Kisah Manusia Gerobak Asal Surabaya di Jakarta

Senin, 14 Juli 2014 - 09:23 WIB
Kisah Manusia Gerobak Asal Surabaya di Jakarta
Kisah Manusia Gerobak Asal Surabaya di Jakarta
A A A
JAKARTA - Selama tujuh tahun manusia gerobak ini berada di bawah garis kemiskinan. Walaupun keberadaannya di Ibu Kota Jakarta yang penuh dengan gedung menjulang dan perkantoran mewah, tak membuat manusia gerobak ini hidup layak.

Yudi salah satu manusia gerobak yang biasa manggkal di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat. Dia mengatakan, selama ini dirinya beraktivitas di gerobak yang terbuat dari seng dan kayu.

"Saya sudah tujuh tahun di sini, sehari-hari yaa begini saja saya di gerobak biasanya kerja cari kardus bekas buat di jual ke pengepul," kata Yudi saat ditemui Sindonews di depan ruko bekas klinik yang sudah tak terpakai, Minggu 13 Juli 2014.

Keberadaannya di Jakarta bukan tanpa resiko. Kata pria berusia 49 ini, untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari dua anak dan satu istri. Kata dia, dirinya memulung kardus bekas dan plastik di wilayah Jakarta Pusat.

Meski penghasilannya menjadi pemulung masih jauh dari kata cukup, sang istri yang setia menemaninya mencoba mencari rezeki menjadi buruh cuci, jika ada yang membutuhkan tenaganya.

"Tukang cuci keliling ataupun tukang cuci pakaian para sopir bajaj," tuturnya.

Dia juga mengatakan, dirinya pernah ditegur pihak kelurahan setempat terkait keberadaannya itu. Tetapi dia berjanji, tidak akan berkeliaran menggunakan gerobaknya untuk keliling Jakarta yang bisa mengganggu ketertiban umum.

"Sudah lama saya di sini, dahulu pernah ditegor sama orang kelurahan. Tapi saya bilang kita cuma di sini saja, dan karena kita sudah lama kenal yaa sampai sekarang enggak diapa-apain," kata dia.

"Pihak kelurahan cuma bilang jangan sampe menggangu kebersihan lingkungan karena banyak pejabat suka lewat sini," ucapnya.

Dia menceritakan, saat hujan turun, kedua anaknya yang masih berusia empat tahun dan delapan bulan serta istrinya keluar dari gerobak untuk pindah ke depan ruko yang beralasan kerdus agar tidak terkena hujan.

"Biasa tidur di depan emperan ruko adalah istri dan kedua anaknya," ujarnya.

Meski kehidupannya hanya di atas gerobak, Yudi berharap, kehidupan kedua anaknya kelak bisa jauh lebih baik dari dirinya. "Semoga anak-anak akan lebih baik nasibnya, bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi," harapnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5428 seconds (0.1#10.140)