Psikolog tanggapi perseteruan Al-El & Farhat di sosmed
A
A
A
Sindonews.com - Merasa tak senang ayahnya terus diserang di media sosial oleh Farhat Abbas soal tabrakan maut yang melibatkan Abdul Qadir Jaelani (Dul) dengan tujuh orang korban tewas, Al dan El bereaksi keras.
Tidak tanggung-tanggung, putera pertama dan kedua pemilik Republik Cinta Managemen ini menantang suami Nia Daniati untuk bertarung di ring tinju.
Menanggapi perseteruan Farhat Abbas dengan dua remaja tersebut, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Diennaryati Tjokrosuprihatono menilai bahwa media sosial sebagai ruang publik sebaiknya dimanfaatkan untuk diskusi atau melempar pernyataan yang positif.
“Namanya sosial media, berarti seluruh publik dapat membaca dan berkomentar. Sehingga kita harus siap menerima komentar apapun di sosial media. Kita tidak dapat mengekang pendapat orang lain,” katanya kepada wartawan, Minggu (24/11/2013).
Dinie, panggilan akrab Pakar Psikologi UI ini, menambahkan bahwa perbedaan dunia lisan dan tulisan seperti sosmed ialah pada intonasinya. Di mana dalam diskusi tulisan, kita tidak dapat menangkap emosi atau intonasi yang disampaikan oleh seseorang.
“Di dalam perbincangan di sosmed, semua orang menggunakan persepsinya masing-masing ketika membaca sebuah teks. Yang bisa jadi, bila didengar langsung secara lisan, maksudnya berbeda dengan apa yang dituliskan,“ jelasnya.
Dini mengingatkan bahwa komentar-komentar positif dan negatif sangat mungkin ditanggapi secara negatif. “Sangat sedikit pengguna sosial media, yang merespon isu secara positif. Lebih banyak yang akan memberikan pernyataan yang justru akan mempertajam konflik. Jarang sekali ada individu yang berkomentar untuk menenangkan suasana," ungkapnya.
Hal ini, kata dia, dapat berbahaya karena dapat berujung pada kasus hukum, ganguan emosi dan sebagainya. Seandainya seseorang memiliki permasalahan khusus kepada orang lain, sebaiknya ketidaknyamanan tersebut disampaikan langsung melalui jaringan pribadi seperti SMS/BB/Email kepada individu yang kita sasar.
"Bukan menyampaikan di hadapan publik, yang sangat mungkin dimanfaatkan oleh orang lain, yang nantinya menjadi sebuah perseteruan yang hebat,” tutup Dinie.
Tidak tanggung-tanggung, putera pertama dan kedua pemilik Republik Cinta Managemen ini menantang suami Nia Daniati untuk bertarung di ring tinju.
Menanggapi perseteruan Farhat Abbas dengan dua remaja tersebut, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Diennaryati Tjokrosuprihatono menilai bahwa media sosial sebagai ruang publik sebaiknya dimanfaatkan untuk diskusi atau melempar pernyataan yang positif.
“Namanya sosial media, berarti seluruh publik dapat membaca dan berkomentar. Sehingga kita harus siap menerima komentar apapun di sosial media. Kita tidak dapat mengekang pendapat orang lain,” katanya kepada wartawan, Minggu (24/11/2013).
Dinie, panggilan akrab Pakar Psikologi UI ini, menambahkan bahwa perbedaan dunia lisan dan tulisan seperti sosmed ialah pada intonasinya. Di mana dalam diskusi tulisan, kita tidak dapat menangkap emosi atau intonasi yang disampaikan oleh seseorang.
“Di dalam perbincangan di sosmed, semua orang menggunakan persepsinya masing-masing ketika membaca sebuah teks. Yang bisa jadi, bila didengar langsung secara lisan, maksudnya berbeda dengan apa yang dituliskan,“ jelasnya.
Dini mengingatkan bahwa komentar-komentar positif dan negatif sangat mungkin ditanggapi secara negatif. “Sangat sedikit pengguna sosial media, yang merespon isu secara positif. Lebih banyak yang akan memberikan pernyataan yang justru akan mempertajam konflik. Jarang sekali ada individu yang berkomentar untuk menenangkan suasana," ungkapnya.
Hal ini, kata dia, dapat berbahaya karena dapat berujung pada kasus hukum, ganguan emosi dan sebagainya. Seandainya seseorang memiliki permasalahan khusus kepada orang lain, sebaiknya ketidaknyamanan tersebut disampaikan langsung melalui jaringan pribadi seperti SMS/BB/Email kepada individu yang kita sasar.
"Bukan menyampaikan di hadapan publik, yang sangat mungkin dimanfaatkan oleh orang lain, yang nantinya menjadi sebuah perseteruan yang hebat,” tutup Dinie.
(kri)