Jokowi blusukan, Ahok cuci piring di balkot
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) mengaku memiliki peran sebagai "pencuci piring" di Balai Kota (Balkot) DKI. Karena dirinya yang paling jarang memiliki kegiatan di luar. Beda dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang kerap melakukan blusukan.
Namun begitu, Ahok mengaku tidak kecil hati. Sebab, kegiatan mencuci piring tersebut, bukan pekerjaan yang mudah. Tetap dibutuhkan konsentrasi yang tinggi dan totalitas.
"Maksud saya ini, gampang sekali kami ditemui, apalagi Pak Jokowi. Hanya Pak Jokowi kan tidak pegang HP, karena sibuk blusukan, jadi dirinya tidak sempat juga untuk angkat telepon. Jadi urusan di kantor saya yang 'cuci piring'," ujar Ahok, kepada Sindonews, di Balai Kota DKI, Jakarta, Rabu 20 Maret 2013.
Disisi lain, banyak dari masyarakat yang mengatakan, jika ketemu Gubernur DKI maka hanya mendapatkan kata pengantarnya saja, sedangkan kesimpulannya ada di Wakil Gubernurnya.
"Jadi ada teman-teman bilang, kalau ketemu Pak Jokowi itu hanya kata pengantarnya saja. Sedangkan kesimpulannya ada di Pak Wagub," paparnya.
Namun begitu, dirinya selalu mempersiapkan notulen hasil rapat maksimal dua halaman untuk diberikan kepada Gubernur karena khawatir ada yang terlupakan. Jika akhirnya terjadi kelupaan, maka tugas ajudan Gubernur yang menelepon dirinya.
"Karena nanti ujung-ujungnya ke saya, kalau beliau ada yang lupa, nanti dia melalui ajudannya telepon saya. Makanya saya selalu berikan rapat notulen. Kalau beliau ragu, tinggal liat rekaman. Setiap hari saya kasih notulen rapat kepada beliau maksimal dua halaman," turur Ahok.
Namun begitu, Ahok mengaku tidak kecil hati. Sebab, kegiatan mencuci piring tersebut, bukan pekerjaan yang mudah. Tetap dibutuhkan konsentrasi yang tinggi dan totalitas.
"Maksud saya ini, gampang sekali kami ditemui, apalagi Pak Jokowi. Hanya Pak Jokowi kan tidak pegang HP, karena sibuk blusukan, jadi dirinya tidak sempat juga untuk angkat telepon. Jadi urusan di kantor saya yang 'cuci piring'," ujar Ahok, kepada Sindonews, di Balai Kota DKI, Jakarta, Rabu 20 Maret 2013.
Disisi lain, banyak dari masyarakat yang mengatakan, jika ketemu Gubernur DKI maka hanya mendapatkan kata pengantarnya saja, sedangkan kesimpulannya ada di Wakil Gubernurnya.
"Jadi ada teman-teman bilang, kalau ketemu Pak Jokowi itu hanya kata pengantarnya saja. Sedangkan kesimpulannya ada di Pak Wagub," paparnya.
Namun begitu, dirinya selalu mempersiapkan notulen hasil rapat maksimal dua halaman untuk diberikan kepada Gubernur karena khawatir ada yang terlupakan. Jika akhirnya terjadi kelupaan, maka tugas ajudan Gubernur yang menelepon dirinya.
"Karena nanti ujung-ujungnya ke saya, kalau beliau ada yang lupa, nanti dia melalui ajudannya telepon saya. Makanya saya selalu berikan rapat notulen. Kalau beliau ragu, tinggal liat rekaman. Setiap hari saya kasih notulen rapat kepada beliau maksimal dua halaman," turur Ahok.
(san)