Pengetahuan HIV/AIDS harus masuk kurikulum

Kamis, 01 Desember 2011 - 16:04 WIB
Pengetahuan HIV/AIDS harus masuk kurikulum
Pengetahuan HIV/AIDS harus masuk kurikulum
A A A
Sindonews.com - Penularan penyakit sangat mematikan HIV/AIDS di Indonesia kian mengkhawatirkan, karena kasus kajadian terus meningkat. Terlebih para pengidapnya paling banyak usia produktif.

Sebab itu, harus ada upaya penyadaran kepada masyarakat terkait penyebaran dan penularan penyakit tersebut. Anggota Komisi X DPR Rohmani mengusulkan pengetahuan tentang HIV/AIDS perlu dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi.

Kebijakan itu perlu mengingat kenyataan penularan HIV/AIDS meningkat pada kelompok usia produktif. “Ini sangat mendesak dan penting agar anak didik paham,” kata Rohmani di Jakarta, Kamis (1/12/2011). Menurut dia, pengetahuan dan pemahaman ini menjadi mendesak untuk diketahui anak muda. "Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama," kata Rohmani.

Rohmani yakin bila pegetahuan tentang hal tersebut utuh diterima generasi muda bangsa ini, maka penularannya bisa ditekan. “Selama ini pengetahuan remaja masih rendah terhadap hal tersebut. Mereka hanya tahu itu berbahaya. Tapi bagaimana informasi lebih dalam itu belum tersedia bagi anak-anak muda. Perluasan pengetahuan ini perlu dimasukkan melalui kurikulum pendidikan,” kata Rohmani.

Dia juga melihat merebaknya kasus HIV/AIDS pada usia produktif karena selama ini pemerintah abai terhadap kelompok usia muda. Padahal, mereka sangat rentan tertular karena minimnya pengetahuan terkait bahaya dan metode penularan penyakit mematikan itu.

Belum lagi rendahnya mata pelajaran etika dan moral di lembaga pendidikan. “Pemaknaan nilai-nilai moral dan pengetahuan tentang HIV AIDS harus dipadukan. Tidak bisa jalan sendiri-sendiri,” kata Rohmani.

Sementara itu Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, jumlah kumulatif kasus HIV sejak tahun 1987 sampai dengan bulan September 2011 tercatat sebanyak 71.437 kasus.

Adapun jumlah kasus baru tahun 2011 saja tercatat 15.589, sedangkan tahun 2010 sebanyak 21.591 kasus. "Jumlah kumulatif kasus AIDS sampai dengan September tahun 2011 tercatat sebanyak 28.041, sedangkan jumlah kasus baru tahun 2011 saja sebanyak 1.805, tahun 2010 sebanyak 4.917 kasus," paparnya.

Tjandra menjelaskan proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (45,9%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (31,1%), dan kelompok umur 40-49 tahun (9,9%). Sedangkan pada tahun 2011 saja, proporsi tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun, yaitu sebanyak 33,2%, kemudian diikuti kelompok umur 20-29 tahun (30,9%), dan kelompok umur 40-49 tahun (12,9%).

Menurut dia, angka kematian (Case Fatality Rate) AIDS tahun 2011 menurun dibandingkan tahun 2010, yaitu dari 3,7% (2010) menjadi 1,0% (2011). "Respons Kemenkes terhadap epidemi sudah ada sejak tahun 1986, yaitu sejak sebelum kasus AIDS ditemukan di Indonesia pada tahun 1987, dan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah kasus, penyebaran dan masalah yang dihadapi," paparnya.

Penanganan tersebut antara lain ditandai dengan, adanya Renstra Kemenkes Tahun 2010-2014, Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, termasuk HIV-AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual) 2010-2014.

Selain itu, ada Pokja Pengendalian HIV-AIDS Kemenkes yang dibentuk tahun 2007 dengan SK Menkes No. 1197/Menkes/SK/XI/2007, kemudian mengalami perubahan dengan ditetapkannya SK Menkes No. 1932/Menkes/SK/IX/2011.

Hal lainnya, kata Tjandra, adalah meningkatnya pembiayaan pengendalian HIV-AIDS melalui APBN khususnya pengadaan Obat ARV. Dia juga menjelaskan, kegiatan pengendalian HIV-AIDS dan IMS di Indonesia, meliputi memperkuat aspek legal pengendalian HIV-AIDS dan IMS, melaksanakan advokasi dan sosialisasi termasuk Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dan Intervensi Perubahan Perilaku (IPP).

Kemudian, pengembangan sumber daya manusia, memperkuat jejaring kerja dan meningkatkan partisipasi masyarakat, memperkuat logistik, meningkatkan konseling dan tes HIV, perawatan, dukungan dan pengobatan, dan lainnya.

Sekadar diketahui, Penderita HIV/AIDS di Indonesia hingga bulan Maret 2011 mencapai 24.282 pasien. DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua, dan Bali mendominasi kasus HIV/AIDS terbanyak. Dikutip dari Wikipedia, Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit dunia.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6383 seconds (0.1#10.140)