Pengamat: Banjir Jakarta cacat bawaan

Selasa, 24 Desember 2013 - 14:50 WIB
Pengamat: Banjir Jakarta cacat bawaan
Pengamat: Banjir Jakarta cacat bawaan
A A A
Sindonews.com - Pengamat perkotaan Yayat Supriatna menilai, banjir yang kerap menghantui Jakarta merupakan cacat bawaan. Sayangya, bukannya diselesaikan masalah tersebut justru kerap dijadikan komoditas politik.

"Pasti setiap calon (gubernur) ditanya bisa enggak banjir hilang. Jangan jadi berlarut-larut, jadi komoditas politik. Soal banjir memang sejarah mencatat bahwa Jakarta punya cacat bawaan," kata Pengamat perkotaan Universitas Trisakti Yayat Supriatna di Balai Kota Depok, Selasa (24/12/2013).

Menurut Yayat, program Banjir Kanal Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB) tidak efektif karena hanya mengamankan wilayah di dalam saja.

"Yang satu selamat satu tergenang, apakah sejarah itu sebuah realitas, sejarah yang sudah lama. Jakarta selalu living harmony with water. Keluhan harus dihentikan. Curah hujan tinggi luar biasa, 3 ribu-4 ribu," paparnya.

Ia menambahkan di Puncak setiap akhir pekan sudah dihuni oleh 150 ribu orang karena penduduk Jakarta berlibur disana. Puncak sudah menjadi kota dan berubah fungsi.

"Puncak sudah jadi kota sebenarnya, berubah fungsi, hutan menurun 74 persen, kebun teh makin bertambah, BUMN juga menambah areal, pemukiman meningkat," ungkapnya.

Terkait masalah Depok, menurut Yayat Depok memiliki dua beban yang harus dipikirkan. Pertama Depok menjadi daerah konservasi dan resapan air dari Jakarta. Kedua, Depok jadi dormitory town.

"Depok nanggung air Jakarta, orang Jakarta juga bermukim di Depok. Jangan pakai kata penyangga deh, mitra saja jadi enggak berat. Jangan sampai karena komoditas politik jadinya banjir janji, banjir spanduk, banjir dukungan, banjir survey. Jangan sampai banjir air mata," tukasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6096 seconds (0.1#10.140)