Kasus peluru nyasar yang belum terungkap
A
A
A
Sindonews.com - Kasus peluru nyasar yang menimpa Emilia AL (33) warga Kampung Desa Pasir Gadung RT 02/01, Kecamatan Cikupa, Tangerang, yang tertembak saat dirinya tengah menonton tv bersama anaknya di rumah bukanlah yang pertama. Sejumlah kasus juga pernah terjadi di beberapa daerah, sayangnya hinga kini kepolisian sulit untuk mengungkapnya.
Kasus serupa pernah terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan, korbannya adalah balita dan ibu rumah tangga. Keduanya terkena peluru nyasar saat sedang berada di dalam rumah.
Fathir Muhammad balita yang masih berumur satu tahun warga Jalan Baji Gau, Makassar tiba-tiba saja bersimbah darah saat sedang bermain bersama temannya di dalam rumah, 1 Februari 2013 lalu. Ternyata diketahui kalau bocah malang tersebut terkena peluru nyasar dari bagian atas karena plafon rumahnya bolong.
Peluru masih bersarang di kepala bocah tersebut yang membuatnya kritis selama sebulan lebih. Fathir menghembuskan nafasnya Kamis 7 Maret 2013 dini hari, setelah menjalani perawatan intensif selama tiga puluh enam hari di Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo, Makassar.
Kemudian peluru nyasar kembali menghantui warga Makassar, kali ini korbannya adalah pedagang nasi kuning di rumahnya di Jalan Gunung Latimojong Lorong 74, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Peristiwa yang terjadi sekira pukul 07.00 WITA, saat itu Mirawati sedang mempersiapkan dagangannya di depan rumah. Tiba-tiba saja terdengar dua kali letusan senjata api dan tangan kanan Mirawati berdarah.
Dari hasil foto rontgen di RS Stellamaris, Makassar, di lengan Mirawati bersarang proyektil peluru. Berdasarkan olah TKP, peluru berasal dari atas karena bagian terpal atap samping rumah bocor.
Berdasarkan pemeriksaan proyektil peluru, tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Makassar, diketahui kalau peluru tersebut jenis kaliber 30 milimeter. Proyektil peluru ini bukan dari jenis organik, melainkan buatan pabrikan dan juga dipakai oleh masyarakat sipil yang memiliki izin dari kepolisian.
Informasi yang dihimpun Sindo, proyektil tersebut bertipe Full Metal Jacket (FMJ), dimana isi pelurunya berupa benda lunak, dan dibungkus dengan rangkaian benda keras pada pembungkusnya. Jenis proyektil peluru ini juga sama dengan tipe peluru yang menewaskan bocah satu tahun, Fathir Muhammad, di Jalan Baji Gau, Mamajang.
Dari hasil penelitian Tim Labfor, proyektil peluru tersebut dilepaskan dari senjata api laras panjang jenis US Carabine. Senjata tipe US Carabine merupakan jenis laras panjang, yang merupakan sisa peninggalan Perang Dunia I dan Perang Dunia ke-II.
Pada bulan Juli 2013, kasus peluru nyasar juga mengenai pelajar di Jawa Tangeh. Dea Cantika Rahmasari, siswi kelas VIII SMP Negeri 3 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, harus menjalani perawatan di RSUP Sardjito, DIY karena dahinya terkena peluru.
Siska, teman sekolah Dea, menuturkan, saat itu ia terkejut melihat Dea yang sedang menungu jemputan orangtuanya tiba-tiba bercucuran darah. Korban langsung tergeletak di jalan. Hingga kini kasus tersebut masih gelap.
Kasus terakhir terjadi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Abdul Rohman (35), Warga Jalan Remaja II No 4 RT 02 RW 10 Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur tertembak dibagian lengan pada, Rabu 6 Juli 2013 malam. Saat itu, Rohman sedang pulang kerja dan melintas di TMII.
Korban langsung mencari sumber bunyi letusan tersebut, saat menengok ke sebelah kiri, ia melihat ada beberapa orang yang sedang mengejar seseorang. Tak lama kemudian, korban mendengar lagi suara letusan senjata api satu kali.
Saat itu, korban belum menyadari dirinya telah tertembak peluru nyasar. Karena lengan kirinya terasa pegal, korban berhenti di lampu merah Garuda dan meminta tukang ojek untuk memeriksa lengannya yang telah mengeluarkan darah.
Saat diperiksa korban diduga terluka akibat peluru senjata api. Korban selanjutnya melaporkan kejadian itu ke Polsek Metro Ciracas. POlda Metro Jaya sendiri mengelak kalau peluru tersebut berasal dari senjata api anggotanya. Hingga kini kasus tersebut belum ada penyelesaiannya.
Kasus serupa pernah terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan, korbannya adalah balita dan ibu rumah tangga. Keduanya terkena peluru nyasar saat sedang berada di dalam rumah.
Fathir Muhammad balita yang masih berumur satu tahun warga Jalan Baji Gau, Makassar tiba-tiba saja bersimbah darah saat sedang bermain bersama temannya di dalam rumah, 1 Februari 2013 lalu. Ternyata diketahui kalau bocah malang tersebut terkena peluru nyasar dari bagian atas karena plafon rumahnya bolong.
Peluru masih bersarang di kepala bocah tersebut yang membuatnya kritis selama sebulan lebih. Fathir menghembuskan nafasnya Kamis 7 Maret 2013 dini hari, setelah menjalani perawatan intensif selama tiga puluh enam hari di Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo, Makassar.
Kemudian peluru nyasar kembali menghantui warga Makassar, kali ini korbannya adalah pedagang nasi kuning di rumahnya di Jalan Gunung Latimojong Lorong 74, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Peristiwa yang terjadi sekira pukul 07.00 WITA, saat itu Mirawati sedang mempersiapkan dagangannya di depan rumah. Tiba-tiba saja terdengar dua kali letusan senjata api dan tangan kanan Mirawati berdarah.
Dari hasil foto rontgen di RS Stellamaris, Makassar, di lengan Mirawati bersarang proyektil peluru. Berdasarkan olah TKP, peluru berasal dari atas karena bagian terpal atap samping rumah bocor.
Berdasarkan pemeriksaan proyektil peluru, tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Makassar, diketahui kalau peluru tersebut jenis kaliber 30 milimeter. Proyektil peluru ini bukan dari jenis organik, melainkan buatan pabrikan dan juga dipakai oleh masyarakat sipil yang memiliki izin dari kepolisian.
Informasi yang dihimpun Sindo, proyektil tersebut bertipe Full Metal Jacket (FMJ), dimana isi pelurunya berupa benda lunak, dan dibungkus dengan rangkaian benda keras pada pembungkusnya. Jenis proyektil peluru ini juga sama dengan tipe peluru yang menewaskan bocah satu tahun, Fathir Muhammad, di Jalan Baji Gau, Mamajang.
Dari hasil penelitian Tim Labfor, proyektil peluru tersebut dilepaskan dari senjata api laras panjang jenis US Carabine. Senjata tipe US Carabine merupakan jenis laras panjang, yang merupakan sisa peninggalan Perang Dunia I dan Perang Dunia ke-II.
Pada bulan Juli 2013, kasus peluru nyasar juga mengenai pelajar di Jawa Tangeh. Dea Cantika Rahmasari, siswi kelas VIII SMP Negeri 3 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, harus menjalani perawatan di RSUP Sardjito, DIY karena dahinya terkena peluru.
Siska, teman sekolah Dea, menuturkan, saat itu ia terkejut melihat Dea yang sedang menungu jemputan orangtuanya tiba-tiba bercucuran darah. Korban langsung tergeletak di jalan. Hingga kini kasus tersebut masih gelap.
Kasus terakhir terjadi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Abdul Rohman (35), Warga Jalan Remaja II No 4 RT 02 RW 10 Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur tertembak dibagian lengan pada, Rabu 6 Juli 2013 malam. Saat itu, Rohman sedang pulang kerja dan melintas di TMII.
Korban langsung mencari sumber bunyi letusan tersebut, saat menengok ke sebelah kiri, ia melihat ada beberapa orang yang sedang mengejar seseorang. Tak lama kemudian, korban mendengar lagi suara letusan senjata api satu kali.
Saat itu, korban belum menyadari dirinya telah tertembak peluru nyasar. Karena lengan kirinya terasa pegal, korban berhenti di lampu merah Garuda dan meminta tukang ojek untuk memeriksa lengannya yang telah mengeluarkan darah.
Saat diperiksa korban diduga terluka akibat peluru senjata api. Korban selanjutnya melaporkan kejadian itu ke Polsek Metro Ciracas. POlda Metro Jaya sendiri mengelak kalau peluru tersebut berasal dari senjata api anggotanya. Hingga kini kasus tersebut belum ada penyelesaiannya.
(ysw)