Pendidikan gratis, SMAN 77 Jakarta hapus fasilitas pendidikan
A
A
A
Sindonews.com – Kebijakan sekolah yang menghapus fasilitas pendidikan, setelahnya pelucnuran program sekolah gratis sejak Juli 2012 lalu, rupanya membuat ratusan siswa SMAN 77 Jakarta kecewa.
"Dulu kata kepala sekolah, semuanya akan berjalan seperti biasa. Ternyata, kebijakan sekolah berbeda," kata Narayu (17), siswi kelas XII IPS-3, Rabu (30/1/2013)
Berdasarkan keterangan para siswa, semenjak awal Januari, sekolah mencabut sejumlah program, seperti bimbingan belajar, bilingual, serta klinik. Selain itu, fasilitas pengeras suara untuk listening bahasa inggris, kemudian fasilitas wifi di sekolah pun dicabut.
Akibat dihilangkannya program bimbingan belajar, setiap hari ada saja jam pelajaran yang kosong selama dua jam. Sebab, bimbel memang dilakukan di dalam jam pelajaran.
Hal senada disampaikan Wira (17) siswa kelas XII IPA-2, kini saat diadakan try out, sekolah juga tidak menyediakan soal listening bahasa Inggris lagi. Penyebabnya, lantaran pengeras suara untuk menyiarkan soal listening bahasa inggris dicabut.
"Padahal kan kita butuh itu, untuk persiapan ujian nasional," kata Wira.
Siswa-siswi bertambah marah, lantaran berdasarkan hitungan mereka, sekolah sebenarnya tetap bisa memenuhi fasilitas tersebut, kendati kini siswa-siswi sudah tak lagi membayar IPDB dan IRB.
Hal itu, lantaran sebelumnya masing-masing siswa hanya membayar IPDB dan IRB dengan total sebesar Rp400.000-Rp450.000 per bulan.
Sedangkan, kini sekolah sudah mendapat Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dari pemprov DKI Jakarta sebesar Rp400.000 untuk setiap anak per bulan.
Makanya, pelajar beranggapan selisih tersebut tak terlalu jauh, sehingga sekolah tak semestinya mencabut berbagai program dan fasilitas tersebut.
"Dulu kata kepala sekolah, semuanya akan berjalan seperti biasa. Ternyata, kebijakan sekolah berbeda," kata Narayu (17), siswi kelas XII IPS-3, Rabu (30/1/2013)
Berdasarkan keterangan para siswa, semenjak awal Januari, sekolah mencabut sejumlah program, seperti bimbingan belajar, bilingual, serta klinik. Selain itu, fasilitas pengeras suara untuk listening bahasa inggris, kemudian fasilitas wifi di sekolah pun dicabut.
Akibat dihilangkannya program bimbingan belajar, setiap hari ada saja jam pelajaran yang kosong selama dua jam. Sebab, bimbel memang dilakukan di dalam jam pelajaran.
Hal senada disampaikan Wira (17) siswa kelas XII IPA-2, kini saat diadakan try out, sekolah juga tidak menyediakan soal listening bahasa Inggris lagi. Penyebabnya, lantaran pengeras suara untuk menyiarkan soal listening bahasa inggris dicabut.
"Padahal kan kita butuh itu, untuk persiapan ujian nasional," kata Wira.
Siswa-siswi bertambah marah, lantaran berdasarkan hitungan mereka, sekolah sebenarnya tetap bisa memenuhi fasilitas tersebut, kendati kini siswa-siswi sudah tak lagi membayar IPDB dan IRB.
Hal itu, lantaran sebelumnya masing-masing siswa hanya membayar IPDB dan IRB dengan total sebesar Rp400.000-Rp450.000 per bulan.
Sedangkan, kini sekolah sudah mendapat Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dari pemprov DKI Jakarta sebesar Rp400.000 untuk setiap anak per bulan.
Makanya, pelajar beranggapan selisih tersebut tak terlalu jauh, sehingga sekolah tak semestinya mencabut berbagai program dan fasilitas tersebut.
(stb)