Imbas Pengerjaan MRT, Jalan Sudirman-Thamrin Kian Semrawut

Sabtu, 30 Agustus 2014 - 00:20 WIB
Imbas Pengerjaan MRT,...
Imbas Pengerjaan MRT, Jalan Sudirman-Thamrin Kian Semrawut
A A A
JAKARTA - Kondisi lalu lintas di ruas Jalan Sudirman dan MH Thamrin Jakarta kian semrawut. Pengerjaan konstruksi MRT menjadi penyebabnya.

Jalan yang selama ini lurus, berubah menjadi berbelok-belok karena ada pekerjaan konstruksi mass rapid transit (MRT) jalur bawah tanah.

Sagiman (40), salah seorang pengendara yang selalu berlalu lintas di Jalan Sudirman mengeluhkan buruknya kondisi lalu lintas di protokol tersebut.

Dia tidak memiliki banyak pilihan dalam bepergian. Terpaksa harus menempuh jalur cepat yang kini telah berbelok-belok itu.

Beberapa segmen jalan Sudirman dipakai sebagai bagian konstruksi stasiun MRT. Sehingga bagian tengah jalan dan sebagian lajur cepat harus ditutup.

"Ketika tidak ada proyek MRT sudah macet. Sekarang makin parah," keluh pria yang berkantor di kawasan Setia Budi itu saat ditemui Jumat (29/8/2014) siang.

Tidak hanya itu, dia juga mengeluhkan jalan yang menanjak ketika berbelok. Akibatnya kecepatan mobil yang dikemudikan harus dikurangi. Hal ini disinyalirnya membuat mobil di depannya tidak bisa melaju lebih cepat.

Pantauan di lapangan, berbelok-beloknya jalan protokol mulai terjadi di Jalan MH Thamrin dan Sudirman, atau mulai di depan Sarinah Mal menuju Bundaran HI.

Lantas bentuk rekayasa lain terdapat di kawasan Dukuh Atas menuju arah Karet, Semanggi hingga Bundaran Senayan. Itu terjadi di dua arah, Utara-Selatan dan Selatan-Utara atau dari Blok M menuju Kota dan Kota-Blok M.

Di daerah ini jalur lambat menggunakan sebagian trotoar. Akses perjalanan pejalan kaki dibatasi dengan pagar besi. Akses pejalan kaki menikmati pedestrian berkurang dari 2,5-3 meter menjadi 1-1,5 meter.

Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Edi Nursalam mengakui, rekayasa lalu lintas di sepanjang jalan utama itu sangat tidak maksimal disiapkan oleh PT MRT Jakarta.

BUMD itu tidak bisa menyiapkan lahan pengalihan yang lebih baik. Ketersediaan lahan memang sangat sempit.

"Rekayasa ini harus diperkuat dengan keberadaan petugas untuk mengatur kelancara lalulintas di titik sumber macet paling parah," kata Edi.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7467 seconds (0.1#10.140)