Beredar BBM jeritan hati dokter RSUD Tarakan
A
A
A
Sindonews.com - Beredar pesan BlackBerry Mesengger (BBM) berjudul "Shock Theraphy Jokowi Effect" yang berisi tentang keluhan, jeritan hati dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan.
Berikut isi BBM yang sampai ke Sindonews, Jumat 4 Januari 2013:
Mohon ijin share 'jeritan hati' sejawat internis di RSUD Tarakan ttg dampak pemberlakuan Kartu JAKARTA SEHAT. Aku gak senang ngadu kalo gak kebangetan. Aku tulis di sini agar TS terutama di RS/puskesmas tau ato bisa sharing policynya solusinya?
Aku sebetulnya sdh overload visite jam 6-18 tiap hari. Semua poli di RSku nembus angka 1.000 pasien/hari. Poli PD 150-170/hari. Jumlah operasi bulan lalu 500 yg elektif = 20 operasi/hari dgn 2 operator ; SpB = 10 operasi/hari/SpB, belum+kasus cito.
Pasien 3-5 hari tetap di UGD tak bisa masuk ruangan karena kelas 3 penuh, disuruh kelas 2 tak mau bayar. Pegawai gantian sakit. Sudah 2x dalam 3 minggu aku sakit. Ini aku sudah 2 hari sakit tak bisa masuk. Benar2 kondisi tak sehat+sangat rawan kecelakaan medis/malpraktek.
Tapi siapa bisa ngerti sikon kita petugas kesehatan. Dan harap tau ya honor kami di Tarakan terakhir untuk Sept dibayar Okt. Jadi sudah 3 bulan (Okt-Des) tak ada uang masuk mulai Askes, Gakin Jamkesmas dll.
Jokowi tak mau bayar sisa2 hutang Gakin Jamkesmas jaman Foke. 3 bulan sebelum pilkada Foke juga gratiskan semua pasien semua strata ekonomi dgn modus sama: KTP Jakarta. Masuk RS sampai sembuh/modar semua gratis, termasuk lab+ obat apapun tak boleh dikirim keluar meski di lab dalam RS tak ada.
Obat apapun mahalnya tak boleh resep lari keluar RS dicarikan oleh RS. Dan semua obat + lab yg keluar biayanya ditanggung RS 100%, demi gengsi + nama baik politik GUB di mata warganya, masuk keluar RSUD tak bayar apapun. Siapapun tau kalo lab+obat makan biaya terbesar jauh lebih besar drpd jasa ruangan, jasa dr/zr.
Lha pertanyaannya uang siapa mbayari lab/obat2 ke luar RS ? Sementara lab+obat di dlm habis/tak ada stock baru krn hutang2 belum terbayar. Demi politik/nama baik GUB (Dir RS) kami tdk boleh mrujuk ke RS lain. Mo sembuh/gak, mo tak ada obat/tak ada lab canggih pokoke skali masuk Tarakan tak boleh keluar.
Berikut isi BBM yang sampai ke Sindonews, Jumat 4 Januari 2013:
Mohon ijin share 'jeritan hati' sejawat internis di RSUD Tarakan ttg dampak pemberlakuan Kartu JAKARTA SEHAT. Aku gak senang ngadu kalo gak kebangetan. Aku tulis di sini agar TS terutama di RS/puskesmas tau ato bisa sharing policynya solusinya?
Aku sebetulnya sdh overload visite jam 6-18 tiap hari. Semua poli di RSku nembus angka 1.000 pasien/hari. Poli PD 150-170/hari. Jumlah operasi bulan lalu 500 yg elektif = 20 operasi/hari dgn 2 operator ; SpB = 10 operasi/hari/SpB, belum+kasus cito.
Pasien 3-5 hari tetap di UGD tak bisa masuk ruangan karena kelas 3 penuh, disuruh kelas 2 tak mau bayar. Pegawai gantian sakit. Sudah 2x dalam 3 minggu aku sakit. Ini aku sudah 2 hari sakit tak bisa masuk. Benar2 kondisi tak sehat+sangat rawan kecelakaan medis/malpraktek.
Tapi siapa bisa ngerti sikon kita petugas kesehatan. Dan harap tau ya honor kami di Tarakan terakhir untuk Sept dibayar Okt. Jadi sudah 3 bulan (Okt-Des) tak ada uang masuk mulai Askes, Gakin Jamkesmas dll.
Jokowi tak mau bayar sisa2 hutang Gakin Jamkesmas jaman Foke. 3 bulan sebelum pilkada Foke juga gratiskan semua pasien semua strata ekonomi dgn modus sama: KTP Jakarta. Masuk RS sampai sembuh/modar semua gratis, termasuk lab+ obat apapun tak boleh dikirim keluar meski di lab dalam RS tak ada.
Obat apapun mahalnya tak boleh resep lari keluar RS dicarikan oleh RS. Dan semua obat + lab yg keluar biayanya ditanggung RS 100%, demi gengsi + nama baik politik GUB di mata warganya, masuk keluar RSUD tak bayar apapun. Siapapun tau kalo lab+obat makan biaya terbesar jauh lebih besar drpd jasa ruangan, jasa dr/zr.
Lha pertanyaannya uang siapa mbayari lab/obat2 ke luar RS ? Sementara lab+obat di dlm habis/tak ada stock baru krn hutang2 belum terbayar. Demi politik/nama baik GUB (Dir RS) kami tdk boleh mrujuk ke RS lain. Mo sembuh/gak, mo tak ada obat/tak ada lab canggih pokoke skali masuk Tarakan tak boleh keluar.
(san)