Pedagang Pasar Gembrong Kembali Gelar Lapak di Jalan
A
A
A
JAKARTA - Menjelang Lebaran, sejumlah pasar modern dan tradisional dipenuhi masyarakat. Tak ingin ketinggalan meraup rezeki, sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, kembali menggelar lapak dagangannya di jalan.
Akibat ulah nekat para pedagang menggelar barang dagangannya di Jalan Basuki Rahmat, Jatinegara, Jakarta Timur, kemacetan pun kembali tak terhindahrkan.
Para pedagang beralasan mereka kembali ke jalan karena tiga lokasi baru yang disediakan oleh Pemprov DKI, yakni Pasar Gembrong Cipinang Besar Selatan (PGCBS), PD Perumnas Klender, dan Pasar Sunan Giri dianggap sepi pembeli oleh para pedagang.
Para pedagang karpet dan mainan yang takut kehilangan penghasilan akhirnya kembali ke Pasar Gembrong. Awalnya, mereka menggelar lapaknya di trotoar dan tidak mengizinkan adanya kendaraan roda empat parkir di badan jalan. Hal tersebut menjadi komitmen pedagang agar kesemrawutan dan kemacetan di wilayah tersebut tidak kembali terjadi.
Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, lapak-lapak pedagang tidak hanya berada di trotoar, melainkan juga di badan jalan. Lapak-lapak yang berada di badan jalan merupakan lapak pedagang musiman yang menjual pernak-pernik seperti petasan, mainan dan karpet.
Selain itu, para pemilik toko mainan yang ada di sana juga menggelar barang dagangannya hingga menjorok keluar toko. Sejumlah kendaraan roda dua maupun roda empat pun terlihat diarkir di badan jalan di lokasi tersebut. Hal ini membuat kawasan Pasar Gembrong kembali semrawut."Ya memang sejak awal dipindahkan kami tidak setuju. Itu kenapa kita kembali jualan di sini," ujar salah seorang pedagang bernama Feri.
Dia menegaskan, lokasi baru yang disediakan tidak strategis, tempat parkirnya yang kurang memadai membuat lokasi baru itu sepi pembeli sehingga membuat pedagang kehilangan pemasukan secara drastis. "Ditambah kios-kios yang disediakan terlalu kecil untuk dagangan kita," ujarnya.
Pedagang lain bernama Bruri yang menggelar lapaknya di badan jalan mengatakan bahwa ia sengaja memanfaatkan momen lebaran untuk mencari keuntungan lebih. Menurut dia, sejumlah pedagang musiman tersebut hanya akan bertahan sampai lebaran. "Kita jualan petasan dan kembang api, kita memanfaatkan badan jalan, tapi kita mohon pengertian pemerintah. Ini kan sementara saja, nanti setelah lewat lebaran tidak ada lagi dagangan di badan jalan," tuturnya.
Akibat ulah nekat para pedagang menggelar barang dagangannya di Jalan Basuki Rahmat, Jatinegara, Jakarta Timur, kemacetan pun kembali tak terhindahrkan.
Para pedagang beralasan mereka kembali ke jalan karena tiga lokasi baru yang disediakan oleh Pemprov DKI, yakni Pasar Gembrong Cipinang Besar Selatan (PGCBS), PD Perumnas Klender, dan Pasar Sunan Giri dianggap sepi pembeli oleh para pedagang.
Para pedagang karpet dan mainan yang takut kehilangan penghasilan akhirnya kembali ke Pasar Gembrong. Awalnya, mereka menggelar lapaknya di trotoar dan tidak mengizinkan adanya kendaraan roda empat parkir di badan jalan. Hal tersebut menjadi komitmen pedagang agar kesemrawutan dan kemacetan di wilayah tersebut tidak kembali terjadi.
Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, lapak-lapak pedagang tidak hanya berada di trotoar, melainkan juga di badan jalan. Lapak-lapak yang berada di badan jalan merupakan lapak pedagang musiman yang menjual pernak-pernik seperti petasan, mainan dan karpet.
Selain itu, para pemilik toko mainan yang ada di sana juga menggelar barang dagangannya hingga menjorok keluar toko. Sejumlah kendaraan roda dua maupun roda empat pun terlihat diarkir di badan jalan di lokasi tersebut. Hal ini membuat kawasan Pasar Gembrong kembali semrawut."Ya memang sejak awal dipindahkan kami tidak setuju. Itu kenapa kita kembali jualan di sini," ujar salah seorang pedagang bernama Feri.
Dia menegaskan, lokasi baru yang disediakan tidak strategis, tempat parkirnya yang kurang memadai membuat lokasi baru itu sepi pembeli sehingga membuat pedagang kehilangan pemasukan secara drastis. "Ditambah kios-kios yang disediakan terlalu kecil untuk dagangan kita," ujarnya.
Pedagang lain bernama Bruri yang menggelar lapaknya di badan jalan mengatakan bahwa ia sengaja memanfaatkan momen lebaran untuk mencari keuntungan lebih. Menurut dia, sejumlah pedagang musiman tersebut hanya akan bertahan sampai lebaran. "Kita jualan petasan dan kembang api, kita memanfaatkan badan jalan, tapi kita mohon pengertian pemerintah. Ini kan sementara saja, nanti setelah lewat lebaran tidak ada lagi dagangan di badan jalan," tuturnya.
(whb)