Tak Miliki Biaya Berobat, Bayi di Bekasi Meninggal
A
A
A
BEKASI - Bayi penderita gizi buruk meninggal dunia di rumahnya di Kampung Siluman RT 1/18, Mangunjaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Azahra Wulandari (1) meninggal setelah dibawa pulang keluarganya karena tidak memiliki biaya perawatan di rumah sakit.
Sebelum meninggal pada Selasa 4 November 2014 malam, pasangan suami istri Dirman (26) dan Nurhayati (24) terpaksa membawa pulang anaknya dari rumah sakit swasta di kawasan Cibitung.
Pasutri ini terpaksa membawa anaknya pulang karena tidak mampu memenuhi biaya rumah sakit yang mencapai Rp 7,5 juta untuk perawatan satu malam dua hari.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Mangunjaya, Saban Junior mengatakan, Azhara terpaksa dibawa pulang oleh kedua orang tuanya lantaran tidak memiliki biaya.
”Kesulitan biaya, akhir meninggal,” katanya ketika ditemui di rumah keluarga Azahra, Rabu (5/11/2014).
Menurutnya, kedua orang tua Azahra, hanya memiliki uang Rp3 juta separuh dari total tagihan perawatan bayi tersebut. Beruntung pihak aparat kelurahan desa tersebut, memberikan jaminan, untuk bisa mengeluarkan bayi tersebut.
”Ada jaminan dari lurah baru bisa keluar bayi dari rumah sakit,” ujarnya.
Sementara Dirman (26) mengatakan, anaknya dirawat di rumah sakit selama satu malam dua hari yakni sejak Senin 3 November. Dirinya tidak mengetahui adanya perjanjian yang begitu mengikat antara dirinya dengan pihak rumah sakit. Karena panik, dia menandatangani semuanya.
Ayah bayi ini mengaku terpaksa merawat anaknya ke rumah sakit swasta karena rujukan Puskesmas Mangunjaya ke RSUD Kabupaten Bekasi, tidak memungkinkan.
”Anak saya sudah koma, makanya terpaksa masuk ke sini,” kata lelaki yang kerjanya serabutan ini.
Hingga akhirnya, Dirman mengetahui, biayanya sudah mencapai Rp 7.5 juta, dia bersama istri sepakat untuk membawa bayinya pulang. Namun, karena tidak memiliki uang sesuai dengan tagihan rumah sakit, keduanya tidak diperkenankan membawa bayi tersebut.
”Saya punya uang Rp 3 juta hasil pinjaman sana sini, tetapi tidak bisa juga,” jelasnya.
Beruntung aparat desa dan pihak kelurahan setempat memberikan jaminan kepada rumah sakit. Dan bayi itu pun langsung bisa dibawa pulang. Hanya saja, kepulangan Azahra malah membawa petaka.
Usia bayi perempuan itu hanya empat jam baru sampai di rumah. Dirman dan istri tampak menyesali atas tiadanya puteri pertamanya itu. Dia menyesali atas kehidupannya selama ini yang tergolong miskin.
”Andai saja saya orang kaya, mungkin anak saya bisa saya selamatkan,” tuturnya dengan air mata berlinang.
Azahra Wulandari (1) meninggal setelah dibawa pulang keluarganya karena tidak memiliki biaya perawatan di rumah sakit.
Sebelum meninggal pada Selasa 4 November 2014 malam, pasangan suami istri Dirman (26) dan Nurhayati (24) terpaksa membawa pulang anaknya dari rumah sakit swasta di kawasan Cibitung.
Pasutri ini terpaksa membawa anaknya pulang karena tidak mampu memenuhi biaya rumah sakit yang mencapai Rp 7,5 juta untuk perawatan satu malam dua hari.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Mangunjaya, Saban Junior mengatakan, Azhara terpaksa dibawa pulang oleh kedua orang tuanya lantaran tidak memiliki biaya.
”Kesulitan biaya, akhir meninggal,” katanya ketika ditemui di rumah keluarga Azahra, Rabu (5/11/2014).
Menurutnya, kedua orang tua Azahra, hanya memiliki uang Rp3 juta separuh dari total tagihan perawatan bayi tersebut. Beruntung pihak aparat kelurahan desa tersebut, memberikan jaminan, untuk bisa mengeluarkan bayi tersebut.
”Ada jaminan dari lurah baru bisa keluar bayi dari rumah sakit,” ujarnya.
Sementara Dirman (26) mengatakan, anaknya dirawat di rumah sakit selama satu malam dua hari yakni sejak Senin 3 November. Dirinya tidak mengetahui adanya perjanjian yang begitu mengikat antara dirinya dengan pihak rumah sakit. Karena panik, dia menandatangani semuanya.
Ayah bayi ini mengaku terpaksa merawat anaknya ke rumah sakit swasta karena rujukan Puskesmas Mangunjaya ke RSUD Kabupaten Bekasi, tidak memungkinkan.
”Anak saya sudah koma, makanya terpaksa masuk ke sini,” kata lelaki yang kerjanya serabutan ini.
Hingga akhirnya, Dirman mengetahui, biayanya sudah mencapai Rp 7.5 juta, dia bersama istri sepakat untuk membawa bayinya pulang. Namun, karena tidak memiliki uang sesuai dengan tagihan rumah sakit, keduanya tidak diperkenankan membawa bayi tersebut.
”Saya punya uang Rp 3 juta hasil pinjaman sana sini, tetapi tidak bisa juga,” jelasnya.
Beruntung aparat desa dan pihak kelurahan setempat memberikan jaminan kepada rumah sakit. Dan bayi itu pun langsung bisa dibawa pulang. Hanya saja, kepulangan Azahra malah membawa petaka.
Usia bayi perempuan itu hanya empat jam baru sampai di rumah. Dirman dan istri tampak menyesali atas tiadanya puteri pertamanya itu. Dia menyesali atas kehidupannya selama ini yang tergolong miskin.
”Andai saja saya orang kaya, mungkin anak saya bisa saya selamatkan,” tuturnya dengan air mata berlinang.
(ysw)