Serangan DBD di Jabodetabek Mengganas, 7 Orang Meninggal Dunia

Sabtu, 14 Maret 2020 - 09:04 WIB
Serangan DBD di Jabodetabek...
Serangan DBD di Jabodetabek Mengganas, 7 Orang Meninggal Dunia
A A A
JAKARTA - Di tengah kekhawatiran wabah virus corona (Covid-19), masyarakat harus mewaspadai ancaman demam berdarah dengue (DBD). Di Kota Bogor dan Tangerang Selatan (Tangel) jumlah korban meninggal dunia akibat virus dengue yang dibawa nyamuk aides aegipty ini mencapai 7 orang.

Di Kota Bogor, sepanjang Januari-Maret 2020, korbantewas menjadi 5 orang. Tragisnya seluruh korban masih anak-anak. Korban terakhir bocah berusia 5 tahun meninggal dunia di RS PMI Kota Bogor pada 10 Maret lalu. “Periode Januari hingga 10 Maret lalu terdapat 130 kasus DBD dengan jumlah kematian 5 orang,” kata Pelaksana Tugas(Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno kemarin.

Wanita yang ditunjuk sebagai juru bicara dalam penanganan kasus wabah virus corona itu menjelaskan korban meninggal dunia paling banyak terjadi pada Maret. Sebelumnya pada Januari dan Februari masing-masing 1orang meninggal.

Menurut dia, persebaran kasus DBD terjadi di enam kecamatan. Terbanyak Kecamatan Tanah Sareal dengan 37 kasus, disusul Bogor Barat 33 kasus, Bogor Selatan 26 kasus, Bogor Utara 19 kasus, Bogor Tengah 9 kasus, dan Bogor Timur 6 kasus. “Jumlah tersebut bertambah karena pancaroba atau proses peralihan cuaca dari musim hujan ke kemarau,” tandasnya.

Sri mengingatkan warga agar selalu waspada atas bahaya virus dengue yang setiap tahun mewabah. Dia menilai DBD lebih berbahaya daripada virus corona. “Kami meminta masyarakat agar mengantisipasinya dengan giat menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan selalumenjaga kebersihanlingkungan,” katanya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Ade Sarip Hidayat menjelaskan penanganan DBD tidak jauh berbeda dengan virus Covid-19. Bahkan jika melihat data, korban meninggal akibat DBD bertambah sehingga perlu perhatian serius dan langkah antisipasi. “Lebih baik memberantas jentik-jentiknya karena itu sumber penularannya. Fogging tidak ubahnya semprotan anti nyamuk pada umumnya. Gerakan PSN dan kebersihan lingkungan lebih efektif daripada mengandalkan fogging ,” sebutnya.

Pemprov DKI juga mewaspadai pergerakan kasus DBD di wilayahnya. Sejak awal tahun ini sedikitnya ada 970 kasus terjadi. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, DKI adalah daerah endemis DBD. Artinya setiap tahun kasus DBD selalu terjadi. “Selain virus korona,DBD juga bagian yang patut kita waspadai,” kata Widyastuti.

Dia menjelaskan, kasus DBD yang terjadi selama 2020 mengalami peningkatan. Dari 275 kasus pada Januari meningkat menjadi 600 kasus pada Februari dan 95 kasus hingga 10 Maret ini. Namun, kata dia, jumlah kasus DBD pada tahun ini jauh di bawah kasus yang terjadi tahun lalu, yakni 989 kasus pada Januari 2019, 1.569 kasus pada Februari 2019, dan 1.983 kasus pada Maret 2019.

“Meskipun angkanya berbeda jauh dari tahun lalu, kita tetap waspada. Jadi SOP terhadap tata laksana DBD mulai dari pencegahan maupun klinis tetap kita jaga,” ucapnya. Jumlah penderita DBD di Kota Tangsel, Depok, dan Bekasi juga melonjak tajam. Bahkan di Tangsel, 2 orang meninggal dunia. Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, jumlah warga yang terserang demam berdarah pada Januari 2020 mencapai 29 orang. Jumlah itu melonjak pada Februari 2020 menjadi 41 orang.

“Dari jumlah itu, 2 orang pasien dikabarkan meninggal dunia. Selain karena demam berdarah, keduanya diduga meninggal akibat penyakit penyerta yang aktif saat demam,” kata Benyamin. Menurut dia, sejumlah wilayah dengan angka penderita tertinggi berada di Pamulang dan Ciputat. Pada Januari saja di Ciputat ada 11 kasus dan Pamulang ada 7 kasus.

“Kecamatan lain ada 2,3, dan 1. Februari yang banyak dari Pamulang ada 17 kasus, Ciputat 9 orang. Maret ini Pamulang ada 5, dari Serpong ada 4 orang. Penderita 17 orang bulan Maret ini semuanya dariTangsel,” katanya.

Sementara itu Dinas Kesehatan Kota Depok mencatat jumlah penderita demam berdarah mencapai 288 orang hingga kuartal I/2020 ini. “Total ada 288 pasien. Untuk yang meninggal masih dicek datanya,” ungkap Kepala Dinkes Kota Depok Novarita.

Dia mengatakan, yang perlu dilakukan untuk pencegahan adalah dengan menerapkan kebersihan lingkungan. Pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan sehingga tidak ada nyamuk berkembang biak.

“Sosialisasi PSN sudah sering dilakukan. Sekarang tinggal bagaimana masyarakat mau ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan,” ujarnya. Di Bekasi, penyakit mematikan yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini masih mengkhawatirkan. Selama 5 bulan terakhir terdapat 610 kasus.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezi Syukrawati mengungkapkan, jumlah warga yang terkena penyakit itu tercatat sejak awal Januari hingga Mei 2019. Perinciannya, pada Januari mencapai 75 orang, Februari angkanya menurun jadi 53 kasus, dan Maret angkanya melonjak hingga 200 kasus. (Haryudi/Hasan)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8986 seconds (0.1#10.140)