Dilema Sopir Bus yang Tetap Bekerja meski Corona Mengintai
A
A
A
BEKASI - Imbas wabah virus Corona atau Covid-19 sangat dirasakan kalangan menengah ke bawah. Bagaimana tidak, di tengah gencarnya isolasi mandiri oleh pemerintah, beberapa masyarakat masih harus tetap berjibaku mencari nafkah untuk kebutuhan keluarganya.
Kondisi memilukan dirasakan Muhammad Jaka, sopir bus jurusan Bekasi-Cirebon-Kuningan. Kini pendapatannya anjlok sejak Corona menyebar ke seantero negeri. “Pendapatan saya anjlok. Saya tetap harus kerja untuk menafkahi keluarga di rumah,” kata pria berusia 34 tahun ini, Rabu (1/4/2020).
Kondisi ekonominya kian menurun ketika Corona menyerang banyak warga. Dari situ masyarakat urung menggunakan bus sebagai transportasi untuk pulang ke kampung halamannya.
"Kan banyak di Bekasi yang warga Cirebon dan Kuningan, mayoritas mereka berdagang. Biasanya bus penuh. Kalaupun sepi juga tidak sampai kosong, paling setengah ke isi ini mobil," tuturnya. (Baca juga: Soal Operasional Bus AKAP, DPR: Keselamatan Warga Harus Diprioritaskan)
Sopir bus Primajasa ini mengutarakan sejak merebaknya wabah Corona, masyarakat yang hendak mudik anjlok drastis. Kondisi ekonomi para sopir diperparah setelah imbauan pemerintah yang melarang warga untuk pulang kampung.
"Parah itu kemarin, Sabtu sama Minggu, saya cuma dua penumpang. Begitupun sebaliknya (Kuningan arah Bekasi) tidak ada. Sekarang (Rabu) juga sama, baru ada dua penumpang padahal sudah dari tadi nunggunya," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Jaka mengakui banyak rekan seprofesinya urung menarik penumpang. Alasannya karena pendapatan yang tidak sebanding dengan jerih payahnya. Apalagi, Corona terus meneror masyarakat sehingga tidak menutup kemungkinan kondisi kesehatan sopir juga terancam.
"Banyak yang istirahat, ada yang bilang capek dan ada juga memang yang takut karena virus," imbuhnya. (Baca juga: Tekan Sebaran Corona, Layanan Bus AKAP Jurusan Jakarta Resmi Dihentikan)
Dia menyadari kondisi sulit ini bukan saja dirasakan para sopir bus, namun juga sopir angkutan kota, para pengemudi lain yang mengandalkan pendapatan harian."Pemerintah harus memerhatikan rakyat. Jangan memperparah kondisi sehingga tidak stabil,” kata Jaka.
Dia harus menghidupi istri dan dua anaknya. Tak hanya itu, dia juga harus memenuhi gizi keluarganya agar terhindar dari Corona. ”Kalau di rumah tapi tidak memenuhi gizi sama saja penyakit akan datang, ini yang harus diperhatikan," ucapnya.
Semula di Terminal Bekasi yang berada di Jalan Ir H Juanda, Bekasi Timur itu terdapat 800 bus yang beroperasi kini di tengah wabah Corona tersisa 30 bus. Ditambah bus Budiman jurusan Tasikmalaya-Banjar-Pangandaran sudah total tidak beroperasi.
Kondisi memilukan dirasakan Muhammad Jaka, sopir bus jurusan Bekasi-Cirebon-Kuningan. Kini pendapatannya anjlok sejak Corona menyebar ke seantero negeri. “Pendapatan saya anjlok. Saya tetap harus kerja untuk menafkahi keluarga di rumah,” kata pria berusia 34 tahun ini, Rabu (1/4/2020).
Kondisi ekonominya kian menurun ketika Corona menyerang banyak warga. Dari situ masyarakat urung menggunakan bus sebagai transportasi untuk pulang ke kampung halamannya.
"Kan banyak di Bekasi yang warga Cirebon dan Kuningan, mayoritas mereka berdagang. Biasanya bus penuh. Kalaupun sepi juga tidak sampai kosong, paling setengah ke isi ini mobil," tuturnya. (Baca juga: Soal Operasional Bus AKAP, DPR: Keselamatan Warga Harus Diprioritaskan)
Sopir bus Primajasa ini mengutarakan sejak merebaknya wabah Corona, masyarakat yang hendak mudik anjlok drastis. Kondisi ekonomi para sopir diperparah setelah imbauan pemerintah yang melarang warga untuk pulang kampung.
"Parah itu kemarin, Sabtu sama Minggu, saya cuma dua penumpang. Begitupun sebaliknya (Kuningan arah Bekasi) tidak ada. Sekarang (Rabu) juga sama, baru ada dua penumpang padahal sudah dari tadi nunggunya," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Jaka mengakui banyak rekan seprofesinya urung menarik penumpang. Alasannya karena pendapatan yang tidak sebanding dengan jerih payahnya. Apalagi, Corona terus meneror masyarakat sehingga tidak menutup kemungkinan kondisi kesehatan sopir juga terancam.
"Banyak yang istirahat, ada yang bilang capek dan ada juga memang yang takut karena virus," imbuhnya. (Baca juga: Tekan Sebaran Corona, Layanan Bus AKAP Jurusan Jakarta Resmi Dihentikan)
Dia menyadari kondisi sulit ini bukan saja dirasakan para sopir bus, namun juga sopir angkutan kota, para pengemudi lain yang mengandalkan pendapatan harian."Pemerintah harus memerhatikan rakyat. Jangan memperparah kondisi sehingga tidak stabil,” kata Jaka.
Dia harus menghidupi istri dan dua anaknya. Tak hanya itu, dia juga harus memenuhi gizi keluarganya agar terhindar dari Corona. ”Kalau di rumah tapi tidak memenuhi gizi sama saja penyakit akan datang, ini yang harus diperhatikan," ucapnya.
Semula di Terminal Bekasi yang berada di Jalan Ir H Juanda, Bekasi Timur itu terdapat 800 bus yang beroperasi kini di tengah wabah Corona tersisa 30 bus. Ditambah bus Budiman jurusan Tasikmalaya-Banjar-Pangandaran sudah total tidak beroperasi.
(jon)