TOA Peringatan Banjir Bukan Solusi, Warga Cipinang Ingin Normalisasi Kali
A
A
A
JAKARTA - Ketua RW 03, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, mengeluhkan sulitnya menjangkau alat komunikasi Disaster Warning System (DWS) atau pengeras suara peringatan dini banjir yang terpasang di kantor RW setempat. Sebab harus ada yang memanjat tiang untuk memberikan pengumuman kepada warga sekitar.
Ketua RW 03 Muchtar Usman mengatakan, kegunaan alat peringatan dini banjir yang telah terpasang hanya sebatas untuk memberikan informasi terkait kewaspadaan dalam mengahadapi banjir di wilayah setempat.
"Diupayakan bisa manual, jadi enggak perlu naik. Kalau mau kebawahin, yang bisa kita jangkau," ujar Muchtar saat ditemui, Jumat (7/2/2020). (Baca juga: Ini Penjelasan Alat DWS yang Digunakan Pemprov DKI Antisipasi Bencana)
Menurut dia, pemasangan alat tersebut belum dapat mengatasi persolan banjir yang kerap menghantui warga sekitar. Terlebih alat tersebut tidak berfungsi jika adanya pemadaman listrik. "Ketika listrik mati kan juga enggak akan berfungsi. Siaga dua listrik udah dimatiin," tuturnya.
Dia berharap agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera melakukan normalisasi kali dengan cara mengeruk lumpur dialiran Kali Sunter yang berada di wilayah RW 03. Sebab kedalaman kali saat ini hanya sekitar 1 meter. Hal itu mengakibatkan air cepat naik jika turun hujan.
"Secepatnya normalisasi harus dilerjakan, yang dangkal harus di dalami. Kalinya sekarang juga cuma 1 meteran, apalagi cuaca sekarang kerap turun hujan," ujar Muchtar. (Baca juga: Antisipasi Banjir, DKI Tambah Enam Alat Digital Warning System)
Muchtat mengatakan, saat musibah banjir pada awal tahun 2020 lalu wilayahnya dilanda banjir dengan ketinggian mencapai 3 meter. Banjir diperparah karena Kali Sunter tak kunjung dilakukan normalisasi, padahal rencana normalisasi sudah ada sejak 2013 silam.
Ketua RW 03 Muchtar Usman mengatakan, kegunaan alat peringatan dini banjir yang telah terpasang hanya sebatas untuk memberikan informasi terkait kewaspadaan dalam mengahadapi banjir di wilayah setempat.
"Diupayakan bisa manual, jadi enggak perlu naik. Kalau mau kebawahin, yang bisa kita jangkau," ujar Muchtar saat ditemui, Jumat (7/2/2020). (Baca juga: Ini Penjelasan Alat DWS yang Digunakan Pemprov DKI Antisipasi Bencana)
Menurut dia, pemasangan alat tersebut belum dapat mengatasi persolan banjir yang kerap menghantui warga sekitar. Terlebih alat tersebut tidak berfungsi jika adanya pemadaman listrik. "Ketika listrik mati kan juga enggak akan berfungsi. Siaga dua listrik udah dimatiin," tuturnya.
Dia berharap agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera melakukan normalisasi kali dengan cara mengeruk lumpur dialiran Kali Sunter yang berada di wilayah RW 03. Sebab kedalaman kali saat ini hanya sekitar 1 meter. Hal itu mengakibatkan air cepat naik jika turun hujan.
"Secepatnya normalisasi harus dilerjakan, yang dangkal harus di dalami. Kalinya sekarang juga cuma 1 meteran, apalagi cuaca sekarang kerap turun hujan," ujar Muchtar. (Baca juga: Antisipasi Banjir, DKI Tambah Enam Alat Digital Warning System)
Muchtat mengatakan, saat musibah banjir pada awal tahun 2020 lalu wilayahnya dilanda banjir dengan ketinggian mencapai 3 meter. Banjir diperparah karena Kali Sunter tak kunjung dilakukan normalisasi, padahal rencana normalisasi sudah ada sejak 2013 silam.
(thm)