Mahasiswa tolak kenaikan BBM
A
A
A
Sindonews.com - Puluhan Mahasiswa Universitas Jayabaya dan Universitas Bung Karno (UBK), melakukan aksi bakar ban di Jalan Diponegoro, Menteng Jakarta Pusat.
Pulah mahasiswa tersebut membawa kain putih yang bertuliskan, “BBM naik, Percepat Pemilikan dan Tolak Kenaikan BBM”. Aksi ini juga diwarnai dengan pembakaran Ban di depan Kantor Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Akibatnya, lalu-lintas di sepanjang Jalan Diponegoro tersendat. Pasalnya puluhan mahasiswa yang melakukan aksi tersebut hanya memberikan satu jalur untuk pengguna jalan.
Aksi ini sempat mendapat protes dari pengguna jalan, dimana pemotor membunyikan klakson kendaraannya, berharap agar mahasiswa membubarkan aksinya. Mahasiswa, baru membubarkan aksinya setelah satu jam melakukan orasi dan menyanyikan lagi perjuangan.
Edwinsyah mengaku kesal, dengan apa yang dilakukan mahasiswa sangat tidak masuk akal, sebab area yang digunakan untuk berdemo, area umum dimana seharusnya digunakan sebagaimana mestinya.
Apalagi saat menggelar aksi tersebut turun hujan, otomatis para pemotor berharap bisa cepat pulang.
"Semua orang juga bisa melakukan hal tersebut, jika memang menolak, lakukan dengan cerdas," ujarnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, apa yang dilakukan mahasiswa sangat tidak mencerminkan masyarakat Jakarta. Sebab dengan adanya demo tersebut lalu-lintas macet, otomatis penggunaan bahan bakar akan bertambah.
"Jika menolak jangan merugikan masyarakat, sebab semua orang punya urusan," tuturnya.
Pulah mahasiswa tersebut membawa kain putih yang bertuliskan, “BBM naik, Percepat Pemilikan dan Tolak Kenaikan BBM”. Aksi ini juga diwarnai dengan pembakaran Ban di depan Kantor Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Akibatnya, lalu-lintas di sepanjang Jalan Diponegoro tersendat. Pasalnya puluhan mahasiswa yang melakukan aksi tersebut hanya memberikan satu jalur untuk pengguna jalan.
Aksi ini sempat mendapat protes dari pengguna jalan, dimana pemotor membunyikan klakson kendaraannya, berharap agar mahasiswa membubarkan aksinya. Mahasiswa, baru membubarkan aksinya setelah satu jam melakukan orasi dan menyanyikan lagi perjuangan.
Edwinsyah mengaku kesal, dengan apa yang dilakukan mahasiswa sangat tidak masuk akal, sebab area yang digunakan untuk berdemo, area umum dimana seharusnya digunakan sebagaimana mestinya.
Apalagi saat menggelar aksi tersebut turun hujan, otomatis para pemotor berharap bisa cepat pulang.
"Semua orang juga bisa melakukan hal tersebut, jika memang menolak, lakukan dengan cerdas," ujarnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, apa yang dilakukan mahasiswa sangat tidak mencerminkan masyarakat Jakarta. Sebab dengan adanya demo tersebut lalu-lintas macet, otomatis penggunaan bahan bakar akan bertambah.
"Jika menolak jangan merugikan masyarakat, sebab semua orang punya urusan," tuturnya.
(stb)