Ulang tahun, ini rapor merah Transjakarta
A
A
A
Sindonews.com - Bus Transjakarta atau lebih dikenal dengan busway hari ini genap berusia sembilan tahun. Namun, selama dimunculkan sejak 2004 silam, banyak masyarakat yang masih mengeluhkan sarana yang disebut sebagai transportasi massal andalan warga Jakarta tersebut.
Menurut Aktivis Harian Yayasan Lembaga Konsume Indonesia (YLKI) Sudaryatmo, keluhan masyarakat datang dari banyaknya angka tindak kriminalitas yang terjadi di dalam bus Transjakarta. Sebut saja, aksi pencopetan, maupun aksi pelecehan seksual.
"Kejahatan itu muncul karena over kapasitas penumpang, artinya ada penumpukan penumpang. Hal ini menyebabkan peluang tindak kejahatan baik pencopetan dan pelecehan seksual akan semakin terbuka," jelas Sudaryatmo kepada Sindonews, Selasa (15/1/2013).
Sudaryatmo melanjutkan, dengan adanya penumpukan penumpang juga bisa ditarik kesimpulan, jika armada Transjakarta masih kurang untuk melayani kebutuhan para penumpangnya.
Berdasarkan survei periodik yang dilakukan YLKI terhadap Transjakarta, masyarakat juga masih mengeluhkan waktu tempuh jika menggunakan bus Transjakarta sebagai sarana penunjang mereka untuk beraktivitas.
"Transjakarta baru akan dipilih masyarakat Jakarta jika waktu tempuhnya melebihi waktu saat mereka menggunakan kendaraan pribadi," jelasnya.
Berdasarkan analisanya, persoalan waktu tempuh tersebut dikarenakan jalur yang digunakan bus Transjakarta banyak yang belum steril dan sering dilalui kendaraan non publik (kendaraan pribadi).
Selain itu, stasiun pengisian bahan bakar gas (BBG) yang notabene sebagai jantungnya Transjakarta dinyatakan masih minim. Hal itulah yang menyebabkan adanya antrean bus untuk mengisi bahan bakar dan tentunya mengurangi jam operasional kerja Transjakarta.
Rapor merah selanjutnya, permasalahan toilet umum yang masih minim dan seringkali menjadi keluhan para penggunanya.
"Masih banyak halte busway yang tak menyediakan toilet umum, padahal ini vital loh," tandasnya.
Meski ada beberapa rapor merah, Transjakarta ternyata juga memiliki nilai 'angka hitam'. Nilai positif itu datang dari sisi jumlah penumpang Transjakarta yang kian hari kian bertambah banyak.
"Pertumbuhannya bagus, ini menujukkan masyarakat sudah melirik moda transportasi massal itu, meski angkanya masih kecil dari jumlah penduduk warga Jakarta. Namun catat, jangan ge-er, tetap harus memperhatikan hal yang kurang," jelasnya.
Sudaryatmo melanjutkan, bus Transjakarta juga memiliki 'nilai hitam' dari sisi kultur budaya antre, pemberhentian di tempat yang sudah disesuaikan, dan makan dan minum di sarana publik.
Menurut Aktivis Harian Yayasan Lembaga Konsume Indonesia (YLKI) Sudaryatmo, keluhan masyarakat datang dari banyaknya angka tindak kriminalitas yang terjadi di dalam bus Transjakarta. Sebut saja, aksi pencopetan, maupun aksi pelecehan seksual.
"Kejahatan itu muncul karena over kapasitas penumpang, artinya ada penumpukan penumpang. Hal ini menyebabkan peluang tindak kejahatan baik pencopetan dan pelecehan seksual akan semakin terbuka," jelas Sudaryatmo kepada Sindonews, Selasa (15/1/2013).
Sudaryatmo melanjutkan, dengan adanya penumpukan penumpang juga bisa ditarik kesimpulan, jika armada Transjakarta masih kurang untuk melayani kebutuhan para penumpangnya.
Berdasarkan survei periodik yang dilakukan YLKI terhadap Transjakarta, masyarakat juga masih mengeluhkan waktu tempuh jika menggunakan bus Transjakarta sebagai sarana penunjang mereka untuk beraktivitas.
"Transjakarta baru akan dipilih masyarakat Jakarta jika waktu tempuhnya melebihi waktu saat mereka menggunakan kendaraan pribadi," jelasnya.
Berdasarkan analisanya, persoalan waktu tempuh tersebut dikarenakan jalur yang digunakan bus Transjakarta banyak yang belum steril dan sering dilalui kendaraan non publik (kendaraan pribadi).
Selain itu, stasiun pengisian bahan bakar gas (BBG) yang notabene sebagai jantungnya Transjakarta dinyatakan masih minim. Hal itulah yang menyebabkan adanya antrean bus untuk mengisi bahan bakar dan tentunya mengurangi jam operasional kerja Transjakarta.
Rapor merah selanjutnya, permasalahan toilet umum yang masih minim dan seringkali menjadi keluhan para penggunanya.
"Masih banyak halte busway yang tak menyediakan toilet umum, padahal ini vital loh," tandasnya.
Meski ada beberapa rapor merah, Transjakarta ternyata juga memiliki nilai 'angka hitam'. Nilai positif itu datang dari sisi jumlah penumpang Transjakarta yang kian hari kian bertambah banyak.
"Pertumbuhannya bagus, ini menujukkan masyarakat sudah melirik moda transportasi massal itu, meski angkanya masih kecil dari jumlah penduduk warga Jakarta. Namun catat, jangan ge-er, tetap harus memperhatikan hal yang kurang," jelasnya.
Sudaryatmo melanjutkan, bus Transjakarta juga memiliki 'nilai hitam' dari sisi kultur budaya antre, pemberhentian di tempat yang sudah disesuaikan, dan makan dan minum di sarana publik.
(rsa)