Husnia, Mahasiswi Asal Bekasi Ini Tertahan di Wuhan

Kamis, 30 Januari 2020 - 11:26 WIB
Husnia, Mahasiswi Asal Bekasi Ini Tertahan di Wuhan
Husnia, Mahasiswi Asal Bekasi Ini Tertahan di Wuhan
A A A
BEKASI - Pemerintah Kabupaten Bekasi terus memantau keberadaan warganya yang berada di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Salah satu warga Kabupaten Bekasi bernama Husnia (23) berada di wilayah asal munculnya virus Corona yang saat ini penyebarannya sangat mengkhawatirkan dunia.

Adanya warga Kabupaten Bekasi yang tertahan di Wuhan terdeteksi setelah keluarga Husnia mendatangi Kantor Pemerintah Kabupaten Bekasi di Cikarang Pusat. Mereka mempertanyakan kondisi terakhir di Wuhan dan upaya pemerintah mempercepat kepulangan Husnia.

Husnia tercatat sebagai warga Kampung Cikarang Jati, Desa Kalijati, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Perempuan berkerudung ini merupakan mahasiswi Sastra Mandarin Universitas Negeri Surabaya (Unes). Bersama sejumlah temannya asal Jawa Timur, dia memperoleh beasiswa menimba ilmu di Central China Normal University di Wuhan, China selama enam bulan.

Melalui sambungan video call, Husnia mengatakan, kondisi mahasiswa asal Indonesia yang berada di Wuhan dalam kondisi baik-baik saja. Namun, mahasiswa di Wuhan memilih untuk segera dipulangkan. "Kami masih waspada. Saya ingin pulang ke Indonesia," katanya saat berbicara dengan Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja, Kamis (30/1/2020).

Menurut Husnia, beasiswanya sudah selesai dan pada 2 Februari mendatang harusnya sudah pulang. Namun, dengan kebijakan pemerintah China yang mengisolir semua pintu masuk dan keluar termasuk bandara membuat para mahasiswa masih tertahan di Wuhan.

Secara keseluruhan, Wuhan dalam kondisi baik-baik. Dia memastikan video yang memperlihatkan sejumlah orang bergeletakan di jalan itu tidaklah benar. Warga masih diperbolehkan keluar rumah meski situasi kota lebih sepi dari biasanya.

"Pemerintah di sini tidak melarang orang keluar tapi hanya mengimbau jika tidak ada keperluan yang penting lebih baik di rumah saja. Secara umum tidak ada masalah. Saya juga sering bilang ke keluarga di rumah, saya enggak apa-apa, baik-baik saja," tuturnya.

Penyebaran virus Corona membuat banyak toko tutup. Namun, hanya ada dua toko kebutuhan pokok yang masih buka. Kondisi itu membuat harga kebutuhan pokok melonjak hingga tiga kali lipat. Alhasil mereka terpaksa membeli dengan harga mahal.

"Perbandingannya itu seperti sayur hijau, kubis atau kol harganya sekarang bisa sampai Rp200.000. Bukan sekilo, tapi seikat. Biasanya Rp50.000. Ini yang paling dirasakan. Karena kan bahan kebutuhan pun barangnya susah," ungkapnya.

Kondisi ini justru membuat Husnia beserta mahasiswa Indonesia lainnya kesulitan. Beberapa bantuan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia cukup membantu meringankan. Mereka membantu kebutuhan pokok dan memberikan pendampingan mental. Selain itu, KBRI memberikan bantuan dana.

Namun, lantaran kebutuhan pokok yang melonjak itu, bantuan dana dirasa belum mencukupi. "Kami di sini harus berhemat. Ada bantuan dari KBRI dibagi ke setiap orang. Kalau dihitung paling cukup satu minggu. Jadi, kami minta pemerintah segera mengevakuasi kami," kata Husnia.

Selain kebutuhan pokok, dia bersama mahasiswa lain kesulitan mendapat obat-obatan dan masker. "Kami telah meminta ke KBRI, informasinya perlengkapan obat-obatan akan dikirimkan juga. Termasuk masker yang amat kami butuhkan," ucapnya.
(jon)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7319 seconds (0.1#10.140)