MSJ Tuding Kabel Listrik Penyebab Crane Terjengkang di Proyek Tol BORR
A
A
A
BOGOR - PT Marga Sarana Jabar (MSJ) selaku pemilik proyek Tol Bogor Ring Road (BORR) memastikan insiden yang terjadi di proyek lanjutan pembangunan Seksi IIIA (Yasmin-Salabenda) di Jalan Soleh Iskandar, Tanah Sareal, Kota Bogor, pada Senin (2/12/2019) malam, akibat tali kawat crane terputus.
Semula diberitakan crane patah. Namun pihak MSJ membantah dan menyebut insiden yang tidak menimbulkan korban jiwa itu hanya tali kawat cranenya terputus saat mengangkat besi bore pile di Ramp 17 (R17). "Intinya bukan lengan cranenya yang patah, tapi tali kawat slingnya yang putus, sehingga cranenya terjengkang ke belakang. Begitu kesimpulan yang ada hasil pemeriksaan, data, dan keterangan wawancara petugas di lapangan," ujar Direktur Utama PT MSJ Hendro Atmodjo saat konferensi pers di kantor PT Pembangunan Perumahan (PP) Persero selaku pelaksana proyek, Perumahan Taman Sari Persada, Tanah Sareal, Kota Bogor, Selasa (3/12/2019). (Baca juga: Crane Proyek Tol BORR Patah Timpa Bengkel Furniture)
Hendro menjelaskan, saat kejadian secara kapasitas berat crane mencapai 35 ton dan beban yang diangkat seberat 2,6 ton. Seharusnya sudah bisa masuk karena kapasitas cranenya 12 ton. "Kemungkinan ini disebabkan klem slingnya pecah atau lepas sehingga putus. Disinilah mengakibatkan cranenya terjengkang. Karena ada efek kejut, seperti kita memancing, begitulah analoginya. Kita sedang ngecor yang kedua. Yang pertama sudah berhasil. Kita sedang meneliti berapa sih sebenarnya mengangkat beban yang diperbolehkan," katanya.
Pihaknya telah mengevaluasi terkait kelaikan sumber daya manusia (SDM) yang mengoperasikan crane. Hasilnya, operatornya dipastikan telah memiliki Surat Izin Operator (SIO) dari Kemenaker dan mesin cranenya sudah dapat SILO. SIO atau Surat Izin Mengemudi (SIM) operator crane berlaku hingga 2022 dan SILO (STNK) berlaku hingga 2021. (Baca juga: Coran Tiang Penyangga Tol BORR Ambruk, Dua Pekerja Terluka)
"Jadi secara prinsip orangnya mampu, hanya slingnya yang putus. Terlebih di lokasi kejadian ada kabel PLN, sehingga membatasi operasi crane. Padahal kita sudah bersurat ke PLN tiga kali agar segera dipindahkan dan sudah dibayar oleh kita. PLN menjanjikan 18 Desember selesai, tapi sampai sekarang belum juga ada respons," ujarnya.
Menurut dia, selain pembebasan lahan masih banyak jaringan listrik milik PLN yang belum dipindahkan. Untuk pembebasan lahan sudah mencapai 95 persen, sedangkan pemindahan jaringan listrik baru 10 persen. Padahal pihaknya menargetkan Desember sudah harus selesai. "Putusnya tali kawat sling crane ini juga disebabkan adanya kabel listrik yang menghambat gerak crane. Seharusnya crane berdiri lebih tegak sehingga lebih efektif. Tapi karena ada kabel jadi terjadilah peristiwa ini," bebernya.
Menurut dia, evaluasi telah dilakukan bersama Komite Kontruksi Jembatan Terowongan dan Jalan (KKJTJ) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) serta Komite Keselamatan Konstruksi. "Dari kesimpulan sementara itu, tentunya nanti ada penelitian mendalam lagi. Kekuatan sling harus diuji lagi. Berat yang akan diangkat itu perlu dipastikan lagi kapasitasnya berapa," ujarnya. (Baca juga: Pasca Ambruk, Pemkot Bogor Ingin Proyek Tol BORR Selesai Tepat Waktu)
Dengan kejadian ini Hendro tak menampik bakal terjadi keterlambatan dalam pembangunan tol BORR Seksi IIIA satu hingga dua bulan. Terlebih kejadian ini untuk kedua kalinya yang mengganggu pencapaian target penyelesaian. Saat ini pengerjaan proyek tol BORR baru 75 persen. "Yang jelas dengan adanya kejadian ini kemungkinan dihentikan sementara beberapa hari. Tapi menunggu keputusan juga. Yang penting di main project atau jalur utama tol BORR Seksi IIIA ini tak dihentikan, karena kejadian Sling putus ini di Ramp 17 (R17)," pungkasnya.
Semula diberitakan crane patah. Namun pihak MSJ membantah dan menyebut insiden yang tidak menimbulkan korban jiwa itu hanya tali kawat cranenya terputus saat mengangkat besi bore pile di Ramp 17 (R17). "Intinya bukan lengan cranenya yang patah, tapi tali kawat slingnya yang putus, sehingga cranenya terjengkang ke belakang. Begitu kesimpulan yang ada hasil pemeriksaan, data, dan keterangan wawancara petugas di lapangan," ujar Direktur Utama PT MSJ Hendro Atmodjo saat konferensi pers di kantor PT Pembangunan Perumahan (PP) Persero selaku pelaksana proyek, Perumahan Taman Sari Persada, Tanah Sareal, Kota Bogor, Selasa (3/12/2019). (Baca juga: Crane Proyek Tol BORR Patah Timpa Bengkel Furniture)
Hendro menjelaskan, saat kejadian secara kapasitas berat crane mencapai 35 ton dan beban yang diangkat seberat 2,6 ton. Seharusnya sudah bisa masuk karena kapasitas cranenya 12 ton. "Kemungkinan ini disebabkan klem slingnya pecah atau lepas sehingga putus. Disinilah mengakibatkan cranenya terjengkang. Karena ada efek kejut, seperti kita memancing, begitulah analoginya. Kita sedang ngecor yang kedua. Yang pertama sudah berhasil. Kita sedang meneliti berapa sih sebenarnya mengangkat beban yang diperbolehkan," katanya.
Pihaknya telah mengevaluasi terkait kelaikan sumber daya manusia (SDM) yang mengoperasikan crane. Hasilnya, operatornya dipastikan telah memiliki Surat Izin Operator (SIO) dari Kemenaker dan mesin cranenya sudah dapat SILO. SIO atau Surat Izin Mengemudi (SIM) operator crane berlaku hingga 2022 dan SILO (STNK) berlaku hingga 2021. (Baca juga: Coran Tiang Penyangga Tol BORR Ambruk, Dua Pekerja Terluka)
"Jadi secara prinsip orangnya mampu, hanya slingnya yang putus. Terlebih di lokasi kejadian ada kabel PLN, sehingga membatasi operasi crane. Padahal kita sudah bersurat ke PLN tiga kali agar segera dipindahkan dan sudah dibayar oleh kita. PLN menjanjikan 18 Desember selesai, tapi sampai sekarang belum juga ada respons," ujarnya.
Menurut dia, selain pembebasan lahan masih banyak jaringan listrik milik PLN yang belum dipindahkan. Untuk pembebasan lahan sudah mencapai 95 persen, sedangkan pemindahan jaringan listrik baru 10 persen. Padahal pihaknya menargetkan Desember sudah harus selesai. "Putusnya tali kawat sling crane ini juga disebabkan adanya kabel listrik yang menghambat gerak crane. Seharusnya crane berdiri lebih tegak sehingga lebih efektif. Tapi karena ada kabel jadi terjadilah peristiwa ini," bebernya.
Menurut dia, evaluasi telah dilakukan bersama Komite Kontruksi Jembatan Terowongan dan Jalan (KKJTJ) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) serta Komite Keselamatan Konstruksi. "Dari kesimpulan sementara itu, tentunya nanti ada penelitian mendalam lagi. Kekuatan sling harus diuji lagi. Berat yang akan diangkat itu perlu dipastikan lagi kapasitasnya berapa," ujarnya. (Baca juga: Pasca Ambruk, Pemkot Bogor Ingin Proyek Tol BORR Selesai Tepat Waktu)
Dengan kejadian ini Hendro tak menampik bakal terjadi keterlambatan dalam pembangunan tol BORR Seksi IIIA satu hingga dua bulan. Terlebih kejadian ini untuk kedua kalinya yang mengganggu pencapaian target penyelesaian. Saat ini pengerjaan proyek tol BORR baru 75 persen. "Yang jelas dengan adanya kejadian ini kemungkinan dihentikan sementara beberapa hari. Tapi menunggu keputusan juga. Yang penting di main project atau jalur utama tol BORR Seksi IIIA ini tak dihentikan, karena kejadian Sling putus ini di Ramp 17 (R17)," pungkasnya.
(thm)