Ada tawuran, pak polisi jangan telat ya!

Selasa, 20 September 2011 - 12:00 WIB
Ada tawuran, pak polisi jangan telat ya!
Ada tawuran, pak polisi jangan telat ya!
A A A
Sindonews.com - Tidak seperti biasanya, suasana di SMA 6 Jakarta Selatan, hari ini, mencolok dengan penjagaan petugas keamanan. Sementara di ruang-ruang kelas tampak sepi. Tidak ada murid yang belajar atau guru yang mengajar. Di sekitar areal sekolah ratusan polisi dari Brimob dan Sabhara, bersiaga dengan senjata lengkap.

Ada apa gerangan? Kapolres Jakarta Selatan Kombes Imam Subiyanto menyebutkan, pihaknya telah menurunkan sebanyak dua Satuan Setingkat Kompi (SSK) untuk berjaga-jaga di sekitar sekolah. Ada tawuran lagi? “Sekolah diliburkan mulai hari ini sampai Sabtu 24 September,” katanya saat meninjau lokasi. Imam menjelaskan di dalam sekolah tidak ada aktivitas apapun. "Hanya beberapa guru yang ada di areal sekolah," ungkapnya di lokasi, Selasa (20/9/2011).

Penjagaan ekstra ini tak terlepas dari insiden tawuran murid SMA 6 dan SMA 70 yang berujung pengeroyokan terhadap wartawan yang meliput peristiwa tersebut. Buntutnya, sehari kemudian, wartawan yang tidak terima dengan perlakuan brutal pelajar menggelar unjuk rasa kepedulian dan solidaritas, meminta pihak sekolah bertanggung jawab.

Justru dalam aksi ini para wartawan malah terlibat bentrokan dengan pelajar SMA 6. Akibatnya, beberapa pekerja media ini mengalami luka, karena diserang massa pelajar yang jumlahnya lebih banyak. Insiden bentrok ini cukup menyita perhatian, sampai Kapolri Jenderal Timur Pradopo turun tangan dan memerintahkan anak buahnya memproses pelaku pengeroyokan terhadap wartawan.

Dari kasus-kasus tawuran sebelumnya, bentrokan baik antarpelajar maupun warga pecah karena luput dari pengawasan pihak keamanan setempat. Tawuran baru bubar setelah rombongan polisi tiba di lokasi. Dalam peristiwa di SMA 6 pun demikian, polisi telat datang. Hal ini seperti diakui Kapolres Jakarta Selatan Kombes Imam Sugianto. Polisi telat merespons bentrokan di depan SMA 6, sehingga baru tiba di lokasi sekira 15 menit setelah kejadian.

“Kemarin pas kejadian, motor pengurai massa terlambat sedikitlah sekira 15 menit setelah kejadian baru datang. Kami pada hari itu menggelar operasi cipta kondisi di Pondok Labu, terkait kasus pemerkosaan. Konsentrasi kita pecah,” kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Imam Sugianto kepada wartawan, Selasa (20/9/2011).

Dengan demikian, keberadaan pasukan pengurai massa yang dimiliki Polda Metro Jaya, tidak bisa berbuat banyak dalam mengantisipasi aksi tawuran. Sehingga, korban pun tak terhindari lagi. Pengalaman ini seyogianya menjadi bahan evaluasi bagi kepolisian untuk tanggap terhadap kondisi darurat, mengingat di Ibu Kota rawan bentrokan dan tawuran pelajar. Artinya, sistem komunikasi dan koordinasi harus dioptimalkan untuk mengantisipasi gangguan keamanan yang bisa terjadi tiba-tiba.

Sekadar mengingatkan, pasukan pengurai Massa dilengkapi dengan 1.652 unit motor yang diserahkan oleh Kapolri Timur Pradopo pada 6 Agustus 2011. Selanjutnya, motor-motor tersebut disebarkan ke seluruh polda dan polres di seluruh Indonesia, untuk memudahkan pihak kepolisian dalam menangi tawuran massa yang akhir-akhir ini sering terjadi.

Seperti diketahui, awalnya tawuran ini melibatkan pelajar SMA 6 dan SMA 70 pada Jumat 16 September 2011, sekira pukul 19.00 WIB. Lokasi tawuran berada di Bundaran Mahakam Bulungan, Jakarta Selatan. Saat itu kebetulan Oktaviardi, wartawan Trans 7 ada di lokasi dan mengambil gambar tawuran. Nahas, Okta malah menjadi korban pengeroyokan.

Tidak terima dianiaya anak sekolahan, Okta minta pertanggung jawaban pihak sekolah. Namun, Kepala Sekolah SMA 6 Jakarta tidak bersedia bertanggung jawab dan minta maaf, karena tawuran tersebut terjadi di luar jam sekolah. Sehingga, masalah tersebut bukan lagi kewenanganya, melainkan tugas masyarakat dan orangtua dalam pengawasanya.

Sikap sekolah yang cuek malah mengundang reaksi dari wartawan lainnya dengan menggelar unjuk rasa di depan halaman SMA 6. Buntutnya, bentrokan antara wartawan dan pelajar ini pecah. Murid SMA 6 melempari para awak media dengan batu dan helm, yang kontan membuat wartawan berang. Baku hantam tak terelakkan, perang terbuka kembali pecah di Bulungan, Blok M Jakarta Selatan.

Kali ini, Yudhistiro Pranoto, fotografer harian Seputar Indonesia menjadi korban. Pria berperawakan tinggi ini dihantam batu bata di bagian kepala. Beberapa bagian tubuh Yudhistiro mengalami memar. Yudhistiro sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Selain Yudhistiro, seorang fotografer Media Indonesia, bernama Panca, menjadi korban pemukulan sejumlah siswa SMA 6 Jakarta.

Editor: Dadan M Ramdan
Laporan: Tri Kurniawan (Okezone)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4056 seconds (0.1#10.140)