukan kenaikan tarif walaupun kenaikan itu baru besok mulai diedarkan. Karena, dirinya ogah kurang setorannya dari kantong pribadinya.
"Saya enggak mau ambil pusinglah. Sekarang saja tarif sudah saya naikan sendiri Rp1.000. Banyak yang enggk setuju sih penumpang. Tapi, mau gimana lagi, daripada saya yang nombokin," ujarnya.
"Jelas itu tidak cukup. Sekarang saja, setoran sama untung itu lebih gedean setoran. Untung kami dikit, (hanya) habis buat beli minyaknya saja," kata Jojo, sopir Metromini S62 jurusan Pasar Minggu-Manggarai kepada Sindonews, di depan Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (22/11/2014).
Jojo menjelaskan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sangat menyekik pendapatannya. Selain setoran yang besar, pendapatan yang diterimanya juga tak cukup untuk sehari-hari.
"Coba saja hitung, kami dapat Rp450.000, setoran Rp300.000. Potong minyak yang tadinya Rp50.000, sekarang bisa sampai Rp100.000. Dapet apa kita Rp50.000. Belum lagi itu buat makan," ujarnya.
Sejalan dengan Jojo, sopir angkutan umum 61 jurusan Pasar Minggu-Pondok Labu, Dayat (36) mengatakan, pihaknya menginginkan agar kenaikan tarif angkutan umum disesuaikan dengan naiknya harga BBM.
"Sesuaikanlah harusnya, bensin naik Rp2.000, kita sih maunya naik ituh juga dua ribuan lagi. Kalau dihitungkan, itu kita maunya dapat untung sehari paling enggak jeleknya dapat Rp50.000. Itu juga sudah bersih kita maunya, enggak ada potongan lagi buat biaya makan atau apalah," tuturnya.
Dayat pun menambahkan, dirinya sudah melakukan kenaikan tarif walaupun kenaikan itu baru besok mulai diedarkan. Karena, dirinya ogah kurang setorannya dari kantong pribadinya.
"Saya enggak mau ambil pusinglah. Sekarang saja tarif sudah saya naikan sendiri Rp1.000. Banyak yang enggk setuju sih penumpang. Tapi, mau gimana lagi, daripada saya yang nombokin," ujarnya.
(hyk)