Bayi tewas karena tak mampu bayar RS Rp10 juta
A
A
A
Sindonews.com - Masih dipakainya sistem kapitalisme yang hanya mementingkan keuntungan dalam pengelolaan rumah sakit di ibu kota, telah menelan nyawa seorang bayi kembar Dera Nur Anggraini. Dia meninggal karena pihak rumah sakit menolak untuk memberikan perawatan, lantaran keluarganya miskin dan tak mampu memberi uang muka.
"Mereka minta Rp10 juta cash kalau mau dirawat di situ," kata Eliyas, ayahanda Dera saat ditemui di rumahnya, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (18/2/2013).
Ditambahkan dia, karena tak mampu membayar uang muka yang diminta rumah sakit, dirinya kemudian membawa putrinya tersebut ke beberapa rumah sakit yang menjadi rujukan dengan membawa Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), dan KTP dari pihak RT setempat. Namun, surat tersebut tidak berlaku untuk RS yang menjadi rujukannya.
Akhirnya pihak keluarga memberanikan diri untuk siap membayar biaya perawatan putrinya. Namun biaya tersebut dianggap terlalu besar dan dirinya merasa tidak mampu untuk membayarnya. Alhasil, pihak keluarga mencari tempat RS lain, tapi pihak RS yang dituju pun sama, membebankan dengan biaya Rp10-15 juta.
"Ada rumah sakit yang minta Rp15 juta," sambung Herman, kakek dari Dera, yang mendampingi Eliyas saat ke rumah sakit.
Karena tak ada rumah sakit yang mau mengobati, Dera pun akhirnya menghembuskan nafas terakhir. "Kami sudah ke RS Fatmawati, Cipto, Harapan Kita, Budi Asih, dan RS Pertamina, semua enggak ada yang mau terima. Ya sudah kita nyerah dengan keluarga. Dera Nuranggraini lahir malam Senin, meninggal malam Minggu," terangnya.
"Mereka minta Rp10 juta cash kalau mau dirawat di situ," kata Eliyas, ayahanda Dera saat ditemui di rumahnya, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (18/2/2013).
Ditambahkan dia, karena tak mampu membayar uang muka yang diminta rumah sakit, dirinya kemudian membawa putrinya tersebut ke beberapa rumah sakit yang menjadi rujukan dengan membawa Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), dan KTP dari pihak RT setempat. Namun, surat tersebut tidak berlaku untuk RS yang menjadi rujukannya.
Akhirnya pihak keluarga memberanikan diri untuk siap membayar biaya perawatan putrinya. Namun biaya tersebut dianggap terlalu besar dan dirinya merasa tidak mampu untuk membayarnya. Alhasil, pihak keluarga mencari tempat RS lain, tapi pihak RS yang dituju pun sama, membebankan dengan biaya Rp10-15 juta.
"Ada rumah sakit yang minta Rp15 juta," sambung Herman, kakek dari Dera, yang mendampingi Eliyas saat ke rumah sakit.
Karena tak ada rumah sakit yang mau mengobati, Dera pun akhirnya menghembuskan nafas terakhir. "Kami sudah ke RS Fatmawati, Cipto, Harapan Kita, Budi Asih, dan RS Pertamina, semua enggak ada yang mau terima. Ya sudah kita nyerah dengan keluarga. Dera Nuranggraini lahir malam Senin, meninggal malam Minggu," terangnya.
(san)