Proyek Solusi Banjir Jakarta Rp10 Miliar di Bogor Molor
A
A
A
BOGOR - Proyek pembangunan yang digadang-gadang sebagai salah satu solusi banjir Jakarta di kawasan Cibuluh, Bogor Utara, Kota Bogor, molor. Pasalnya, proyek itu ditargetkan pada 27 Desember 2019 selesai. Namun, hingga saat ini proyek tersebut baru mencapai 90 persen.
Hal itu disampaikan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto usai meninjau progress sejumlah proyek besar di Kota Bogor. Kata dia, sisanya sekitar 10 persen akan diselesaikan hingga Januari 2020.
"Ada kebutuhan untuk penambahan waktu dan tentunya akan ada penalti atas keterlambatan. Proyek ini akan selesai tapi mundur karena cuaca. Jadi kendala utama faktor cuaca. Kemungkinan keterlambatannya sampai akhir Januari 2020, syukur-syukur kalau bisa dikejar pertengahan Januari," kata Bima di Bogor, Senin (30/12/2019).
Nantinya, kata Bima, kolam retensi ini bisa menjadi tempat yang efektif untuk menampung air hujan sementara waktu dan juga untuk distribusi air. Kolam retensi Cibuluh dibangun di atas lahan seluas 1,6 hektare. Daya tampung kolam ini bisa mencapai 16 ribu sampai 21 ribu kubik.
"Jadi, itu nanti akan mengurangi air ke Jakarta. Ditahan di Bogor, dikelola di Bogor. Ribuan kubik ini di kurang di sini, untuk mengurangi beban ke Jakarta. Di Bogor selain kolam retensi, dibangun juga sumur resapan, biopori. Supaya berkurang banjir ke Jakarta. Anggarannya Rp10 miliar dari Pemprov DKI," ungkapnya.
Selain kolam retensi, Bima juga meninjau proyek infrastruktur solusi kemacetan di Simpang Bubulak-Kebun Pedes yakni Flyover Jalan RE Martadinata, yang menghubungkan Bogor Tengah dengan Tanah Sareal.
Dia tampak cukup puas dengan pengerjaan proyek jalan layang yang mendapatkan kucuran bantuan dari Pemerintah Pusat sebesar Rp97 miliar itu. (Baca Juga: Cegah Banjir, Anies Minta Pembuatan Kolam Retensi Dipercepat
"Flyover sudah selesai 100 persen, dalam waktu dekat akan dioperasikan untuk memecah kemacetan di perlintasan kereta api ini. Kita akan koordinasikan dengan Kepolisian dan Dishub terkait dengan pengaturan lalu lintasnya. Secara konstruksi dan lain-lain sudah selesai. Kita lihat nanti, mungkin pas 31 Desember atau 1 Januari akan segera dibuka untuk publik," ungkapnya.
Kemudian Bima beserta rombongan melanjutkan perjalanan ke proyek gedung baru RSUD Kota Bogor. Turun dari motor, ia langsung memeriksa sudut demi sudut bangunan. Pihaknya memprediksi proyek ini akan ada keterlambatan beberapa hari.
"Blok 3 RSUD akan ada keterlambatan beberapa hari, mudah-mudahan tidak lewat tahun. Tapi berlaku denda untuk kontraktor. Kita harapkan selesai per 31 Desember," ujarnya.
Keterlambatan ini karena telat prosesnya, makanya untuk 2020 kita pastikan percepatan dari proses lelang, pemberkasan dari dinas, lengkap semua, sehingga lebih tayang cepat.
"Hari ini kan ada pelantikan kepala dinas baru, saya minta kadis mempercepat proses lelang. Yang besar-besar lelang awal tahun, penjadwalannya dipastikan lagi. Jika rampung, gedung baru RSUD itu akan berdiri empat lantai dan diperuntukkan bagi pasien rawat inap kelas 3 dengan 300 tempat tidur," tuturnya.
Hal itu disampaikan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto usai meninjau progress sejumlah proyek besar di Kota Bogor. Kata dia, sisanya sekitar 10 persen akan diselesaikan hingga Januari 2020.
"Ada kebutuhan untuk penambahan waktu dan tentunya akan ada penalti atas keterlambatan. Proyek ini akan selesai tapi mundur karena cuaca. Jadi kendala utama faktor cuaca. Kemungkinan keterlambatannya sampai akhir Januari 2020, syukur-syukur kalau bisa dikejar pertengahan Januari," kata Bima di Bogor, Senin (30/12/2019).
Nantinya, kata Bima, kolam retensi ini bisa menjadi tempat yang efektif untuk menampung air hujan sementara waktu dan juga untuk distribusi air. Kolam retensi Cibuluh dibangun di atas lahan seluas 1,6 hektare. Daya tampung kolam ini bisa mencapai 16 ribu sampai 21 ribu kubik.
"Jadi, itu nanti akan mengurangi air ke Jakarta. Ditahan di Bogor, dikelola di Bogor. Ribuan kubik ini di kurang di sini, untuk mengurangi beban ke Jakarta. Di Bogor selain kolam retensi, dibangun juga sumur resapan, biopori. Supaya berkurang banjir ke Jakarta. Anggarannya Rp10 miliar dari Pemprov DKI," ungkapnya.
Selain kolam retensi, Bima juga meninjau proyek infrastruktur solusi kemacetan di Simpang Bubulak-Kebun Pedes yakni Flyover Jalan RE Martadinata, yang menghubungkan Bogor Tengah dengan Tanah Sareal.
Dia tampak cukup puas dengan pengerjaan proyek jalan layang yang mendapatkan kucuran bantuan dari Pemerintah Pusat sebesar Rp97 miliar itu. (Baca Juga: Cegah Banjir, Anies Minta Pembuatan Kolam Retensi Dipercepat
"Flyover sudah selesai 100 persen, dalam waktu dekat akan dioperasikan untuk memecah kemacetan di perlintasan kereta api ini. Kita akan koordinasikan dengan Kepolisian dan Dishub terkait dengan pengaturan lalu lintasnya. Secara konstruksi dan lain-lain sudah selesai. Kita lihat nanti, mungkin pas 31 Desember atau 1 Januari akan segera dibuka untuk publik," ungkapnya.
Kemudian Bima beserta rombongan melanjutkan perjalanan ke proyek gedung baru RSUD Kota Bogor. Turun dari motor, ia langsung memeriksa sudut demi sudut bangunan. Pihaknya memprediksi proyek ini akan ada keterlambatan beberapa hari.
"Blok 3 RSUD akan ada keterlambatan beberapa hari, mudah-mudahan tidak lewat tahun. Tapi berlaku denda untuk kontraktor. Kita harapkan selesai per 31 Desember," ujarnya.
Keterlambatan ini karena telat prosesnya, makanya untuk 2020 kita pastikan percepatan dari proses lelang, pemberkasan dari dinas, lengkap semua, sehingga lebih tayang cepat.
"Hari ini kan ada pelantikan kepala dinas baru, saya minta kadis mempercepat proses lelang. Yang besar-besar lelang awal tahun, penjadwalannya dipastikan lagi. Jika rampung, gedung baru RSUD itu akan berdiri empat lantai dan diperuntukkan bagi pasien rawat inap kelas 3 dengan 300 tempat tidur," tuturnya.
(mhd)