Jelang Ramadan, Pintu Masuk Pengemis Musiman Dijaga Ketat
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Kota Jakarta Barat siap menjaga pintu masuk para pengemis musiman. Biasanya para pengemis tersebut datang dua minggu sebelum bulan Ramadan.
Kasatpol PP Jakarta Barat Kadiman Sintinjak mengatakan, berdasarkan evaluasi setiap tahun jelang bulan suci Ramadan, pihaknya bakal menjaga empat pintu masuk yang kerap dilewati para Penyandang Masalah Kesejahteraaan Sosial (PMKS) dari berbagai daerah ke Jakarta.
Empat pintu masuk tersebut yakni berada di wilayah Kecamatan Tambora, Cengkareng, Grogol Petamburan, dan Kalideres. Selain itu, dua terminal, yakni Terminal Grogol dan Kalideres juga menjadi pusat perhatiannya.
"Mereka para PMKS Sumatera dan Jawa yang kerap masuk lewat empat wilayah tersebut melalui bus dan kereta," kata Kadiman Sitindjak saat dihubungi, Selasa 27 Mei kemarin.
Kadiman menjelaskan, untuk pengawasan di titik-titik pintu masuk tersebut, pihaknya sedikitnya menerjunkan 400 personel. Para petugas akan memeriksa Kartu Tanda Penduduk (KTP) para penumpang. Jika tidak memiliki KTP DKI, petugas akan menanyakan maksud kedatangannya ke Jakarta. Jika mencurigakan, Kadiman akan menangkapnya dan membawa ke panti sosial.
Kendati demikian, untuk mencegah kedatangan PMKS saat Ramadan bukan hanya menjadi tugas Satpol PP. Pihaknya perlu koordinasi lebih lanjut kepada instansi yang menangani masalah ini. Sudin Sosial dan aparat penegak hukum lainnya perlu duduk bersama membahas masalah ini.
"Di panti mereka akan diberikan wawasan hukum yaitu Perda No 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Jika masih bandel dan kembali menjadi PMKS, mereka dikenakan pasal penipuan. Hal ini sudah diimbau oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama," jelasnya.
Sementara itu, Kepala TU Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I Kedoya Ruminto membenarkan para PMKS akan menyerbu Ibu Kota dua minggu sebelum Ramadan. Mereka bakal datang dengan beragam cara. Ada yang lewat stasiun, terminal, menumpang truk, bahkan jalan kaki dari kampung halamannya.
"Di Jakarta Barat, mereka masuk melalui Terminal Grogol, Cengkareng, Kali Deres, dan stasiun kereta api," ungkapnya.
Saat ini saja, kata Ruminto, kedatangan mereka sudah mulai terasa. Sebab, pada Senin 26 Mei Sudin Sosial Jakarta menangkap enam PMKS yang dititipkan di Panti Kedoya. Mereka rata-rata dari luar daerah dan beralasan ke Jakarta memang untuk mencari nafkah jelang Hari Raya Idul Fitri.
Berdasarkan data yang dimiliki Ruminto, saat Ramadan jumlah PMKS yang menempati panti bisa bertambah 200 persen. Artinya, Panti Kedoya saat Ramadan bisa disesaki sekitar 1.000 PMKS yang tertangkap dan dibina.
"Ramadan 2013 kami menampung sekitar 600 PMKS. Tahun 2012 dan 2011 hampir 1.000 PMKS. Padahal, kapasitas panti hanya sanggup menampung 250 PMKS. Saat ini saja, panti sudah over kapasitas karena sudah dihuni sekitar 325 PMKS," tegasnya.
Over kapasitas bukan hanya terjadi di Panti Sosial Kedoya Bina Insan, melainkan hampir seluruh panti sosial yang ada di Jakarta. Hal ini menurutnya wajar terjadi menjelang Ramadan.
Biasanya, para PMKS tersebut terdiri dari Lansia terlantar, gelandang dan pengemis, serta psikotik. Sementara, daerah penghasil PMKS terbanyak ke Ibu Kota disumbang dari Brebes, Kalimanan, Cirebon, dan Karawang.
"Berdasarkan peraturan, kami membina mereka selama 22 hari. Lebih dari itu melanggar HAM. Kalau kami lepas mereka kembali ke jalan dan akan ditangkap lagi. Sementara PMKS baru bermunculan. Itu yang membuat panti kami penuh," ungkapnya.
Untui itu, Ruminto berharap, agar pemerintah daerah setempat mencegah para PMKS yang akan datang ke Jakarta. Seperti misalnya jelang puasa ini, pemerintah daerah perlu melakukan pembinaan kepada para PMKS di daerahnya yang menghasilkan. Sehingga, para PMKS di masing-masing daerah tersebut tidak lagi berpikiran untuk datang ke Jakarta demi mengemis.
"Kami melihat Pemerintah daerah tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi warganya. Sehingga, mereka lebih memilih mencari uang dengan jalan mengemis di Jakarta," ujarnya.
Kasatpol PP Jakarta Barat Kadiman Sintinjak mengatakan, berdasarkan evaluasi setiap tahun jelang bulan suci Ramadan, pihaknya bakal menjaga empat pintu masuk yang kerap dilewati para Penyandang Masalah Kesejahteraaan Sosial (PMKS) dari berbagai daerah ke Jakarta.
Empat pintu masuk tersebut yakni berada di wilayah Kecamatan Tambora, Cengkareng, Grogol Petamburan, dan Kalideres. Selain itu, dua terminal, yakni Terminal Grogol dan Kalideres juga menjadi pusat perhatiannya.
"Mereka para PMKS Sumatera dan Jawa yang kerap masuk lewat empat wilayah tersebut melalui bus dan kereta," kata Kadiman Sitindjak saat dihubungi, Selasa 27 Mei kemarin.
Kadiman menjelaskan, untuk pengawasan di titik-titik pintu masuk tersebut, pihaknya sedikitnya menerjunkan 400 personel. Para petugas akan memeriksa Kartu Tanda Penduduk (KTP) para penumpang. Jika tidak memiliki KTP DKI, petugas akan menanyakan maksud kedatangannya ke Jakarta. Jika mencurigakan, Kadiman akan menangkapnya dan membawa ke panti sosial.
Kendati demikian, untuk mencegah kedatangan PMKS saat Ramadan bukan hanya menjadi tugas Satpol PP. Pihaknya perlu koordinasi lebih lanjut kepada instansi yang menangani masalah ini. Sudin Sosial dan aparat penegak hukum lainnya perlu duduk bersama membahas masalah ini.
"Di panti mereka akan diberikan wawasan hukum yaitu Perda No 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Jika masih bandel dan kembali menjadi PMKS, mereka dikenakan pasal penipuan. Hal ini sudah diimbau oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama," jelasnya.
Sementara itu, Kepala TU Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I Kedoya Ruminto membenarkan para PMKS akan menyerbu Ibu Kota dua minggu sebelum Ramadan. Mereka bakal datang dengan beragam cara. Ada yang lewat stasiun, terminal, menumpang truk, bahkan jalan kaki dari kampung halamannya.
"Di Jakarta Barat, mereka masuk melalui Terminal Grogol, Cengkareng, Kali Deres, dan stasiun kereta api," ungkapnya.
Saat ini saja, kata Ruminto, kedatangan mereka sudah mulai terasa. Sebab, pada Senin 26 Mei Sudin Sosial Jakarta menangkap enam PMKS yang dititipkan di Panti Kedoya. Mereka rata-rata dari luar daerah dan beralasan ke Jakarta memang untuk mencari nafkah jelang Hari Raya Idul Fitri.
Berdasarkan data yang dimiliki Ruminto, saat Ramadan jumlah PMKS yang menempati panti bisa bertambah 200 persen. Artinya, Panti Kedoya saat Ramadan bisa disesaki sekitar 1.000 PMKS yang tertangkap dan dibina.
"Ramadan 2013 kami menampung sekitar 600 PMKS. Tahun 2012 dan 2011 hampir 1.000 PMKS. Padahal, kapasitas panti hanya sanggup menampung 250 PMKS. Saat ini saja, panti sudah over kapasitas karena sudah dihuni sekitar 325 PMKS," tegasnya.
Over kapasitas bukan hanya terjadi di Panti Sosial Kedoya Bina Insan, melainkan hampir seluruh panti sosial yang ada di Jakarta. Hal ini menurutnya wajar terjadi menjelang Ramadan.
Biasanya, para PMKS tersebut terdiri dari Lansia terlantar, gelandang dan pengemis, serta psikotik. Sementara, daerah penghasil PMKS terbanyak ke Ibu Kota disumbang dari Brebes, Kalimanan, Cirebon, dan Karawang.
"Berdasarkan peraturan, kami membina mereka selama 22 hari. Lebih dari itu melanggar HAM. Kalau kami lepas mereka kembali ke jalan dan akan ditangkap lagi. Sementara PMKS baru bermunculan. Itu yang membuat panti kami penuh," ungkapnya.
Untui itu, Ruminto berharap, agar pemerintah daerah setempat mencegah para PMKS yang akan datang ke Jakarta. Seperti misalnya jelang puasa ini, pemerintah daerah perlu melakukan pembinaan kepada para PMKS di daerahnya yang menghasilkan. Sehingga, para PMKS di masing-masing daerah tersebut tidak lagi berpikiran untuk datang ke Jakarta demi mengemis.
"Kami melihat Pemerintah daerah tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi warganya. Sehingga, mereka lebih memilih mencari uang dengan jalan mengemis di Jakarta," ujarnya.
(hyk)