Menyusuri Royal Bandengan, Kawasan Prostitusi Setengah Abad di Utara Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Bau menyengat sisa makanan tercium di sisi kanan dan kiri jalan setapak selebar satu meter. Pengap dan berbau terasa saat kaki melangkah di Royal Bandengan, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (22/1/2020).
Padatnya bangunan membuat cahaya matahari sulit menembus tanah di kawasan tersebut. Suasana gelap terasa di gang sempit itu.
Royal Bandengan tak jauh berbeda dengan permukiman padat penduduk umumnya di ibu kota. Bangunan semipermanen bertembok triplek tak beralas mendominasi.
Kebanyakan berlantai dua terbagi dua sisi. Lantai pertama untuk kafe, lantai dua kamar-kamar yang digunakan untuk berhubungan intim oleh sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK). “Saya tinggal di sini lebih dari 30 tahun. Saya yakin ini sudah berumur 50 tahun,” ujar wakil ketua RT02 Agung Tomasia, Rabu (22/1/2020).
Sebelumnya, Polda Metro Jaya membongkar komplotan prostitusi dan eksploitasi anak di sebuah kafe di Royal Bandengan, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (21/1/2020). Prostitusi anak berjalan selama dua tahun dengan omzet mencapai Rp2 miliar per bulan.
Agung melanjutkan kawasan Royal Bandengan sangat ramai usai Maghrib. Dentuman dan hingar bingar musik dangdut koplo terdengar di sepanjang lorong. Beberapa kendaraan roda dua menjamur di parkiran depan posko RW.
Bunyi kereta melintas kalah keras dengan dentuman musik. Imbasnya mengobrol di kawasan itu harus berteriak-teriak.
Menjelang malam sejumlah perempuan mulai bersolek. Mereka menggunakan makeup tebal dan pakaian minim kemudian duduk menggoda di depan kafe. Kedipan mata, rayuan tangan diarahkan kepada siapapun yang melintas.
Para pria mulai merapikan kursi-kursi plastik. Kursi disejajarkan dengan meja kayu. Kulkas berisi minuman beralkohol mulai dinyalakan.
Siang tadi tak banyak perempuan seiring banyaknya kafe yang masih tertutup hordeng. Meski demikian, aktivitas jasa prostitusi mulai terlihat. Perempuan muda maupun tua mulai duduk di depan kafe merayu pria-pria yang melintas. “Sayang, sini dong," kata perempuan berambut pendek dan berdaster yang usianya berkisar 50 tahun.
Perempuan itu juga mencolek bagian perut sejumlah lelaki yang melintas. Jalanan yang sempit tak bisa dihindari kaum pria.
Kian masuk ke gang, perempuan berusia 40 tahun juga tak kalah merayu. Berpakaian dengan dada terbuka, dia mulai mengeluarkan rayuan maut. “Ih badannya tegak, sini-sini,” ucapnya sambil mengedipkan mata.
Di ujung gang, kafe Khayangan mulai terlihat. Kafe itu disegel Satpol PP DKI Jakarta. Kafe bertembok kuning dengan lebar 10 meter tampak sepi.
Beberapa warga sekitar kafe sangat ramai pada malam. Selain lokasinya strategis, perempuan di kafe itu umumnya cantik dan kerap menggoda pria hidung belang.
Agung menuturkan, di kawasan itu ada 25 kafe yang tersebar di gang. "Ada 25 tempat. Ada yang cuma sediakan kamar, ada juga yang hanya sediakan bar, tapi ada juga yang dua-duanya," ujarnya.
Menurut dia, pemilik kafe Khayangan yang sudah ditangkap polisi biasa dipanggil Mami Atun. "Kalau nama aslinya inisial R, tapi biasa dipanggil Mami Atun," katanya.
Dia terkejut saat ada penggerebekan terkait praktik perdagangan anak di bawah umur di kafe Khayangan. "Jujur saya kaget banget. Enggak tahu kalau di situ ada (anak di bawah umur)," ujarnya.
Padatnya bangunan membuat cahaya matahari sulit menembus tanah di kawasan tersebut. Suasana gelap terasa di gang sempit itu.
Royal Bandengan tak jauh berbeda dengan permukiman padat penduduk umumnya di ibu kota. Bangunan semipermanen bertembok triplek tak beralas mendominasi.
Kebanyakan berlantai dua terbagi dua sisi. Lantai pertama untuk kafe, lantai dua kamar-kamar yang digunakan untuk berhubungan intim oleh sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK). “Saya tinggal di sini lebih dari 30 tahun. Saya yakin ini sudah berumur 50 tahun,” ujar wakil ketua RT02 Agung Tomasia, Rabu (22/1/2020).
Sebelumnya, Polda Metro Jaya membongkar komplotan prostitusi dan eksploitasi anak di sebuah kafe di Royal Bandengan, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (21/1/2020). Prostitusi anak berjalan selama dua tahun dengan omzet mencapai Rp2 miliar per bulan.
Agung melanjutkan kawasan Royal Bandengan sangat ramai usai Maghrib. Dentuman dan hingar bingar musik dangdut koplo terdengar di sepanjang lorong. Beberapa kendaraan roda dua menjamur di parkiran depan posko RW.
Bunyi kereta melintas kalah keras dengan dentuman musik. Imbasnya mengobrol di kawasan itu harus berteriak-teriak.
Menjelang malam sejumlah perempuan mulai bersolek. Mereka menggunakan makeup tebal dan pakaian minim kemudian duduk menggoda di depan kafe. Kedipan mata, rayuan tangan diarahkan kepada siapapun yang melintas.
Para pria mulai merapikan kursi-kursi plastik. Kursi disejajarkan dengan meja kayu. Kulkas berisi minuman beralkohol mulai dinyalakan.
Siang tadi tak banyak perempuan seiring banyaknya kafe yang masih tertutup hordeng. Meski demikian, aktivitas jasa prostitusi mulai terlihat. Perempuan muda maupun tua mulai duduk di depan kafe merayu pria-pria yang melintas. “Sayang, sini dong," kata perempuan berambut pendek dan berdaster yang usianya berkisar 50 tahun.
Perempuan itu juga mencolek bagian perut sejumlah lelaki yang melintas. Jalanan yang sempit tak bisa dihindari kaum pria.
Kian masuk ke gang, perempuan berusia 40 tahun juga tak kalah merayu. Berpakaian dengan dada terbuka, dia mulai mengeluarkan rayuan maut. “Ih badannya tegak, sini-sini,” ucapnya sambil mengedipkan mata.
Di ujung gang, kafe Khayangan mulai terlihat. Kafe itu disegel Satpol PP DKI Jakarta. Kafe bertembok kuning dengan lebar 10 meter tampak sepi.
Beberapa warga sekitar kafe sangat ramai pada malam. Selain lokasinya strategis, perempuan di kafe itu umumnya cantik dan kerap menggoda pria hidung belang.
Agung menuturkan, di kawasan itu ada 25 kafe yang tersebar di gang. "Ada 25 tempat. Ada yang cuma sediakan kamar, ada juga yang hanya sediakan bar, tapi ada juga yang dua-duanya," ujarnya.
Menurut dia, pemilik kafe Khayangan yang sudah ditangkap polisi biasa dipanggil Mami Atun. "Kalau nama aslinya inisial R, tapi biasa dipanggil Mami Atun," katanya.
Dia terkejut saat ada penggerebekan terkait praktik perdagangan anak di bawah umur di kafe Khayangan. "Jujur saya kaget banget. Enggak tahu kalau di situ ada (anak di bawah umur)," ujarnya.
(jon)