Gawat, Penderita DBD di Tangsel, Depok, dan Bekasi Melonjak Tajam

Kamis, 12 Maret 2020 - 09:02 WIB
Gawat, Penderita DBD...
Gawat, Penderita DBD di Tangsel, Depok, dan Bekasi Melonjak Tajam
A A A
TANGERANG SELATAN - Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Depok, dan Bekasi melonjak tajam. Bahkan di Tangsel, dua orang meninggal dunia.

Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, jumlah warga yang terserang demam berdarah pada Januari 2020 mencapai 29 orang. Jumlah itu melonjak pada Februari 2020 menjadi 41 orang.

“Dari jumlah itu, dua orang pasien dikabarkan meninggal dunia. Selain karena demam berdarah, keduanya diduga meninggal akibat penyakit penyerta yang aktif saat demam,” kata Benyamin, kemarin.

Menurut dia, sejumlah wilayah dengan angka penderita tertinggi berada di Pamulang dan Ciputat. Pada Januari saja, di Ciputat ada 11 kasus dan Pamulang ada tujuh kasus. (Baca: Dua Warga Bogor Meninggal Akibat DBD, Waspadai Pancaroba)

“Kecamatan lain ada dua, tiga, dan satu. Februari yang banyak dari Pamulang ada 17 kasus, Ciputat sembilan orang. Maret ini Pamulang ada lima, dari Serpong ada empat orang. Penderita 17 orang bulan Maret ini semuanya dari Tangsel,” katanya.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Depok mencatat jumlah penderita demam berdarah mencapai 288 orang hingga pada kuartal I/2020 ini. “Total ada 288 pasien. Untuk yang meninggal masih dicek datanya,” ungkap Kepala Dinkes Kota Depok Novarita.

Dia mengatakan, yang perlu dilakukan untuk pencegahan adalah dengan menerapkan kebersihan lingkungan. Pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan sehingga tidak ada nyamuk berkembang biak.

“Sosialisasi PSN sudah sering dilakukan. Sekarang, tinggal bagaimana masyarakat mau ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan,” ujarnya.

Di Bekasi, penyakit mematikan yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti masih mengkhawatirkan. Selama lima bulan terakhir terdapat 610 kasus.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezi Syukrawati mengungkapkan, jumlah warga yang terkena penyakit itu tercatat sejak awal Januari hingga Mei 2019. Rinciannya, pada Januari mencapai 75 orang, Februari angkanya menurun jadi 53 kasus, dan Maret angkanya melonjak hingga 200 kasus.

Pemerintah daerah lalu melakukan berbagai upaya pencegahan di lingkungan masyarakat sehingga pada April angkanya menurun jadi 152 kasus. “Terakhir bulan Mei kembali turun dibanding bulan sebelumnya menjadi 130 kasus sehingga bila ditotal ada 610 kasus mulai dari Januari–Mei 2019,” kata Dezi. (Baca juga: Wabah DBD Hantui Kota Bekasi, Selama 6 Bulan 610 Orang Dirawat)

Saat ini, kata dia, pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya menekan wabah penyakit ini di lingkungan permukiman warga. Dezi mengatakan, selain melalui pengasapan atau fogging, pihaknya juga membentuk 80 lebih kader jumantik di seluruh puskesmas. Mereka bertugas di 56 kelurahan yang ada di Kota Bekasi.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati menambahkan, pihaknya juga sudah meminta rumah sakit swasta selalu intens menjalin koordinasi. Salah satunya terkait laporan kasus DBD yang baru saja terindikasi ataupun sudah positif. “Rumah sakit swasta wajib melaporkan ke pemerintah agar kita bisa mencegahnya,” katanya. (Hasan Kurniawan/R Ratna Purnama/Abdullah M Surjaya)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1585 seconds (0.1#10.140)