Halte Trans Jakarta Grogol menolak lupa tragedi Trisakti

Minggu, 10 November 2013 - 19:07 WIB
Halte Trans Jakarta Grogol menolak lupa tragedi Trisakti
Halte Trans Jakarta Grogol menolak lupa tragedi Trisakti
A A A
Sindonews.com - Halte Trans Jakarta Grogol yang terletak di Jalan S Parman, Jakarta Barat, berubah nama menjadi Halte Trans Jakarta 12 Mei Reformasi. Perubahan tersebut bertujuan mengenang peristiwa reformasi 12 Mei 1998.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan atas permintaan mahasiswa Universitas Trissakti dan keluarga korban peristiwa reformasi 12 Mei 1998, pihaknya menyetujui jika nama halte Trans Jakarta diubah.

"Peresmian ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat jika teryata dalam mereformasi negeri ini Tuhan memberi takdir ada sejumlah orang yang menjadi martir (orang yang berkorban hingga tewas)," kata Ahok, Minggu (10/11/2013).

Ahok menjelaskan, peresmian perubahan nama tersebut memang sengaja dilakukan beretpatan pada Hari Pahlawan 10 November. Sebab dia menilai empat mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas dalam peristiwa menggulingkan pemerintahan Orde Baru menjadi reformasi merupakan pahlawan. Menurutnya, pahlawan sendiri adalah orang yang rela mengorbankan kepentingan dia sendiri hingga nyawa demi negara.

“jika tidak ada reformasi, mana mungkin ada Jokowi-Ahok di Jakarta. Kan tidak ada pemilihan langsung sebelum reformasi,” ungkapnya.

Selain mengganti nama Halte Trans Jakarta, lanjut Ahok pihaknya akan menata taman yang berada di sekitar Terminal Grogol serta mengganti namanya menjadi nama yang sama seperti Halte Grogol 12 Mei Reformasi. Nantinya taman tersebut akan dikembangkan oleh pihak Universitas Trisakti melalui mahasiswa yang mendalami bidang lanskap. Hal itu sekaligus bertujuan untuk membantu pengembangan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya.

Dalam persemian yang dilakukan di lingkungan Terminal Grogol, alumni mahasiswa Universitas Trisakti itu menyempatkan melihat kali Kyai Tapa yang berada di samping terminal dan taman. Dia pun geram, dan memerintahkan Wali Kota Jakarta Barat, untuk menegeruk kali tersebut.

“Dulu saat saya menjadi mahasiswa, indekost saya berada di Jalan Susilo, dan tiap hari saya melintasi kali ini. Seingat saya dulu dalam, kenapa sekarang bisa dangkal seperti ini, harus dikeruk secepatnya ini sebelum menata taman,” tegas Ahok didampingi wali Kota Jakarta Barat, Fatahhilah saat itu.

Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, Mahesa Satadini Husain mengatakan, perubahan nama halte dan taman memang sudah diajukan oleh pihaknya kepada Pemrov DKI sejak Mei 2013 lalu. Namun entah kenapa peresmian tersebut baru dilakukan sekarang. Kendati demikian, pihaknya sangat berterima kasih kepada Pemrov DKI yang menyetujui perubahan nama tersebut.

“Grogol akan menjadi tempat bersejarah. Reformasi 12 Mei 1998 adalah sebuah sejarah yang tidak akan terlupakan.” Ujarnya.

Untuk menolak lupa mengenai peristiwa bersejarah tersebut, kata Mahesa, pihaknya juga akan memasang Light Emitting Diode (LED) di halte tersebut. Rencananya, LED yang akan dipasang di dalam halte itu akan menampilkan sejarah perjuangan para pahlawan untuk meraih reformasi. Termasuk tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa 15 tahun lalu.

Sedangkan untuk penataan Taman, lanjutnya penegerjaan lanskap taman yang berada di persimpangan Jalan S Parman dan Jalan Kyai Tapa itu akan disereahkan oleh mahasiswa yang mendalami bidang landscape dibantu dengan arsitek dari Trisakti. Menurutnya, di taman tersebut akan dibangun beberapa patung yang berkisah tentang perjuangan saat masa reformasi.

“Taman tersebut tetap milik Pemprov, hanya penataan dan perawatannya diserahkan kepada kami. Ini adalah suatu bentuk kerjasama yang sangat bagus,” ujarnya.

Sementara itu, pedagang warung nasi di Terminal Grogol, Agung Nugroho, 43, mengatakan peristiwa tragedi Trisakti saat 1998 adalah peristiwa paling mencekam yang terjadi di Grogol. Untuk itu dirinya mengapresiasi langkah Pemrov dalam mengenang sejarah tersebut dengan menggati nama Halte TransJakarta.

“wah saat itu udah kayak zaman PKI di film-film, banyak mahasiswa mati dan hilang. Dari situ juga reformasi berhasil menggulingkan orde baru, jadi kita bebas memilih pemimpin yang eduli dengan rakyat kecil kayak kami. Tapi sampai sekarang kami masih susah juga,” keluh pedagang nasi yang sudah hampir 20 tahun berdagang di kawasan Terminal Grogol.

Seperti diketahui sebelumnya, Tragedi Trisakti terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 saat mahasiswa Trisakti menuntutut Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatanya. Aksi demonstrasi besar-besaran pun terjadi di kawasan Grogol hingga menyebabkan empat orang tewas tertembak dan puluhan lainnya terluka.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Hingga kini kasus tersebut belum juga tuntas.
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8018 seconds (0.1#10.140)